Budaya Pus Am

Sebenarnya saya ragu untuk menulis artikel ini. Sedikit khawatir bila tulisan ini akan menuai kontraversi seperti jambul Khatulistiwanya Syahrini, karena artikel yang akan saya angkat menyangkut adat-istiadat masyarakat luas di daerah tempat tinggal saya. Setelah saya mempertimbangkan lebih lanjut, saya harus menulis artikel ini dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Sebab pada hakikatnya segala sesuatu hal senantiasa memiliki dua sisi yang bertolak belakang: baik dan buruk, positif dan negatif, menguntungkan dan merugikan.

Masyarakat di daerah barat daya provinsi Kalimantan Tengah mengenal budaya pus-am sejak zaman nenek moyang mereka menempati wilayah tersebut yang meliputi kabupaten Sukamara, kabupaten Lamandau, dan sebagian kabupaten Kotawaringin Barat. Ada pula masyarakat di wilayah selatan kabupaten Ketapang yang terletak di provinsi Kalimantan Barat. Lalu, apakah yang dimaksud dengan budaya pus am itu?

Lebih tepatnya pus am atau kerap juga dilafalkan pusam dalam aksen cepat, adalah suatu kebiasaan masyarakat di wilayah yang telah saya sebutkan di atas, di mana mereka enggan memedulikan suatu persoalan yang mungkin dianggap penting oleh lawan bicaranya. Secara harfiah pus dapat diartikan ‘biar saja’ dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi masyarakat cenderung mengartikannya sebagai suatu ungkapan yang berarti ‘masak bodoh’. Masyarakat di perbatasan Kalbar dan Kalteng seringkali melafalkannya, “pus am!” atau “pus am bah!” dengan intonasi meninggi pada kata ‘am’ dan memanjang pada pengucapan kata ‘bah’ menjadi ‘baaah!’ 

Kata ‘am’ dan ‘bah’ itu sendiri tidak memiliki makna yang berarti. Kedua kata tersebut hanya menjadi penghias kalimat, atau penekan kalimat yang mengindikasikan kasar-halusnya suatu pengucapan. Bunyi ucapan tersebut memang tidak nyaman didengar dan terkesan kasar. Akan tetapi kebiasaan mengucapkan kata-kata pus am telah mendarah daging di masyarakat sehingga menjadi tradisi. Saya kerap dibuat jengkel tatkala mendengar seseorang mengatakan pus am kepada saya. Seringnya saya mendengar kata-kata tersebut akhirnya saya menjadi terbiasa dan bersikap sabar ketika menyikapinya. Beberapa kejadian tidak menyenangkan yang pernah saya alami dengan budaya pus am antara lain sebagai berikut:

Pertama, waktu itu saya baru menjadi seorang guru di sebuah SMA. Murid-murid saya tidak berpakaian rapi layaknya pelajar. Dan saya menegur mereka, “Tolong dimasukkan pakaiannya ya, supaya kelihatan rapi!” Namun mereka membalas ucapan saya dengan pernyataan, “Pus am, Pak! Apa guna rapi-rapi?” sambil berlalu meninggalkan saya tanpa mengindahkan teguran saya. Melihat hal itu, saya hanya menggeleng-geleng kepala.

Kedua, pernah suatu ketika saya menyuruh salah seorang siswa untuk menjenguk temannya yang beberapa hari tidak masuk sekolah. “Sudah beberapa hari Rafta tidak masuk sekolah, bisakah kamu mampir ke rumahnya sepulang sekolah nanti? Barangkali dia sakit,” pinta saya waktu itu. Tak disangka jawaban murid yang saya mintai tolong itu seperti ini, “Pus am bah! Apa guna juga menjenguk dia? Biar ja amun dia sakit.” Ujarnya dengan nada datar. Mulut saya ternganga mendengar jawaban tersebut. Apakah dia tidak memiliki solidaritas, pikir saya.

Ketiga, saat sedang ujian berlangsung salah seorang siswa tak kunjung mengisi lembar jawabannya. Sementara waktu ujian akan segera habis. Secara kebetulan saya sedang mengawas. Tentu saja begitu saya melihat kejadian itu, saya langsung menegur siswa yang bersangkutan. “Tolong lembar jawabanmu segera diisi, karena waktu ujian sudah mau habis. Maaf, saya tidak bisa memberi perpanjangan waktu untuk itu,” ucap saya dengan hati-hati. Lagi, mata saya harus membelalak lebar mendengar tanggapan si empu kertas. “Alah, pus am bah, Pak! Mau waktunya habiskah, mau diperpanjangkah nggak urus. Biar nggak dapat nilai juga!” 

Saya tidak habis pikir mengapa orang-orang di daerah tempat tinggal saya memiliki pola pikir yang begitu pendek. Mereka tidak mau memedulikan apa yang orang lain khawatirkan meskipun hal tersebut berkaitan erat hubungannya dengan mereka. 

Kejadian lain yang pernah saya alami, suatu hari saya melihat seorang anak balita kira-kira berusia dua tahun berjalan kaki mengikuti ibunya keluar masuk hutan untuk mencari rebung. Panas matahari begitu terik, bocah itu tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Bocah itu meraung-raung kesakitan sambil terus mengejar sang ibu yang berjalan jauh di depan. Saya tidak tega melihatnya, apalagi kaki si bocah dipenuhi luka parut akibat bergesekan dengan semak berduri dan ranting pepohonan yang tidak bersahabat dengannya. “Aduh Bu, ini anaknya kasihan luka-luka. Ayo saya antar ke puskesmas,” tawar saya seraya menggendong si bocah. Sang ibu dengan sikap acuh tak acuh, hanya menoleh ke arah saya sekilas kemudian melanjutkan langkahnya jauh ke dalam hutan. “Pus am, Pak! Suruh dia jalan lagi!” teriaknya tiba-tiba dari kejauhan. Ya, saya maklum penduduk lokal memang terbiasa berjalan tanpa alas kaki. Karena itulah mereka memiliki fisik yang sangat kuat. Tapi untuk anak seusia itu? Terlalu dini rasanya. Atau jiwa saya yang terlalu lembut?

Di lain waktu pernah pula seorang teman meminjam beberapa barang milik saya antara lain jam tangan, jaket, dan sepatu. Entah disengaja atau tidak, semua barang yang dipinjam oleh teman saya itu ditinggalkannya di kamar hotel ketika ia berjalan-jalan ke kota dengan kekasihnya. Setelah saya memintanya untuk mengembalikan barang-barang tersebut, dengan enteng teman saya ini menjawab, “Pus am bah! Ambil aja sendiri ke hotel sana!” Grr… Benar-benar menjengkelkan punya teman seperti itu. 

Ada banyak sekali kejadian berujung pus am yang saya alami. Kebanyakan pus am-pus am itu lebih bermakna ‘Sorry ya, aku nggak peduli’. Sampai akhirnya saya memahami mengapa tradisi pus am telah mendarah daging di masyarakat sejak zaman bahari. Konon dahulu kala di pedalaman pulau Kalimantan pada masa kolonialisme dan imperialisme bangsa barat, para kompeni tidak pernah sampai ke area pedalaman. Sehingga penduduk di pedalaman tidak terlalu menderita seperti halnya penduduk di kota yang notabene banyak mengalami penyiksaan. Penduduk pedalaman berjiwa bebas. Mereka berperang bukan untuk melawan penjajah, melainkan suku lain yang dianggap musuh oleh suku mereka. Begitu negara Indonesia merdeka dan pulau Kalimantan masuk ke dalam wilayah NKRI, penduduk di pedalaman tidak begitu mengerti makna sebuah kemerdekaan. Mereka kurang menjiwai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila seperti tenggang rasa, toleransi, musyawarah, dan jiwa nasionalisme. Saking kurang memahaminya, pernah saya mengunjungi suatu dusun di pelosok Kalbar pada bulan Agustus untuk melihat perayaan dirgahayu RI di sana. Setibanya di sana saya sangat kaget, karena saya merasa tiba-tiba bukan berada di negara sendiri. Sepertinya saya sudah tersesat ke Republik Polandia. Karena apa? Sang saka merah putih dikibarkan terbalik di setiap halaman rumah para penduduk dusun. Saat saya memberitahu warga bahwa pemasangan bendera di dusun mereka semua terbalik, lagi-lagi warga hanya menanggapi perkataan saya dengan kata, “Pus am!”

Apa saya terus tinggal diam menyikapi orang-orang di sekitar saya untuk melestarikan budaya pus am? Awalnya saya maklum, dan hanya bisa menerima perlakuan yang tidak mengenakkan ini secara sepihak. Seiring bergulirnya waktu akhirnya saya mencoba untuk menentangnya. Tentu saja bukan dengan cara yang ekstrim dan anarkis. Cara saya adalah menempatkan diri saya sebagai bintang drama Korea. Haha… mungkin ini lucu kedengarannya. Silakan Anda baca kembali cerita kejadian-kejadian yang telah saya alami di atas. Bayangkan kalau Anda sedang menyaksikan adegan drama Korea di mana para tokoh-tokohnya sedang cekcok satu sama lain. 

Setiap ada murid yang penampilannya tidak rapi, saya tetap menegur mereka untuk merapikannya tak peduli bila mereka mengatakan pus am kepada saya. Bila mereka tak mengindahkan perkataan saya, maka aksi drama Korea saya adalah menghalangi langkah mereka sebelum mereka berlalu meninggalkan saya. “Hey, biar saya saja yang merapikan pakaian kalian! Orang tua kalian tidak pernah mengajari bagaimana cara berdandan ya? Ayo, sini saya ajarkan sekalian! Penampilan saya sepuluh kali lebih rapi daripada Lee Min Ho. Kalian tahu itu?” Sengit saya seraya bergerak menghampiri mereka.

Setiap kali melihat murid yang tidak peduli terhadap keadaan temannya, saya membujuk mereka dari hati ke hati, “Ayolah, kalian tidak sedang putus cinta kan? Apa kamu tahu kalau dia selama ini sebenarnya sangat perhatian terhadapmu? Kamu pasti tidak tahu kan seberapa besar pengorbanan yang telah dia lakukan selama ini untukmu? Jadi, saya mohon jenguklah dia di rumahnya. Dia pasti akan sembuh setelah melihat kedatanganmu! Ayo, kita jenguk dia sama-sama!” 

Dan setiap kali saya mendapati teman yang tidak bertanggung jawab atas barang-barang yang mereka pinjam dari saya, maka aksi drama Korea saya selanjutnya adalah: “Bisa tolong tunjukkan kartu identitasmu? Silakan tunggu sebentar, tidak lama lagi polisi akan tiba di sini. Baru saja saya melaporkan kalau ada anggota teroris yang mengidap penyakit demensia di sini.”

Haha… Ini konyol sekali, kan? Mungkin ini terlalu frontal. Akan tetapi memang demikianlah karakteristik penduduk di daerah saya. Karakter mereka tidak berbeda dengan karakter orang Korea dalam drama. Saat seseorang bersikap frontal terhadap kita, maka cara jitu yang bisa mengatasinya adalah membalas tindakan secara frontal kembali. Bukan hanya diam menerimanya begitu saja secara sepihak. Karena itulah mengapa saya bersikap layaknya para aktor Korea.  

Usaha saya selama ini tidak sia-sia. Sebagai seorang guru yang berpacu dengan arus globalisasi, saya harus memiliki sikap kontemporer. Di mana jiwa pendidik yang bersemayam di dalam diri saya tidak harus selamanya ortodoks yang senantiasa mengikuti sikap kharismatis Oemar Bakri, sang guru teladan yang fenomenal itu. Katakan saja saya adalah seorang guru yang sensasional, tetapi justru sikap seperti inilah yang cocok diterapkan dalam mendidik putra-putri generasi muda di daerah saya. Dengan berbagai metode pendekatan sensasional yang saya lakukan terhadap orang-orang di sekeliling saya, pada saat ini budaya pus am telah berbalik memberi kesan yang jauh lebih baik daripada empat belas tahun sebelumnya. 

Ketika seorang teman belum mengembalikan uang yang dipinjamnya, sang pemberi pinjaman berkata: “Pus am bah! Enggak apa-apa, nggak dikembalikan juga. Saya ikhlas kok!” Oh, tidakkah ini sangat dermawan? 

Ketika seorang teman membayarkan makanan yang kita makan, kita bermaksud mengganti biaya yang telah dibayarkannya. Maka teman itu akan berkata, “Nggak usah diganti! Pus am bah, biar saya yang bayar!” 

Dengan demikian dari dua contoh kejadian di atas, perkataan pus am telah mengalami pergeseran makna menjadi: “Sudahlah, biar saja tidak apa-apa!” dengan penekanan yang sangat halus. Itulah pengalaman saya dalam kurun empat belas tahun terakhir mengenai budaya pus am di daerah saya. Tak diduga budaya dalam drama Korea bisa memberikan manfaat dalam kehidupan saya. Percayalah, di mana ada aksi pasti akan menimbulkan reaksi. Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya ya. Salam…

Resep Sosis Super Kreasi Chef Sugih

image

Hai semua… Balik lagi nih BJ Sugih dengan tulisan terbarunya. Masih pada kangen sama gue kan? Ya iyalah, secara gue kan orangnya ngangenin. Hilang selama sebulan aja banyak yang pada nanyain. Begitu gue langsung online di dumay (dunia maya, red), eh BBM gue langsung banyak yang ngajakin chat. Khususnya keluarga gue and teman-teman yang tinggal di Jawa. LINE juga ikutan banjir permintaan maen game Let’s Get Rich. Gak tahu deh siapa yang pada ngajakin. Penampakan kali ya? Tapi tetap gue balas ajakan mereka, “Sorry Cuy, gue udah ‘RICH’ duluan sebelum lu ngajakin gue maen. Coba deh lu cari nama gue di kamus Bahasa Jawa-Inggris (Sugih=Rich). Haha… keren kan nama gue?” *Dasar narsis!* WA gue malah bejibun obrolan dari grup ibu-ibu RT yang suka ngomongin kegantengan gue (Hueek… pembaca pada muntah). FB juga penuh sama notifikasi sampe 500 lebih. Kebayang gak, gimana capeknya gue buka notif satu-persatu? Beuh, jari tangan gue sampe keriting buat ngebalasin pesan-pesan yang masuk ke inbox FB gue. Ada yang mau mijitin? Hahay… ngarep! 😀

“Gih, lu ke mana aja? Kehabisan paket yah?” hmm, pertanyaan kaya gini mah kayanya ngeledek kali ya? Gue kan orangnya gak bisa hidup tanpa internet. Paling gak bisa tahan kalo paket internet gue habis biarpun cuma baru semenit. Kalo paket internet gue habis dan gue lagi nggak punya duit, hati-hati aja gadget lu bakal gue embat supaya gue tetap bisa eksis. (Pembaca langsung pada kabur). Eh enggak deng, gue bukan tipe orang yang kaya gitu kok. Kalo gue gak punya pulsa, gue kasih deh hp gue sama lu. #Gue mah gitu orangnya.   🙂

“A Ugih… dirimu ke mana saja? Bersemedi di Gunung Sinabung kah? Bentar lagi tuh gunung mau meledak, dirimu belum kawin maka!” duuh… nih sepupu gue resek banget kirim chat kaya ginian. Bikin gue nyesek. Nyindir banget! Gak tahu apa kalo abang sepupunya ini sekarang udah punya calon. *Calon apa Gih? Calon RT ya?* (pembaca sok tempe, bosen kalo ‘tahu’ terus). Calon bini lah… 👰

“Gih, lu pindah ke kutub utara ya? Apa jangan-jangan lu udah migrasi ke bulan? Kaya apa di sana? Sinyalnya bagus banget ya, sampe-sampe BBM gue silang terus!” heuh, ini juga kepo banget sih! Yang ini BBM dari teman kuliah gue yang udah married dan tinggal di KalBar sana (Kalimantan Barat, red). Doi emang suka banget ngeledekin gue, tapi kalo udah puas ngolokin ujung-ujungnya selalu berakhir di topik minta dicariin kerjaan buat dia. Doi orangnya gak betahan sama kerjaan, Bray! Tiap tiga bulan doi pasti minta resign. Heran, apa gak capek ya keluar-masuk kandang orang? Ups… mari kita lupakan chat yang satu ini. *Lu sebenarnya ngomongin apa seh?* (Pembaca mangap sambil jungkir balik). 😮

Dan seperti biasanya berhubung gue ini orangnya baik hati, tidak sombong, dan selalu pengertian chat-chat gokil di atas selalu gue balas dengan emoticon big smile yang super gede. Kaya gini nih…

image

Tuh, caem kan senyuman gue… 😉

image

*Hey, ini mo ngomongin soal chat apa sosis sih? Judul sama tulisan kok nggak nyambung ya!* (Pembaca kelaparan) 😴. Ups, duibuqi… duibuqi… duibuqi ya pembaca. Pembaca nggak tahu ‘duibuqi’? Itu Bahasa Mandarin, dibacanya ‘tui pu ci’, artinya ‘maaf’. Oke? *Owh, kirain teh poci Gih* (pembaca nyeletuk lagi). Jadi kaitannya obrolan atau chat gue di medsos adalah, belum lama ini gue ketemu sama temen lama gue waktu SMP. Enggak ketemu langsung sih, ketemunya cuma di dumay. Dulunya doi cewek tomboy abiez. Gayanya laki banget. Saking lakinya, doi sering ngajakin berantem. Cynthia Rokrok juga kalah deh kalo disuruh adu tinju sama dia. Jangan bilang kalian gak tahu siapa Cynthia Rokrok ya! Doi aktris film kungfu terhebat yang pernah ada. Malahan dulu pernah shooting di Indonesia. Keren kan? *Terus kenapa malah disuruh adu tinju sama temen lama lu itu? Kan Cynthia Rokrok cuma jago kungfu* Engh… anu, sebenarnya temen lama gue itu juga gak bisa tinju. Doi dulunya cuma jago ngupil di kelas. Kali aja kalo disuruh adu tinju sama Cynthia Rokrok, doi langsung ngeluarin jurus seribu upil. Gue jamin teman lama gue itu bakal menang jadi juaranya. Hehe…  😀

Oke to the point aja ya, berhubung gue udah kepanjangan nulis intronya. Ciee… berasa bikin lagu aja pake istilah ‘intro’ segala. Maklum Bray, gini-gini gue juga kan pernah berguru sama Papa T. Bob. Lagu-lagu ciptaan gue antara lain: ‘Desember Kelambu’, ‘I’m Proud of You, Udin’, ‘Aku Memilih Si Tia’, ‘Kurayu Bidan Nari’, sama ‘All About Database’. Kalo pembaca ada yang pernah dengerin lagu-lagu gue, gue harap kalian mau ngikutin instruksi dari gue: BAKAR SEGERA KASET DAN CD-NYA BESERTA TOKO YANG MENJUALNYA! Biar pasar tambah rame. Hohoho… 😛

image

Lho, katanya to the point? Kok masih ngebanyol mulu nih? Okey… okey… gue mau serius ya. Jadi temen lama gue itu, ehem, katanya doi pengen numpang ngetop di mari, orang Betawi kate sebut aje namenye  Meta Prasasti Naudzubilleh… eh nggak deng, nama aslinya gak boleh gue publikasiin dong. Itu kan rahasia negara. Apalagi pake ‘Naudzubilleh’ segale, (Ya Allah ampuni dosa hamba-Mu ini, Ya Allah). Tapi jujur, dari dulu gue masih heran kenapa nama dia pake ‘Prasasti’ segala di belakangnya. Jangan-jangan temen gue entu peninggalan bersejarah kali ye? Atau bokapnya guru sejarah? Tapi kalo gue jadi bokapnya, gue bakal tambahin lagi nama di belakangnya jadi ‘Prasasti Abadi’ supaya namanya dikenang orang sepanjang zaman. Daripada dikasih nama ‘Prasasti Batu Kubur’, paling yang bakalan inget cuma kuntilanak sama genderuwo doank. Hii… peace, peace, ampun ya Met. Jadi sesuai permintaan Meta via chat di BBM, sebagai pembaca setia blog gue ini, gue mau ngabulin request gimana caranya bikin sosis ayam super. Pembaca minat juga? Nah, simak terus postingan gue ini ya! Cekidot… 👇

image

Mungkin di antara kalian ada yang suka makan sosis. Tapi jajan sosis di luar kadang bikin was-was khawatir kalo daging yang diolah adalah daging giling seperti dalam video penggilingan sosis buatan McD yang beredar di YouTube beberapa tahun silam. Aduh, beneran gak tega melihat sejumlah binatang (babi, kambing, kerbau, dan kuda) dijatuhkan dari sebuah bak truk kemudian langsung digiling hidup-hidup ke dalam mesin penggiling tanpa disembelih dan dikuliti terlebih dahulu. Benar-benar bikin mual ngelihatnya. Jijik sekaligus ngeri. Entah benar entah tidak, karena bisa saja video tersebut sebenarnya hanya digadang-gadang oleh oknum yang tidak bertanggung-jawab guna menjatuhkan citra McD di mata masyarakat, sehingga resto McD tidak laku lagi di Indonesia maupun Malaysia (narrator dalam videonya terdengar beraksen Malaysia). Jadi daripada akhirnya takut kalau itu daging giling yang halal atau bukan solusi yang tepat akhirnya adalah mengolah sosis sendiri di rumah. Setuju? 👌

So, berikut ini bahan-bahan yang harus disiapin buat bikinnya:

1. Setengah kilogram daging ayam cincang;

image

2. Tiga siung bawang putih, haluskan;

image

3. Tiga sendok merica bubuk;

image

4. Setengah kilogram tepung kanji;

image

5. Garam secukupnya;

image

6. Air secukupnya.

image

Cara pembuatan:

image

1. Haluskan separuh daging ayam yang telah disiapkan dengan menggunakan blender!

2. Campurkan separuh tepung kanji yang telah disiapkan! Masukkan air! Haluskan kembali dengan blender hingga ayam dan tepung teraduk rata!

3. Tambahkan potongan daging ayam yang tersisa, dan ulangi petunjuk nomor 2 di atas!

4. Tambahkan garam, bawang putih, dan merica bubuk yang telah dihaluskan, aduk bersama campuran daging ayam dan tepung kanji!

5. Bungkus bahan sosis tersebut dengan menggunakan plastik yang biasa digunakan untuk membuat es mambo atau es lilin! Ikat ujung plastiknya seperti saat membuat es!

6. Kukus sosis yang telah dibungkus dalam panci hingga matang! Bila sudah matang, angkat dan tiriskan! Buka plastik pembungkusnya! Sosis siap untuk diolah lagi menjadi gorengan, tumisan, ataupun sup. Tinggal di-lup juga enak ^_^

image

Keterangan:
-Untuk penggemar sosis daging sapi, daging ayam dapat digantikan dengan daging sapi giling.
-Bagi penggemar keju, bisa pula adonan sosisnya dicampur langsung dengan keju cair. Keju blok dipanaskan hingga meleleh kemudian disatukan dengan adonan sosis dan diaduk rata sebelum dibungkus dan dikukus.
-Berhati-hatilah saat memblender daging ayam, jangan memblender potongan daging yang terlalu besar. Pada saat ngelakuin percobaan, blender emak gue kebakar gara-gara arus listriknya gak kuat. *Wew, apa hubungannya sama potongan daging coba?* 😅

Nah, mudah dan sederhana kan membuatnya? Selamat mencoba ya…  Good luck! 😄

Kelas Internasional Net.

Para pemeran :

Carlos Camelo sebagai Carlos De Vega dari Kolombia

image

Abbas Aminu sebagai Abas dari Nigeria

image

Suzuki sebagai Kotaro dari Jepang
Wiwiek Michiko sebagai Ling Ling dari China

image

Lee Jeong Hoon sebagai Lee Joung Yu dari Korea Selatan
Loyd Christina sebagai Angelina dari Brazil

image

Tyson Lynch sebagai Tyson dari Australia
Palak Bhansali sebagai Mrs. Palak dari India

image

Tarra Budiman sebagai Pak Budi (guru)
Maya Wulan sebagai Ibu Rika (kepala sekolah)

image

Udah pada tau kan komedi satu ini? Yup, acara yang ditayangin sama Net. ini lagi jadi tontonan favorit gue di akhir pekan. Gila, ceritanya ngocol abiez! Gue sampe ngakak guling-guling nonton berulang-ulang setelah gue download videonya dari YouTube. Walaupun ide cerita aslinya dapet nyontek dari komedi Inggris lawas tahun 1970-an yang berjudul Mind Your Language! Tapi gue tetep nikmatin cerita komedi ini. Soalnya versinya sedikit beda sama versi Inggris yang gue sebutin barusan. Tentunya “Kelas Internasional” mengusung budaya Indonesia sebagai pembeda dari versi aslinya. Dan gue juga pernah nonton komedi sejenis ini versi Jepang-nya pas zaman gue masih SMA, tapi gue lupa judul komedinya. Yang jelas semua versi  ceritanya berhasil bikin ngocok perut! 😀

Bahasa melambangkan bangsa! Mungkin itu tema yang mau disampaikan oleh Net. ke penonton supaya bangsa Indonesia bisa mengenal lebih dekat sama bangsa-bangsa yang sering banget berinteraksi sama Indonesia. Bangsa yang berbudaya luhur adalah bangsa yang menjunjung tinggi bahasa di negaranya! Sayangnya masih banyak orang Indonesia yang kurang mencintai bahasa negaranya sendiri. Kosakata Bahasa Indonesia sering diubah menjadi bentuk yang aneh-aneh dalam tatanan pergaulan. Sehingga mengakibatkan Bahasa Indonesia asli menjadi terlupakan dan mungkin hanya tinggal namanya saja yang terdaftar di dalam kamus pada masa yang akan datang. Lucunya meskipun banyak orang Indonesia yang menguasai bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jerman, Korea, dan Jepang, akan tetapi enggak sedikit juga orang Indonesia yang ‘tidak’ ataupun ‘kurang’ mengenal bangsa-bangsa lain. Sebagai contoh misalnya banyak orang Indonesia yang nggak bisa ngebedain mana orang China, Jepang, atau Korea lantaran ketiga bangsa tersebut memiliki ciri fisik yang nyaris sama yaitu berkulit kuning cerah, dan bermata sipit. Padahal kalo diperhatikan lebih seksama tingkat kesipitan ketiga bangsa itu sedikit berbeda. Orang Korea misalnya, walaupun sipit tapi kelopak mata mereka agak kelipat ke dalam mirip mata yang lagi ngantuk. Sementara kesipitan mata orang China nyaris menyerupai garis yang meruncing tajam. Kalo orang Jepang menurut gue sih transisi di antara keduanya. Selain fisik orang Indonesia juga sering ketuker soal budaya ketiga bangsa tersebut. Misalnya kimono dikira pakaian tradisional orang China, padahal itu pakaiannya orang Jepang. Gitu juga sama huruf China (Han zi), malah disebut Kanji. Emang sih huruf Kanji aslinya dari China. Tapi kan Jepang udah  memodifikasinya sedemikian rupa sehingga kaidah penggunaannya antara Han zi sama Kanji sedikit berbeda. Kimchi makanan khas orang Korea disangka asalnya dari China. Kadang orang Indonesia juga nggak bisa ngebedain mana orang Arab sama orang India. Dua-duanya sama-sama punya hidung mancung,  berkulit putih kaya bule, dan bermata coklat. Pada nggak nyadar kali ya, padahal orang Indonesia juga kan matanya coklat (bukan item lho ya!), coklatnya coklat tua, makanya gelap banget. Coba deh perhatiin di kaca kalo nggak percaya! Ada yang tau gak perbedaan orang Arab sama orang India? Kalo menurut gue sih, semancung-mancungnya orang India, kebanyakan cowok India mancungnya rada bengkok!

Banyak sekali ambiguitas interjeksi bahasa lintas negara. Seringkali kita menemukan sebuah kata dari suatu bahasa tetapi lucunya kata tersebut mempunyai makna yang berbeda dalam bahasa lain. Sebagai contoh, ayo monggo, silakan baca postingan-postingan jadul gue berikut ini :

Kesalahpahaman Gadis Indonesia dengan Pria Filipina

Kesalahpahaman Orang Jepang dengan Orang Jawa

Kesalahpahaman Orang Jawa dengan Orang Jepang

Kesalahpahaman Orang Jawa dengan Orang Sunda

Kesalahpahaman Anak Jepang dengan Anak Arab

Bangsa Indonesia udah gak perlu diragukan lagi kemajemukannya. Dengan adanya keaneka-ragaman yang ada, bangsa Indonesia sudah semestinya bisa bersikap terbuka terhadap kemajemukan bangsa-bangsa lain di dunia. Pernah gak kalian ngalamin salah paham sama orang yang beda suku atau bangsa? Pengalaman gue mengajar di sekolah internasional menambah khazanah pengetahuan gue soal perbedaan antarbangsa. Baik kosakata bahasa maupun adat kebiasaan masing-masing bangsa. Banyak kejadian lucu yang pernah gue alamin sama murid-murid dan temen-temen kerja gue yang beda bangsa. Salah satunya adalah pas gue menghadiri jamuan makan malam di rumah temen gue, orang Thailand. Waktu itu ceritanya gue dijamu kue-kue khas Thailand buatan dia. Lantaran rasa kuenya enak, terang aja gue muji dia dong! “Hey, kue buatanmu enak sekali! Maaf ya, kalau aku ketagihan sama kuenya!” Gak tahu kenapa setelah gue ngomong gitu semua orang di rumah temen gue itu mendadak pada diem merhatiin gue. Sontak gue jadi grogi diliatin banyak orang. Apa gue salah ngomong? Atau omongan gue terlalu berlebihan? Kayanya kelakuan gue malu-maluin kali ya? Akhirnya temen gue itu bisik-bisik di telinga gue, “Maaf ya bilang ‘kue’-nya pelan-pelan saja, soalnya dalam Bahasa Thai ‘kue’ itu artinya ‘alat kelamin laki-laki’!” Sumpah gue langsung keselek pas gue ngedenger bisikan temen gue itu. Buru-buru gue minum segelas air dan gue langsung diem, speechless. Gak tau mesti ngapain.

image

Menurut gue sebenarnya jumlah murid di komedi “Kelas Internasional” terbilang masih kurang. Kenapa di kelas tersebut gak ada orang Arab dan Eropa? Seenggaknya ada satu bangsa perwakilan dari Eropa. Lebih tepatnya mungkin orang Belanda. Secara negara kita punya ikatan sejarah yang panjang sama negara kincir angin itu. Bakal lebih banyak kekonyolan semakin banyak bangsa yang dilibatkan.

Well, kalo pembaca kurang paham alur cerita komedi ini, nih gue review sedikit deh episode perdananya :

image

image

Pak Budi (Tarra Budiman) adalah guru Bahasa Indonesia baru di lembaga kursus yang dipimpin oleh Bu Rika (Maya Wulan). Ceritanya Bu Rika adalah sosok kepala sekolah yang tegas, agak jutek, doyan makan cemilan, dan penyuka lelaki bertubuh indah. Pertama kali Pak Budi masuk untuk mengajar, Bu Rika menakut-nakutinya kalau sebelumnya sudah ada 2 orang guru depresi dan satu orang guru menjadi gila gara-gara menghadapi kelakuan para murid di ruang 3 alias kelas internasional. Disebut kelas internasional karena para penghuninya berasal dari pelbagai negara. Sebut saja antara lain :

image

1. Ling Ling, wanita karir asal Republic of China ini bekerja di International Bank of China. Suka berjualan di kelas, agak pelit, dan sering perhitungan dengan teman. Lidahnya pedal (cadel) tidak bisa mengucapkan huruf ‘r’. Ling Ling menyukai Carlos, pemuda mapan asal Kolombia yang hadir sebagai murid baru di kelas bersamaan dengan hari pertama Pak Budi mengajar.

image

2. Lee Jeong Yu, cowok cute asal Korea Selatan yang narsis, suka selfie, suka ngedance, dan bekerja di perusahaan elektronik. Diceritakan pada episode ke-5 Lee jatuh cinta sama Makoto adiknya Kotaro.

image

image

3. Kotaro Suzuki, pria Jepang ahli pijat shiatsu ini gak bisa nyebut huruf ‘l’ karena Bahasa Jepang emang gak kenal konsonan ‘l’ (kebalikan Ling Ling dong!). Pada waktu perkenalan, Kotaro kebelet pengen pipis dan nanya letak toilet sama Pak Budi. Pas Pak Budi ngejelasin arah kiri, Kotaro ngedengernya ‘harakiri’ yang berarti bunuh diri dalam Bahasa Jepang. Jelas Kotaro langsung emosi lantaran ngira disuruh bunuh diri sama Pak Budi. Di lain episode diceritakan Kotaro nggak suka adiknya, Makoto, berhubungan dekat dengan Lee. Terang aja Kotaro sama Lee gak bakalan akur.

image

image

4. Mrs. Palak, ibu rumah tangga asal India ini kerjaannya nyulam dan ngejahit celana anaknya terus selama di kelas. Dia kurang bergaul sama teman-temannya, gak bisa ngomong Bahasa Indonesia, dan suka memelihara ular. Waktu Pak Budi menyuruhnya buat memperkenalkan diri, Mrs. Palak gak ngerti. Dia malah nulis nama Pak Budi sama Abas di papan tulis pake huruf Dewanagari. Padahal maksud Pak Budi ngasih spidol ke dia buat nulis namanya sendiri.

5. Tyson, siapa gak kenal suami Melanie Ricardo ini? Ceritanya Tyson berkebangsaan Australia dan pekerjaannya aktor ‘cameo’ di film-film made in Indonesia. Tyson seringkali berantem dengan Carlos. Keduanya juga bersaing memperebutkan perhatian Angelina.

image

6. Abas, mahasiswa asal Nigeria. Sifatnya easy-going tapi slengean. Cepet ngerti Bahasa Indonesia tapi sering miskomunikasi dengan orang di sekitarnya.

image

image

Murid-murid yang sering bertingkah konyol sering bikin Pak Budi kewalahan. Umur dah pada tua juga tapi kelakuan kaya anak-anak. Gak jarang akhirnya Pak Budi dipanggil ke ruangan kepsek gara-gara dianggap nggak bisa ngatasin murid-muridnya di kelas. Suatu hari Bu Rika kedatangan murid baru yang ingin belajar Bahasa Indonesia di kelas internasional. Begitu ngeliat siapa yang datang, Bu Rika langsung terpana sama ketampanan si Don Juan. Tanya-tanya siapa namanya yang ternyata bernama Carlos De Vega, Bu Rika langsung cari namanya di Facebook. Dasar mata Bu Rika jelalatan, ngeliat foto postur tubuh Carlos yang shirtless langsung bling-bling!

image

image

image

image

Carlos memiliki usaha coffee shop. Dia juga jago mainin harmonika. Tapi Tyson gak suka sama Carlos. Pas keduanya berantem, Lee malah sengaja berfoto selfie di belakang mereka. Ling Ling bukannya misahin malah cari perhatian di depan Carlos. Di saat keributan terjadi datanglah murid baru yang super cantik bernama Angelina (Loyd Christina) model dari Brazil.

image

image

image

image

Siapa yang gak tahu Loyd? Bule cantik ini sering nongol di majalah-majalah katalog produk bermerek terkenal, sejumlah iklan kaya es krim Magnum, parfum, dan kosmetik luar yang dibintanginya juga banyak nongol di layar kaca Indonesia. Loyd juga pernah maen jadi Suster Sofi di Hafalan Shalat Delisa, beu waktu Suster Sofi kirim foto ke Pak Ustadz, fotonya cantik banget. Di sana Suster Sofi berpenampilan berhijab, terang aja bikin Pak Ustadznya kesengsem.

image

image

Baru masuk kelas, Angelina langsung jadi rebutan antara Tyson dan Carlos. Tapi kelihatannya sepertinya Angelina naksir Pak Budi deh. Tiap kali digodain sama Angelina, Pak Budi sering deg-degan dan penyakit  asmanya langsung kambuh. Kasihan Pak Budi. Mau tahu cerita selanjutnya? Tonton aja deh di Net. Setiap Sabtu dan Minggu pukul 17.30 WIB. Jangan lewatkan ya!

Sebagai penutup gue mau narik kesimpulan pelajaran yang bisa diambil dari tontonan komedi ini. Antara lain sebagai berikut :

1. Banggalah menjadi bangsa Indonesia sebelum bangsa lain ngebanggain bangsa ini!
2. Hormatilah bangsa lain karena nggak ada bangsa yang sempurna di dunia! Setiap bangsa punya kekurangan dan kelebihan masing-masing!
3. Berkomunikasilah yang baik supaya orang lain ngerti maksud tujuan kita! Berbahasalah bahasakan bahasa!

Sampai ketemu lagi di tulisan selanjutnya ya. Bye… 🙂

Review Novel : In 10 Days

image

Hallo pembaca… kembali lagi BJ Sugih dengan tulisan barunya. Bagaimana kabar kalian semua? Kalian pasti kangen berat sama tulisanku kan? *nimbang truk sama kapal*  😅  Ngomong-ngomong gak kerasa ya sekarang sudah menginjak Ramadhan sepekan. Puasanya pada lancar nggak nih? Alhamdulillah BJ Sugih juga puasanya lancar lho (tapi kalau ada mama doank  😁). Eh, enggak ding, puasanya beneran lancar kok! Ciyus ✌! Buat kalian semua yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, Sugih ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa ya. Semoga ibadah puasa kita senantiasa dipermudah dan amal ibadah kita selama bulan Ramadhan yang suci ini diterima oleh Allah subhanawata’alla. Amin ya rabbal alamin.

Sesuai judulnya di atas, tulisanku kali ini akan membahas tentang sebuah novel yang baru-baru ini selesai kubaca. Sebelumnya aku mau  mengucapkan terima kasih banyak kepada Bli Gara yang sudah mengirimkan naskah novel ini secara cuma-cuma kepadaku  via email 3 bulan yang lalu. Betapa beruntungnya aku mendapatkan kesempatan membaca kisah cinta yang menyentuh ini *jingkrak-jingkrak senang kaya kelinci minta kawin* 🐰 . Aku berani jamin pembaca bakal termehek-mehek setelah membaca cerita novel ini 😭 . Sesuai janjiku kepada Bli Gara, pada postingan kali ini aku akan mengupas habis tentang novel ‘In 10 Days’. Namun sebelumnya aku juga mau minta maaf yang sebesar-besarnya kalau tulisanku ini sangat terlambat buat diposting. Bayangin 3 bulan pemirsa, kucing peliharaan tetangga sebelah aja udah pada ngelahirin! Miaaauw… 🐱 *diketok sama Bli Gara* (Eh enggak deng, Bli Gara kan orangnya baik, sabar, dan pengertian. Iya kan Bli?)

Oke langsung aja kita cekidot soal novelnya ya…

image

Sinopsis singkat  ‘In 10 Days’ :
Ryuta Ozaki adalah seorang secret admirer (pengagum rahasia) Sayaka Kurosaki, gadis cantik teman sekampusnya. Demi Sayaka, Ryuta selalu ada di belakangnya memberikan barang-barang yang diperlukan oleh gadis berhati lembut itu secara diam-diam, termasuk tiket konser band kesukaannya. Hingga pada akhirnya perilaku Ryuta pun tertangkap basah oleh sang pujaan hati setelah Kana Nishino, sahabat Sayaka, memberi saran kepada Sayaka untuk mengambil payung di lokernya. Hari itu turun hujan, Kana merasa yakin kalau pengagum rahasia Sayaka yang tak lain sebenarnya adalah Ryuta, pasti telah menaruh payung di loker Sayaka. Betapa terkejutnya Sayaka mendapati Ryuta di sana. Namun siapa sangka kalau gayung akan bersambut. Cinta Ryuta dengan mudahnya diterima oleh Sayaka tanpa syarat. Di mata Sayaka, Ryuta Ozaki adalah sosok pria baik-baik dan juga tampan. Walaupun dia bukan tipe lelaki yang disukainya. Hubungan pun terus berlanjut. Sayaka dan Ryuta ‘terpaksa’ menikah lantaran MBA (married by accident). Keduanya terlalu larut menikmati pesta dansa tahunan yang diselenggarakan oleh universitas mereka. Sampai akhirnya mereka berdua mabuk dan tak sadarkan diri kalau mereka telah melewati batas-batas pergaulan. Sayaka dinyatakan hamil, dan Ryuta menikahinya dengan penuh kebahagiaan. Akan tetapi kebahagiaan itu berubah menjadi mimpi buruk yang menyeramkan. Sayaka enggan memakai nama ‘Ozaki’ di belakang nama kecilnya, termasuk pada nama anaknya kelak. Kemudian Sayaka melempar cincin pernikahannya dan enggan memanggil Ryuta dengan panggilan ‘suami’. Sayaka juga enggan tidur satu kamar dengan suaminya itu. Padahal Ryuta sudah menabung jauh-jauh hari untuk membeli rumah cantik impiannya demi membahagiakan Sayaka. Sikap Sayaka mendadak berubah dingin setelah upacara pernikahan usai. Sayaka mendiamkan Ryuta selama berbulan-bulan lamanya, seolah-olah Ryuta adalah makhluk asing yang tinggal di rumahnya. Tak ada sapaan ‘selamat pagi’, tak ada sarapan yang terhidang di atas meja makan setiap pagi untuk Ryuta, tak ada sambutan ‘selamat datang’ setiap Ryuta pulang kerja, dan tak ada ucapan ‘selamat tidur’ ketika mereka akan beristirahat. Alih-alih bukannya menjadi ibu rumah tangga yang baik, setelah Sayaka mengalami keguguran pun malah memutuskan untuk menjadi wanita karir di perusahaan yang telah lama ia idamkan semenjak masih duduk di bangku kuliah. Ryuta hanya bisa pasrah menerima perlakuan Sayaka terhadapnya.

Hingga pada suatu pagi di bulan November tanggal 19, Ryuta terbangun dari tidurnya. Ia termenung mengingat mimpi aneh yang dialaminya. Dalam mimpinya itu ia melihat sebuah peti mati yang ternyata di dalamnya terbaring sesosok mayat wanita yang sangat dicintainya, Sayaka. Apakah itu pertanda buruk? Anehnya setelah Ryuta mengalami mimpi aneh tersebut, sikap Sayaka berubah baik kepadanya. Sikap Sayaka kembali hangat padanya seperti saat mereka pacaran dulu. Sayaka juga selalu menyajikan sarapan untuk Ryuta. Yang paling mengejutkan lagi untuk pertama kalinya Sayaka mau diajak berziarah ke makam kakaknya oleh kedua orang tuanya. Ryuta pun diajaknya serta.  Dan yang membuat Ryuta kaget, Sayaka memutuskan untuk resign dari perusahaan tempatnya bekerja. Ryuta tak menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Di benaknya sepertinya Sayaka telah berubah dan ingin menjadi istri yang baik baginya. Maka Ryuta bermaksud untuk melamarnya kembali dan mengulangi pernikahan mereka. Dalam sebuah kencan ganda yang telah direncanakannya bersama Kana dan calon suaminya, Yoshihiko, Ryuta bermaksud melamar Sayaka di atas ferris wheel Daikanransha, kincir ria tertinggi keempat di dunia yang menyuguhkan pemandangan Kota Tokyo setinggi 115 meter dari atas permukaan laut. Bertepatan dengan terbenamnya matahari ketika ferris wheel yang mereka naiki berada di puncak ketinggian, Sayaka menolak lamaran yang diajukan oleh Ryuta. Bahkan setelah itu Sayaka tak pulang ke rumah bersamanya. Ia malah pulang ke rumah orang tuanya. Ada apa sebenarnya dengan Sayaka? Dan apa yang sebenarnya akan terjadi dalam waktu 10 hari?

My first impression about ‘In 10 Days’ : Sumpah, aku merasa tertipu oleh judul novel ini. Awalnya aku mengira genre novel ini adalah action semacam Mission Impossible, atau James Bond 007. Ternyata ini adalah sebuah roman. Hanya saja background yang dipakai dalam cerita ini adalah negeri sakura. Menurutku background tersebut masih kurang sesuai jika ditinjau dari segi kultur dan alur ceritanya. Mengapa? Karena terdapat beberapa hal yang janggal, antara lain sebagai berikut :

1. Penulis tidak menceritakan latar belakang keluarga masing-masing tokoh. Apakah mereka berasal dari keluarga miskin, sederhana, pas-pasan, atau keluarga yang kaya raya. Sebab banyak sekali adegan para tokoh menggunakan kendaraan pribadi. Padahal pada kenyataannya dalam kehidupan kultur orang Jepang sehari-hari, mereka lebih menyukai memakai transportasi umum seperti bis, taksi, dan kereta ketimbang mobil pribadi. Sebenarnya sih karena politik dumping yang merupakan kebijakan pemerintah sana, harga mobil di Jepang jauh lebih mahal daripada di Indo. Apalagi mereka juga gemar bersepeda dan berjalan kaki. Karena orang Jepang sangat sadar lingkungan dan senantiasa menghindari polusi. Terkecuali mereka berasal dari golongan elite kelas menengah ke atas. Okelah kalau seandainya Ryuta dan beberapa tokoh lainnya berasal dari golongan tersebut, pembaca bisa memakluminya.

2. Hubungan orang Jepang dalam lingkungannya cenderung kaku. Penulis sebenarnya sudah berhasil memaparkan hubungan antara Ryuta dengan Sayaka. Sayaka yang sungkan untuk menolak Ryuta, Ryuta yang pasrah menerima perlakuan Sayaka setelah mereka berdua menikah, dan hubungan yang canggung ketika Sayaka kembali bersikap baik padanya, sampai rahasia yang dipendam Sayaka dari Ryuta. Sayangnya penulis tidak ingat hubungan antara Reiji dengan Sayaka. Hellooo… ini siapa dengan siapa ya? Kok si Reiji lancang benar berani memeluk Sayaka hanya karena Sayaka mendapat nilai B dalam ujian skripsinya? Sahabat aja bukan kan? Kan dalam ceritanya, Reiji juga baru mengetahui perihal hubungan Ryuta dengan Sayaka. Tapi tindakan Reiji menunjukkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sudah lama saling mengenal. Setahuku sikap orang Jepang yang baru saja saling mengenal itu saling sungkan dan belum terlalu akrab. Terkecuali mereka telah mengobrol panjang-lebar berjam-jam seperti yang sering dilakukan oleh Kogoro Mouri dalam komik Detective Conan *huhu… ketahuan deh, suka baca komik Conan* 😅

3. Panggilan Ryuta kepada mertuanya yang hanya menyebutkan nama diakhiri –san (Tuan/Nyonya) baca : Takeo-san dan Keiko-san. Apakah hal tersebut dikarenakan Ryuta memiliki masalah dengan Sayaka? Pada kenyataannya dalam kehidupan sosial orang Jepang, ada maupun tiada masalah, seorang menantu tetap memanggil mertuanya dengan sebutan ayah mertua dan ibu mertua. Bahkan sebagian lain memanggil dengan sebutan ‘otosan’ (ayah) dan ‘okasan’ (ibu). Hal ini tetap dilakukan seumpama mereka telah tidak menjalin hubungan sebagai menantu dan mertua lagi, karena kasus perceraian maupun pasangan meninggal dunia. Bila seorang menantu memanggil nama (meskipun diakhiri –san) kepada mertuanya, hal ini dianggap tidak sopan di negara Jepang. Pernikahan adalah ikatan dua buah keluarga yang sangat erat bukan?

Well, kayanya aku gak bisa bicara panjang lebar untuk mengomentari novel ini. Karena selain runut meski alur ceritanya maju mundur maju mundur cantik *kata Emak Syahrini* selebihnya novel ini sangat bagus dan recommended banget buat para ibu rumah tangga yang doyan membaca novelnya Asma Nadia semacam Catatan Hati Seorang Istri. Hanya saja ini versi suaminya. Mungkin bisa juga kalau cerita ini mempunyai judul lain : Catatan Hati Seorang Suami. *Ups* Apakah para lelaki juga bisa membaca novel ini? Uhm, sepertinya novel ini cocok banget kalau dibaca para suami yang sedang galau karena ‘diasingkan’ oleh istri, ditinggal pergi oleh istri, suami yang takut kepada istri, dan sedang terancam di ambang perceraian rumah tangga. Novel ini sarat pesan moral kepada para suami dan calon suami yang sedang bersiap-siap untuk berumah tangga agar tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga seperti kehidupan-kehidupan rumah tangga di Indonesia dan di Jepang kebanyakan. Seperti yang kita ketahui banyak kepala keluarga yang senang mengamuk kepada istri dan anak-anaknya tatkala mereka sedang dilanda suatu masalah. Sering kali kita melihat para ayah di Jepang membenturkan kepala istrinya ke meja atau dinding dan mendorong tubuh mereka hingga terjatuh ke lantai. Sangat tidak manusiawi! Sikap Ryuta yang pasrah menerima perlakuan Sayaka merupakan figur suami yang tabah dan tegar, bukan berarti ia takut kepada istri. Justru ia selalu ingin membahagiakan istrinya. Ia percaya setelah hari itu mendung, matahari akan kembali bersinar cerah. Kita juga harus berhati-hati dalam membina hubungan, terutama bila kita belum menikah. Jagalah pasangan kita dari perbuatan maksiat agar kehidupan rumah tangga kita senantiasa selamat dunia akhirat.

Sebelum ulasan ini kututup, aku sempat heran dengan mimpi aneh yang dialami Ryuta. Ryuta amat takut kalau hal yang dilihatnya dalam mimpi merupakan pertanda buruk baginya : kematian Sayaka. Menurut kepercayaan sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga sebagian bangsa Asia, terutama umat muslim, tabir mimpi melihat orang meninggal dunia menandakan bahwa orang yang dimimpikan tersebut akan panjang umur. Correct me if I’m wrong! Mungkin cukup sekian ulasan dariku. Selebihnya pembaca silakan membaca sendiri novel tersebut bila sudah beredar di toko-toko buku. Terakhir, aku ingin memberi ralat kepada Bli Gara, frase yang benar adalah ‘lesung pipi’, bukan ‘lesung pipit’. Karena frase tersebut mengandung makna lesung yang terdapat di pipi. Terima kasih banyak atas cerita yang luar biasa ini. Semoga karya-karya Bli Gara semakin digemari banyak orang. Sampai jumpa di tulisanku selanjutnya ya. Mata aimashou^^ 😄 👋

Drama Jadul Favoritku : Api dan Cinta

image

Ini merupakan drama favoritku saat aku kelas 4 SD, kira-kira tahun 1995-1996. Tapi ternyata di negara pembuatnya drama ini ditayangkan pada tahun 1980-an. Ups, berarti waktu tayang di Indonesia sudah jadul banget dong ya 😀 Waktu kecil aku sangat mengidolakan Chow Yun Fat sampai semua film silat yang dibintanginya aku tonton semua, termasuk drama percintaannya yang satu ini. Serial ini lebih dikenal di sini dengan judul Shanghai Bund: Api dan Cinta . Cerita ini mengambil latar sekitar tahun 1930-an di China. Hui Man Keung (Chow Yun Fat) tiba di Shanghai untuk mengadu nasib hanya dengan membawa sedikit uang dan tidak mempunyai tempat tinggal. Secara kebetulan, ia bertemu dengan Ding Lik (Ray Lui), seorang penjual asongan yang sederhana dan jujur. Keduanya dengan cepat menjadi teman. Kemudian di saat yang bersamaan pula seorang gadis bernama Fung Ching Ching (Angie Chiu), putri seorang bos mafia, diculik. Beruntung, ia berhasil diselamatkan oleh Hui Man Keung dan Ding Lik. Oleh sebab itulah, Bos Fung (Lau Dan), ayah Ching Ching, menyewa keduanya untuk bekerja padanya. Tentu saja sebagai mafia. Dengan kesetiaan dan kecerdasan keduanya, Bos Fung menjadikan keduanya sebagai asset berharga bagi organisasinya. Keung dan Ching Ching saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka pun berencana untuk menikah, tetapi sayang rencana itu hancur berantakan. Ayah Ching Ching terlibat persoalan dengan pedagang senjata Jepang. Lantas dia mengirim Keung untuk menyelesaikan persoalan itu. Namun, Keung malah membunuh seorang pedagang senjata Jepang yang penting itu. Ketika Bos Fung mengetahui tentang kejadian ini, ia mengirim pembunuh bayaran untuk membunuh Keung guna menghilangkan jejak kalau ia terlibat dalam kasus tersebut, sebab dia sendirilah yang telah mengutus Keung guna menghadapi pedagang senjata Jepang. Mengetahui nyawanya terancam akan dibunuh, Keung kaget dan kesal kepada Bos Fung, Karena itulah Keung terpaksa meninggalkan Shanghai dan meninggalkan kekasihnya, Ching Ching.

image

Setelah gagal membunuh Keung melalui pembunuh bayaran yang disewanya, Bos Fung mengirim Ding Lik untuk menangkap Keung. Ketika Ding Lik berhadapan dengan Keung, mereka memutuskan untuk bicara. Pada akhirnya, Ding Lik mengizinkan Keung untuk pergi. Setelah Keung meninggalkan Shanghai, Ding Lik menjadi satu-satunya tangan kanan Bos Fung. Ding Lik kemudian memiliki banyak uang dan kekuasaan. Namun, dengan kekuasaannya sekarang, Ding Lik berubah dari orang yang sederhana dan jujur menjadi seorang lelaki pecundang, hipokrit, dan licik. Sejak saat itulah dia merayu Ching Ching yang tengah patah hati karena ditinggalkan Keung. Mengetahui bahwa kekasih sejatinya tidak akan pernah kembali, Ching Ching bersedia menikah dengan Ding Lik, tetapi hatinya tidak pernah melupakan Keung. Sementara itu, Keung pergi ke pedesaan, dan bertemu dengan seorang pria tua dan cucu-cucunya. Keung melihat betapa damai hidup pria tua dan cucu-cucunya itu. Dia kemudian memutuskan untuk melupakan masa lalunya dan hidup dengan damai. Dia menikahi cucu perempuan pria tua tersebut dan tinggal di sana.

image

Sayangnya, orang-orang suruhan Bos Fung menemukan di mana keberadaan Keung tinggal dan membunuh semua orang, bahkan istri Keung yang tengah hamil pun juga ikut dibunuh dengan sadis! Keung melihat keluarganya mati dan bersumpah untuk membalas dendam. Dia kembali ke Shanghai untuk bergabung dengan mafia lain dan menyebabkan malapetaka dalam bisnis Bos Fung. Sementara itu, pernikahan antara Ding Lik dan Ching Ching menjadi sebuah bencana. Ding Lik mengetahui kedatangan Keung ke Shanghai dan takut jika Ching Ching akan jatuh cinta lagi pada Keung. Dia menjadi cemburu dan memperlakukan Ching Ching dengan tidak hormat. Dia bahkan mendorong Ching Ching jatuh ke tanah dan dengan tidak sengaja hal itu menyebabkan Ching Ching mengalami keguguran. Ding Lik menyadari apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan mulai memperlakukan Ching Ching dengan penuh kasih sayang. Namun, Ching Ching menjadi tidak bahagia dengan kehidupan pernikahannya, dan dia ingin bercerai. Di akhir cerita, Keung berhasil menangkap Bos Fung dalam sebuah ruangan dan menembaknya. Ching Ching masuk dan melihat ayahnya mati di kakinya. Dia mengambil pistol dan mengarahkannya ke kepala Keung. Keung berkata pada Ching Ching bahwa dia tidak akan menyalahkan Ching Ching dan masih berdiri menunggu peluru dari pistol itu mengenai kepalanya.

Wah, seandainya serial ini ditayangkan ulang aku masih ingin menyaksikannya. Dulu serial ini ditayangkan oleh Indosiar, stasiun tv yang terbilang baru pada era tersebut dan menjadi favorit jutaan pemirsa Indonesia karena banyak menayangkan drama yang digandrungi masyarakat Asia. Aku suka sekali adegan-adegan asmara antara Keung dan Ching Ching. Mereka terlihat serasi sekali. Saking sukanya dengan film ini lirik lagu opening themenya sampai kuhapal. Nah ini dia liriknya, selamat bernostalgia!

Api dan Cinta

Kemilau cahaya di antara bagian kota
Temaram mencekam
Di lorong-lorong penuh dendam
Dunia ternoda
Dosa dusta kian melanda
Asmara dan cinta
Adakah di hati mereka?

reff:
Hari-hari terus berlalu
Meniti jalan sepi
Tak peduli tanpa ragu
Menghadapi apa yang terjadi
Seperti di dalam rangkaian pentas sandiwara
Melawan angkara
Berharap datang kuasaNya …

My Favorite Mandarin Old Song : Dui Mian De Nu Hai Kan Guo Lai

image

image

Tiap kali aku sedang sakit bila mendengarkan lagu ini aneh bin ajaib rasa sakitku berkurang dan aku menjadi cepat sembuh. Padahal kalau ditelaah dari arti yang terkandung di dalamnya, sama sekali tidak menceritakan tentang orang yang sedang sakit ataupun sakit hati. Mungkin karena irama musiknya yang bertempo ceria sehingga membuat nyaman telingaku mendengarkannya. Sebenarnya penyanyi yang berhasil menggadang-gadangkan lagu ini adalah Richie Ren. Akan tetapi aku lebih menyukai lagu ini yang dibawakan oleh seorang perempuan bersama seorang pria dan juga anak-anak (tidak diketahui apakah mereka adalah grup musik atau bukan). Berikut aku repost lirik lagu tersebut sekadar menambah postinganku bulan ini. Hehehe

Dui Mian De Nu Hai Kan Guo Lai
Sung by Richie Ren

Pinyin Lyrics & Guitar Chords

INTRO: C C/G C C/G C C/G C C G
duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
对面的女孩看过来
Am Em
kàn guòlái kàn guòlái
看过来 看过来
F C
zhèlǐ de biǎoyǎn hěn jīngcǎi
这里的表演很精采
Dm Am G G
qǐng bùyào jiǎzhuāng bù lǐ bù cǎi
请不要假装不理不采

C G
duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
对面的女孩看过来
Am Em
kàn guòlái kàn guòlái
看过来 看过来
F C
bùyào bèi wǒ de yàngzi xià huài
不要被我的样子吓坏
Dm G G
qíshí wǒ hěn kě’ài
其实我很可爱

C G
jìmò nánhái de bēi’āi
寂寞男孩的悲哀
Am Em
shuō chūlái shuí míngbái
说出来 谁明白
F C
qiú qiú nǐ pāo gè mèi yǎn guòlái
求求你抛个媚眼过来
Dm G G
hōng hōng wǒ dòu wǒ lè kāihuái
哄哄我 逗我乐开怀

BRIDGE:
C G Em Am
wǒ zuǒ kàn yòu kàn shàng kàn xià kàn
我左看右看上看下看
F G
yuánlái měi gè nǚhái dōu bù jiǎndān
原来每个女孩都不简单
C G Em Am
wǒ xiǎngle yòu xiǎng wǒ cāile yòu cāi
我想了又想我猜了又猜
F G G
nǚháimen de xīnshì hái zhēn qíguài
女孩们的心事还真奇怪

INSTRUMENTAL BREAK WITH HARMONICA:
C G C G F G x2 C G
jìmò nánhái de cāngyíng pāi
寂寞男孩的苍蝇拍
Am Em
zuǒ pāi pāi yòu pāi pāi
左拍拍 右拍拍
F C
wèishéme háishì méi rén lái ài
为什么还是没人来爱
Dm G G
wú rén wènjīn zhēn wúnài
无人问津 真无奈
C G
duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
对面的女孩看过来
Am Em
kàn guòlái kàn guòlái
看过来 看过来
F C
jìmò nánhái qíngdòuchūkāi
寂寞男孩情窦初开
Dm G G G
xūyào nǐ gěi wǒ yīdiǎn ài.. h āi! h āi!
需要你给我一点爱。。 嗨!嗨!

REPEAT BRIDGE TWICE
C G Em Am
ài zhēn qíguài! lài lài lài lài lài lài lài lài lài lài
爱真奇怪!唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻
F G
lài lài lài lài lài lài…… Ō āi ō!
唻唻唻唻唻唻…..喔哎噢!
C G Em Am
lài lài lài lài lài lài lài lài lài lài lài lài
唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻唻
F G G
lài lài lài lài lài lài…… Ō!
唻唻唻唻唻唻……噢!
ā i suànle huí jiā ba
唉 算了回家吧

Literal English Translation

duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
Girl opposite
kàn guòlái kàn guòlái
Look over here, look over here
zhèlǐ de biǎoyǎn hěn jīngcǎi
The show here is very exciting
qǐng bùyào jiǎzhuāng bù lǐ bù cǎi
Please do not pretend to ignore it

duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
Girl opposite
kàn guòlái kàn guòlái
Look over here, look over here
bùyào bèi wǒ de yàngzi xià huài
Don’t be frightened by my appearance
hōng hōng wǒ dòu wǒ lè kāihuái
In fact, I’m very lovely.
jìmò nánhái de bēi’āi
Sad and lonely boy
shuō chūlái shuí míngbái
When he speaks, who understands?
qiú qiú nǐ pāo gè mèi yǎn guòlái
I beg you to throw a flirtation this way
hōng hōng wǒ dòu wǒ lè kāihuái
Humour me, tease me, I’ll be so happy!

Bridge:
wǒ zuǒ kàn yòu kàn shàng kàn xià kàn
I look left, look right, look up, look down
yuánlái měi gè nǚhái dōu bù jiǎndān
Every girl is not easy to understand
wǒ xiǎngle yòu xiǎng wǒ cāile yòu cāi
I thought and thought, I guessed and guessed
nǚháimen de xīnshì hái zhēn qíguài
Girls minds are really strange
jìmò nánhái de cāngyíng pāi
Lonely boy’s fly swatter
zuǒ pāi pāi yòu pāi pāi
Left hit, right hit
wèishéme háishì méi rén lái ài
Why is there still no one to love
wú rén wènjīn zhēn wúnài
Nobody cares, really helpless

duìmiàn de nǚhái kàn guòlái
Girl opposite
kàn guòlái kàn guòlái
Look over here, look over here
jìmò nánhái qíngdòuchūkāi
Lonely boy is open to love(?)
xūyào nǐ gěi wǒ yīdiǎn ài.. h āi! hāi!
Need you to give me a little love.. Hi! Hi!
ài zhēn qíguài!
Love really strange!
ā i suànle huí jiā ba
Oh forget it. Let’s go home

Silakan download kedua versi lagu di sini  ! 😉

Thank you for the support for The Journey – A Voyage casts!

Hello, I’m from Borneo-Indonesia. At first before seeing it (just accidentally from the advertisement) I thought this film was made in Taiwan. After watching the first episode I was amazed and very impressed. This is a very good film, and to my surprise this film is made in Singapore. The best character in my opinion is Elvin Ng. I think start from now I’m going to be a big fan of Elvin Ng. I wish to meet him someday.

Lirik Lagu Tari Dindin Badindin

04062011(002)04062011(003)

Setiap ada acara perpisahan kelas di kotaku (Bogor) hampir semua sekolah selalu menampilkan tari yang berasal dari Sumatera Barat ini. Namun setelah aku menjadi guru di Kalimantan, tarian ini belum pernah ditampilkan dalam berbagai event perpisahan sekolah. Mungkin karena sesuai kata pepatah “Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya.” Setiap daerah memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda. yang membuatku heran adalah begitu besarkah apresiasi masyarakat Sunda di Bogor terhadap kebudayaan Minangkabau? Sehingga tarian tersebut selalu ditampilkan dalam berbagai kegiatan pentas seni. Sementara di Pulau Kalimantan lebih didominasi oleh tari-tarian Dayak maupun Melayu dan Banjar. Oleh karena itu pada suatu kesempatan dalam acara perpisahan sekolah tempat di mana aku mengajar, aku berinisiatif untuk memperkenalkan tari Indang Dindin Badindin ini kepada masyarakat luas di Kecamatan Balai Riam. Selama satu bulan penuh aku melatih murid-muridku membawakan tarian ini. Tidak terlalu sulit bagi kami untuk melakukannya, karena aku mendownload sejumlah video dari YouTube. terlebih lagi murid-muridku sangat antusias dan tertarik membawakan tarian ini. Kendala kami adalah kami tidak memiliki kostum pakaian adat Minangkabau untuk penampilan kami nanti. Manakala di daerah kami belum ada toko penyewaan kostum atau pakaian adat. Tak kehabisan akal kami membuat kostum ala kadarnya dan sangat sederhana seperti yang terlihat dalam foto. Berikut merupakan lirik di balik lagu yang mengiringi tarian tersebut….

Continue reading Lirik Lagu Tari Dindin Badindin