Melanjutkan Mimpi


Buku pelajaran Bahasa Jepang semasa SMA

Malam ini aku tak bisa tidur karena memikirkan teteh Syahrini yang cantiknya cetar membahana. Tugas mengisi nilai rapor belum selesai. Akh, K13 (Kurikulum 2013, red) ini amat-sangat menyusahkanku. Bagaimana tidak, rapor ini super detail dalam setiap deskripsi mata pelajarannya. Termasuk semua karakter dan kepribadian siswa harus dijabarkan secara terperinci dan mendalam. Bila kita yang pernah mengenyam kurikulum 1994 hanya bisa melihat nilai finalnya saja, maka dalam rapor K13 setiap mata pelajaran dimuat beserta rincian nilai yang pernah diperoleh siswa selama satu semester. Mulai dari nilai pe-er, nilai tugas porto folio, nilai presentasi, nilai praktik menulis, nilai praktik berbicara, nilai praktik membaca, nilai bla-bla-bla dan seterusnya. DETAIL!
Suasana kegelapan gegara mati listrik turut menyelimutiku diiringi kapasitas batrai si lepi yang tinggal beberapa puluh menit lagi. Lelah dengan pekerjaan yang kulakukan, aku pun memutuskan untuk melanjutkannya besok pagi begitu arus listrik kembali mengalir. Sejenak aku termenung mengingat kalau beberapa waktu yang lalu aku telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpiku. Aku begitu bahagia. Dan, aku tergerak untuk menggoreskan sedikit cerita di balik keberhasilanku itu.
Kalau bukan berkat dorongan Mbak Feli yang selalu sabar menyemangatiku. Juga Mas Adi Wibowo yang selalu memanasiku bahwa dirinya sudah tiba di Jepang lebih dulu. Mungkin aku takkan pernah sampai mengunjungi negeri matahari terbit itu. Ya, seperti yang sering kuceritakan pada postingan terdahulu, aku memang sangat menggilai negara asal kartun Naruto. Mm, bukan berarti aku sangat menyukai Naruto ya. Jauh sebelum itu aku sudah begitu mencintai Jepang layaknya suami yang mencintai istri (ehem). Meskipun pada kunjungan kemarin aku tak berhasil menemui Honami Suzuki, aku akan tetap mencintainya.
Dulu, mimpiku adalah berkuliah di Tokyo Daigaku (Tokyo University) dan mengikuti perkumpulan-perkumpulan mahasiswa seperti yang sering kulihat di dorama-dorama Jepang. Aku mengikuti klub menggambar, klub musik atau klub akting seperti dalam cerita-cerita komik manga. Kemudian aku menikah dengan gadis Jepang yang wajahnya mirip dengan Honami Suzuki atau Aihara Kotoko (tokoh dorama Itazura na Kiss). Kenyataannya, manusia memang hanya bisa berencana. Keputusan tetap di tangan Tuhan. Entah mengapa semua mimpiku itu harus kukubur dalam-dalam sekian belas tahun yang lalu. Jalan hidupku tidak digariskan seperti apa yang kuangan-angankan. Tetapi aku yakin, suatu saat akan tetap ada jalan menuju ke sana. Sekarang, jawabannya telah kutemukan.
Setiap kali membaca manga, aku berpikir kalau orang Jepang memiliki kepribadian yang unik. Di balik watak mereka yang introverted, mereka sangat ekspresif dalam gambar. Goresan-goresan yang mereka tuangkan ke atas kertas memacuku untuk turut berkarya. Cerita yang mereka kisahkan tidak jauh berbeda dengan keseharianku selama ini. Sejak kecil aku sedikit introverted dan tidak begitu supel. Aku cenderung penyendiri dan sering mengurung diri di dalam kamar. Duniaku hanya buku dan televisi. Sampai akhirnya waktu SD aku mengikuti suatu perkumpulan yang anggotanya hanya terdiri dari lima orang. Aku menyebutnya Genk SEDAN (Sugih, Erfan, Dadan, Amar, dan Nico). Andai aku tidak masuk sekolah, apa jadinya nama genk kami? Kami berlima adalah para lelaki yang selalu memperebutkan peringkat kedua di sekolah. Karena bagi kami mendapatkan peringkat pertama adalah hil yang mustahal. FYI, peringkat pertama selalu diduduki oleh anak guru kami-yang berwajah cantik jelita. Kami tak pernah berpikir kalau ‘sang juara’ bisa menempati posisinya karena adanya unsur KKN (Kura-Kura Ninja), sehubungan ibunya adalah seorang guru di sekolah kami. Semua mengakui kalau dia memang sangat intelek dan tak satu pun di antara kami yang berhasil menggeser posisinya hingga kami semua lulus SD. Genk kami pun akhirnya bubar. Kami telah memilih SMP favorit masing-masing.
Memasuki SMP, aku kembali menjadi penyendiri yang hanya gemar menghabiskan waktuku untuk membaca buku. Duniaku hanya sekolah, perpustakaan kota, toko buku, dan tentu saja kamarku. Setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi toko buku untuk membeli komik-komik terbaru. Semua serial Detective Conan memenuhi meja belajarku. Usai membaca komik, aku selalu menggurat pensil di atas kertas mengikuti lekuk wajah setiap karakter dalam komik. Aku tahu, aku sangat kesepian. Karena itulah aku berpikir sepertinya kepribadianku tidak jauh berbeda dengan kepribadian orang Jepang. Aku tidak mudah bergaul jika tidak ada yang mengajakku lebih dulu. Aku malu setiap kali harus berbicara di depan banyak orang. Sampai akhirnya, aku berusaha mengubah kepribadianku begitu aku memasuki duniaku yang baru: masa SMA.


Tumpukan komik Detective Conan yang masih kusimpan hingga sekarang

Komik manga yang pernah kubuat ketika SMP bergenre  romance-mistery terinspirasi dari Salad Days karya Shinobu Inokuma 
Saat SMA, aku mendirikan sebuah organisasi English Club bersama sekelompok kakak kelas yang memiliki idealisme yang sama denganku. Kami menamai organisasi kami, LIMIT (Lima English Society). Lima merupakan nama sekolah kami, SMA Negeri 5 Bogor. Kami berkeinginan agar anggota perkumpulan kami berhasil mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri. Tak diduga klub bahasa Inggris yang kami bentuk selalu menjadi ‘the most wanted organization’ di sekolah setiap tahunnya. Lebih dari seratus orang mendaftarkan diri setiap tahun ajaran baru dimulai.
Di luar kegiatan LIMIT, aku terdaftar sebagai anggota ‘Siswa Peduli Buku’. Tugasku adalah membantu pustakawan di perpustakaan sekolah setiap hari. Mulai dari mendata anggota perpustakaan yang aktif berkunjung, hingga menata letak buku yang telah dibaca oleh para pengunjung. Hari-hariku mulai dipenuhi warna yang indah. Lucunya sejak memasuki SMA, hidupku berubah drastis. Aku tumbuh menjadi remaja gaul dan melepas image kuper (kurang pergaulan, red) yang melekat dalam diriku semasa SMP. Aku menjadi sangat sibuk dengan berbagai organisasi yang kuikuti. Tak hanya di sekolah, aku juga aktif menjadi pengurus Bogor English Club yang dinaungi oleh RRI Bogor. Ibuku tak pernah menyangka kalau aku memiliki banyak teman dari berbagai rentang usia. Teman-temanku di Bogor English Club, bukan hanya para mahasiswa IPB tetapi juga banyak orang dewasa yang sudah bekerja mapan sebagai manager bank, dosen IPB, penyiar RRI, dokter hewan, dan lain sebagainya. Pernah suatu kali karena keaktifanku di Bogor English Club, Ibu Sjahandari selaku donatur tetap yang kebetulan berprofesi sebagai manager bank terkemuka di Indonesia, memberiku beasiswa sejumlah uang tunai yang akhirnya kubayar SPP sekolah satu semester.
Tawaran untuk membentuk perkumpulan lain juga datang kepadaku. Melihat potensi bahasa Jepang dalam diriku, guru Bahasa Jepang mengajakku untuk mendirikan perkumpulan yang kami namakan ‘Gofun Dake’, artinya ‘Hanya Lima Menit’. Jadi, dalam perkumpulan tersebut kami semua berkumpul untuk bercerita dalam bahasa Jepang di mana masing-masing anggota hanya diberi durasi lima menit setiap menyampaikan cerita. Tidak seperti LIMIT, Gofun Dake memiliki anggota terbatas. Guru kami hanya memilih anak-anak yang pernah tinggal lama di Jepang (terkecuali saya). Anggota Gofun Dake terdiri dari aku, seorang kakak kelas yang bernama Aryo dan adiknya yang bernama Satria, adik-adik kelasku Hana-chan, Putu-kun, Tina-chan, dan Rangga-kun. Kadang kegiatan kami lumayan iseng. Kami semua gemar menggambar manga. Aku dan Puan (Putu-kun) sering menggambar tokoh kartun Crayon Shinchan, Aryo-kun suka sekali menggambar Gundam, Satria-kun suka Doraemon, Rangga-kun suka Samurai X, Tina-chan suka sekali serial cantik Salad Days, dan Hana-chan sangat gemar Cardcaptor Sakura. Wah, kalau sudah menggambar kami semua akan heboh saling mengomentari dan tertawa lepas bersama karena gambar kami lucu-lucu.
Setiap kali sekolah diliburkan di luar tanggal merah, klub Gofun Dake sering melakukan kunjungan ke kedutaan besar Jepang untuk mencari informasi beasiswa. Kadang juga kami pergi mengunjungi pusat kebudayaan Jepang (The Japan Foundation) hanya untuk menonton film Jepang dan membaca buku-buku bertulisan Kanji. Biasanya kami pergi bersama dengan menaiki kereta. Selain ongkosnya jauh lebih murah, juga dapat menghemat waktu karena tidak macet dan sangat cepat. Kelakuan kami tidak jauh berbeda dengan kebiasaan orang Jepang yang sangat suka jalan kaki. Jadi, setibanya di Jakarta kami semua berjalan kaki mencapai tempat tujuan. Meskipun jauh, kami sama sekali tidak pernah merasa lelah. Kami semua sangat gembira karena melakukannya bersama-sama. Kegiatan lainnya bersama perkumpulan Gofun Dake adalah mengikuti lomba pidato Bahasa Jepang dan menulis kaligrafi Kanji. Aku benar-benar bangga perkumpulan kami selalu menyabet juara dalam setiap event yang kami ikuti. Aryo-kun, Satrio-kun, dan Puan-kun secara bergiliran menyabet juara pertama lomba pidato hingga ke tingkat nasional di Bandung dan Jakarta. Sementara aku sendiri pernah menyabet juara ketiga dalam lomba menulis Kanji dan Cerdas Cermat Bahasa Jepang tingkat Nasional di SMA Negeri 46 Jakarta.
Rasanya aku senang sekali. Dengan berorganisasi aku telah mengubah kepribadianku dari yang semula introverted menjadi ekstroverted. Sepertinya hidupku mengalir seperti cerita dalam komik. Sayangnya aku tidak berhasil membangun chemistry yang baik dengan semua anggota Gofun Dake. Begitu kami lulus sekolah, perkumpulan kami bubar dengan sendirinya. Tak ada lagi penerus-penerus kami yang melanjutkan perjuangan untuk dapat meraih beasiswa ke Jepang. Atau paling tidak, menjuarai kejuaraan yang pernah kami ikuti sebelumnya. Setelah kami lulus, semua anggota Gofun Dake berhasil menggapai mimpi mereka untuk melanjutkan studi di Tokyo Daigaku. Hanya aku yang belum masuk ke sana. Tetapi seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, aku percaya mimpi untuk ke Jepang itu pasti dapat kuraih meskipun tidak berkuliah di sana.
Sejak mimpiku terkubur sekian belas tahun silam, aku tak pernah lagi menggambar. Aku telah keluar dari dunia komik yang selama ini menjadi duniaku. Cita-citaku untuk menjadi seorang mangaka (manga maker) telah kukubur sejak saat itu. Akan tetapi sekarang, setelah aku berhasil mewujudkan mimpiku ini aku mulai bergerak kembali menggores pensil di atas kertas. Mimpiku akan kulanjutkan.
NB: Liputan jalan-jalan di Jepang akan kurapel setelah perjalanan backpacking ke KorSel usai. Jangan lewatkan ya^^

Kembali menggambar manga, belum discan untuk diedit di photoshop^^


Wuah, jueleknya muintah ampwun lebih parah dari gambar anak TK. Bwahahaha…

Inilah Bimbel Gue!

image

Kali ini gue mau cerita soal bimbingan belajar (bimbel) gue yang udah gue diriin sebelas tahun lamanya. Pembaca mungkin banyak yang nggak percaya kalo bimbel gue udah berdiri selama itu. Sehebat apa sih bimbel yang gue punya, dan kok bisa bertahan begitu lama? Well, simak cerita gue selengkapnya aja! Sorry kalo tulisan gue kali ini nggak ada unsur komedinya. Gue mau serius cerita sama kalian semua. Araseo? (Ceileh, sok jago Bahasa Korea ya gue :)).

Seperti yang udah gue ceritain dari postingan gue terBAHEULA, bimbel gue ini gue dirikan secara nggak diduga. Ini semua di luar planning gue. Tahun 2004 gue hijrah ke Kalimantan, awalnya bukan buat ngediriin bimbel. Melainkan buat cari kerja jadi karyawan perusahaan minyak kelapa sawit. Niatnya sih waktu itu gue mau ngelamar jadi operator di perusahaan yang namanya PT. KSK (Kalimantan Sawit Kusuma), perusahaan minyak kelapa sawit terbesar di Kalimantan. Tapi Om gue ngelarang keras lantaran gue pake kacamata minus. Emangnya kalo pake kacamata minus gak boleh kerja gitu? Kenyataannya gue perhatiin banyak banget karyawan PT. KSK yang pake kacamata. Gak tahu kali ya cowok yang pake kacamata minus itu tampangnya manis-manis (kaya gue, Afghan Syahreza, sama Pradikta Wicaksono 😎 ). Sampe sekarang gue gak tau pasti kenapa Om gue waktu itu ngelarang keras gue ngelamar ke sana. Sampe akhirnya gue ikut kerja sama paman gue yang lain, paman yang jadi Bapak Pembangunan (alias developer) di kabupaten tempat tinggal gue. Meskipun begitu, gue nggak dapet bagian yang enaknya kok. Gue jadi kuli. Beneran gue jadi kuli! Aneh? Tugas gue ngegali tanah buat bikin kuburan gue sendiri nimbun pondasi mesjid yang lagi dibangun di Desa Pangkalan Muntai. Sumpah, ternyata berat banget! Gue harus nyangkul tanah yang kerasnya minta ampun (berhubung lagi musim kemarau), terus dibawa ke mesjid pake angkong yang jaraknya 200 meter dari lokasi penggalian. Yang bikin gue berat adalah kerasnya si tanah. Gue heran, kok bisa tanah lempung jadi sekeras batu? Pake formalin kali ya? 😅 Alhasil tangan gue lecet semua dan kapalan (ini baru cowok sejati 💪). Tapi gue gak betah kerja di sana. Kampung tempat kerja gue sepi banget, dan gue gak punya passion di bidang seni bangunan. Haha… gak bakat jadi tukang kali ya 👷🏰 .

Akhirnya seminggu kemudian gue balik ke rumah bibi gue. Kebetulan tahun ajaran baru sekolahnya adek sepupu gue yang kelas 4 SD, baru aja dimulai. Gue lihat di rapornya adek sepupu gue itu nggak ada pelajaran Bahasa Inggris. Gak tahu dapet inisiatif dari mana, gue langsung ngedatangin rumah kepseknya buat ngelamar jadi menantunya. Eh salah deng, maksud gue buat ngelamar jadi guru Bahasa Inggris di sekolahnya. Gue nggak bawa ijazah, apalagi surat kawin. Tapi Alhamdulillah, gue langsung diterima sebagai guru volunteer sama Pak Kepsek. Manakala waktu itu gue juga masih terbilang anak kemaren sore, soalnya kan gue baru aja lulus SMA. Gila, berani banget ya gue ngelamar jadi guru? Inilah petualangan pertama gue menjadi penerus Engkong Oemar Bakri (ngikutin lagunya Om Iwan Fals: Oemar Bakri… Oemar Bakri…). Tapi Engkong Oemar Bakri masih mending, berangkat ke sekolah naek sepeda ontel jadi pegawai negeri pulak! Nah gue, ke sekolah aja selalu jalan kaki. Gempor  deh kaki gue setiap hari. Engkong, sepedanya warisin atuh ke gue :oops::| .

Sejak gue ngajar di sekolahnya adek sepupu gue, bibi gue nyaranin supaya gue buka les juga di rumah. Soalnya waktu itu belum ada satu orang pun guru yang membuka usaha bimbingan belajar. Gue pikir, kenapa enggak? Toh, selama gue SMP dan SMA di Bogor, gue udah biasa ngajar les privat anak tetangga gue yang masih SD. Jiwa pendidik gue kembali bangkit. Darah ‘guru’ para leluhur gue nurun ke gue. Emang udah suratan Illahi kali ya, gue harus jadi seorang guru di Kalimantan.

image

Baru sehari buka les, murid gue udah terkumpul sebanyak 40 orang. Wow, luar biasa sekali bukan? Itu artinya perhatian masyarakat terhadap dunia pendidikan lumayan tinggi. Gue semakin semangat buat ngejalanin bimbel sampe seterusnya. Meski pelanggan gue terbilang banyak, tapi waktu itu gue masang tarif lumayan murah cuma Rp20.000,00 perbulan. Demi peningkatan penghasilan, gue terus door to door nyari tambahan pelanggan supaya bimbel gue semakin rame. Gue rela berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya (sumpah sakit banget, karena nggak ada angkutan umum di sini).

Tok! Tok!

“Ya, ada apa ya?” tanya pemilik rumah.

“Permisi Bu, maaf mengganggu. Apakah Ibu punya anak yang sedang bersekolah di SD atau SMP?” kata gue sopan.

“Ada. Emangnya kenapa, Mas? Mas mau nyulik anak saya ya?” seloroh si ibu pemilik rumah.

JEBREDT! (pintu pun ditutup).

Ting tong!

“Mau cari siapa?” tanya penghuni rumah berikutnya.

“Saya mau cari…” jawab gue.

“Maaf ya, lowongan pembantu di rumah ini sudah diisi sama saya! Silakan cari rumah lain saja ya!” penghuni rumah itupun ngelambaikan tangannya bak Miss Universe yang habis kecebur got.

Hadeuh… kenapa sih orang-orang di sini pada aneh-aneh? Tapi gue gak gentar dan terus berusaha, maju terus ketokin pintu rumah orang. Keluar masuk hutan dan perkampungan penduduk sampe nyasar di sawitan dikejar-kejar orang utan. Alhamdulillah usaha gue membuahkan hasil. Jumlah pelanggan gue menembus angka di atas 50 orang. LUAR BINASA! (Ups, maksudnya luar biasa pemirsa!). Anak-anak peserta didik gue bahkan banyak yang berhasil menembus peringkat sepuluh hingga tiga besar di sekolahnya masing-masing. Orang-orang mulai berpikiran kalo ternyata bimbel itu sangat penting, mengingat perilaku anak zaman sekarang yang pada malas belajar. Melihat keberhasilan gue dalam mendidik anak, orang-orang sekampung semakin rame berdatangan ngantri sembako buat daftar les sama gue. Saking ramenya bimbel gue, gue sampe nambah jadwal kelas malam. Malahan ada yang enggak keterima sama gue lantaran kelasnya kepenuhan (biasanya gue nampung maksimal 8 murid perkelas). Benar-benar keberhasilan yang luar biasa buat gue. Semakin dikenal dan terbukti kaya apa kualitas gue, gue mulai berani naekin tarif. Tiap tiga semester sekali gue pasti naekin tarif menyesuaikan tingkat perekonomian masyarakat di kampung gue. Yang dulu awalnya cuma Rp20.000,00 perbulan, gue naekin jadi Rp40.000,00 pas tahun 2006. Terus jadi Rp75.000,00 setelah tiga semester berikutnya. Kemudian naek lagi jadi Rp150.000,00 pada tahun 2010 dan Rp175.000,00 perbulan pada tahun 2012. Hingga akhirnya sekarang gue udah masang tarif Rp1.500.000,00 persemester. Tentunya kenaikan tarif ini gue imbangin sama fasilitas yang terus bertambah.

image

Sebenarnya bimbel gue cuma bimbel rumahan yang biasa-biasa aja. Bukan pula bimbel resmi yang punya izin operasional dari Dinas Pendidikan. Waktu itu minta izin sama dinas setempat dianggap masih kurang penting karena daerah tempat tinggal gue adalah daerah terbelakang yang sedang berkembang. Jadi gue belum terlalu mikirin pentingnya dapat izin operasional dari dinas pendidikan setempat. Tapi semenjak enam tahun terakhir, kampung gue semakin banyak perantau yang datang dari Jawa. Dan mereka turut membuka usaha buka bimbingan belajar kaya gue. Di sinilah gue mulai ngerasa izin operasional itu sangat penting demi eksistensi bimbel gue yang paling pertama ada. Meskipun begitu banyak bimbel baru di kampung gue, masyarakat menilai bimbel yang mereka bikin belum mampu menandingi kehebatan bimbel gue (ceileh… sombong amat ya gue 😚). Bimbel yang mereka bikin hanya sebatas ngajarin pelajaran Matematika, IPA, IPS, PKn, dan Bahasa Indonesia. Sedangkan di bimbel gue, hampir semua pelajaran diajarkan terkecuali Pendidikan Agama untuk yang non Islam. Gak mungkin kan gue ngajar pelajaran Pendidikan Agama Kristen, Hindu, atau Budha, sementara agama gue sendiri Islam! Boleh dibilang bimbel gue ini merupakan bimbel yang komplit karena berbagai bahasa asing (Inggris, Jepang, Korea, Mandarin, dan Italia) menjadi mata pelajaran optional berdasarkan kesukaan para murid. Sementara mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi pelengkap di bimbel gue. Setiap hari murid-murid les gue datang ke rumah membawa laptop pribadi  (dan sebagian lain udah gue sediakan di bimbel). Begitu mereka datang biasanya mereka bakal bertegur sapa sama semua orang di rumah pake Bahasa Inggris atau bahasa asing yang mereka suka.

“Hello, good afternoon teacher. Jal jinaeseoyo?” sapa murid-murid gue yang suka Bahasa Inggris dan Korea.  

“Good afternoon. Ne, jal jinaeseoyo!” balas gue ke mereka.

“Sensei, watashi wa shukudai ga arimasu. It’s very difficult! Oshiete kudasai ne!” celoteh murid gue yang suka ngomong Jepang campur Inggris.

“Hontou desu ka? Let’s try to solve it!” ajak gue ke mereka.

“Lao shi, wo bu ming pai! Please, repeat it once again!” Nah kalo yang ini murid gue yang jago Mandarin.

Keren kan? Kecil-kecil para murid gue udah belajar jadi polyglot niruin gue. Haha… 😆 . Oya selain jago bahasa asing,  banyak murid gue yang berhasil menjadi juara olimpiade SAINS (Matematika dan IPA) lho. Baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. Beberapa di antaranya ada yang sudah menembus tingkat nasional. Bayangkan, TINGKAT NASIONAL, pemirsa! Kampung gue cuma kampung kecil, bimbel gue juga bukan bimbel berkelas, tapi hasil didikan gue benar-benar ‘JADI’! Kebanyakan murid gue, walaupun sudah berhasil menjadi juara, mereka selalu ngotot sama ortunya supaya terus lanjut les sama gue. Saking ngebetnya senang diajar sama gue, sampe-sampe pernah ada murid gue yang pindah ke kota terus dia maksa ortunya supaya gue ikut pindah sama mereka. Hadeuh… aneh kan? Kalian tahu apa yang terjadi sama murid gue itu sekarang? Dia nggak mau sekolah kalo gurunya bukan gue (ini serius lho! Swear! ✌).

Semenjak munculnya banyak bimbel baru di kampung gue, gue juga gak berhenti meningkatkan kualitas pelayanan gue terhadap pelanggan. Malahan saking dianggap bagusnya kualitas bimbel gue, banyak pelanggan yang berlangganan turun-temurun mulai dari anak pertama, anak kedua, hingga seterusnya. Ditambah lagi tanpa harus bikin iklan ataupun promosi ke sekolah-sekolah, usaha bimbel gue malah dipromosiin sama para pelanggan gue sendiri. Banyak di antara mereka yang mengajak keluarganya buat jadi pelanggan gue juga. Jadi intinya gue udah gak serepot harus door to door kaya dulu lagi. Biasanya para calon pelanggan gue datang sendiri ke rumah karena mendengar promosi dari kerabat mereka soal bimbel gue.

Well, pembaca pasti bertanya-tanya sebenarnya modal bikin bimbel itu gede gak sih? Terus kaya apa manajemennya supaya bimbel kita bisa awet tahan lama dan tetap menjadi primadoni? (maaf, primadonanya lagi izin ke wc sebentar. Hihihi… 😄). Nih, gue kasih tips sama bocorannya ya. Kali aja pembaca ada yang langsung bikin bimbel sehabis baca tulisan ini.

image

1. Tempat bimbel bisa rumah pribadi. Enggak harus di pinggir jalan raya yang rame dilewatin banyak kendaraan. Kenyataannya suara bising kendaraan malah ngeganggu konsentrasi belajar para peserta didik. Kebetulan rumah gue berada di paling pojok sebuah gang (tapi mobil bisa masuk), suasananya sepi nyaris gak ada tetangga, halaman cukup luas, dan banyak pepohonan. Adem, asri, dan teduh bikin murid-murid gue nyaman belajar. Ruang belajar les hanya ada dua ruangan (indoor dan outdoor). Gue sengaja bikin kelas outdoor selain supaya murid-murid bisa menyatu dengan alam, murid-murid juga bisa menghirup udara segar, dan nggak ngerasa jenuh belajarnya.

2. Sediakan fasilitas penunjang pelajaran mulai dari buku paket, buku kumpulan soal, peta, atlas, kerangka manusia, struktur tubuh manusia, globe, CD untuk listening bahasa asing, meja belajar, mikroskop, alat musik, dll. Kisaran biayanya kira-kira Rp3.000.000,00-Rp5.000.000,00.

3. Penataan ruang belajar dibuat senyaman mungkin. Buatlah posisi duduk lesehan supaya para peserta didik nggak terlalu pegal. Ajak para peserta didik menikmati fasilitas yang kita sediakan, misalnya nonton film kartun berbahasa Inggris. Niscaya para murid cepat nyerap bahasa asing yang lagi mereka pelajari. Atau bisa juga ajak mereka nyanyi diiringi piano dan alat musik lainnya. Suasana belajar kaya gini bikin murid nggak ngerasa boring.

4. Kalau bimbel kita pengen dapet izin operasional dari dinas pendidikan, sebaiknya kita bikin izin dulu ke notaris. Persyaratannya antara lain surat keterangan usaha dari kepala desa dan  fotokopi KTP 6 orang: pembina lembaga bimbingan, ketua, sekretaris, bendahara, dan dua orang anggota lainnya. Biaya izin notaris relatif terjangkau, kemaren gue cuma disuruh bayar satu juta rupiah. Sedangkan waktu ngajuin izin operasional ke dinas pendidikan nggak diminta uang administrasi sama sekali alias free. Malahan kalau bimbel kita rutin bikin laporan ke dinas pendidikan, pihak yang terkait di dinas pendidikan bakal ngasih bantuan operasional seperti buku-buku penunjang pelajaran, meja, kursi, dan fasilitas lainnya. Asyik kan? 🙂

5. Meskipun bimbel kita udah maju, kita harus komitmen dan konsisten terhadap usaha kita! Para tenaga pengajar harus selalu mau belajar mengikuti perkembangan dunia pendidikan, dan jangan pernah ngerasa ‘mentang-mentang sudah jadi guru, kita sudah pintar, dan nggak perlu belajar!’ itu sih sama aja nonsense! Sejatinya guru itu harus selalu meningkatkan skill, supaya enggak dipandang remeh sama muridnya. Mengajar tanpa belajar itu namanya guru sombong! Belajar tanpa mengajar itu namanya guru malas dan pelit!

6. Kuasai jenis usaha! Lihat usaha bimbel yang menjadi pesaing bisnis kita. Apakah mutu kita berada di bawah mutu bimbel mereka. Kalau iya, cari segera solusinya! Kalau ternyata bimbel kita lebih baik mutunya daripada bimbel sebelah, pertahankan dan terus tingkatkan! Gue pribadi pada prinsipnya nggak pernah memandang orang yang sama-sama buka usaha bimbel sebagai saingan. Toh rezeki itu sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan! Gue selalu menyerahkan segalanya kepada Tuhan, dan ngebiarin semua berjalan apa adanya. Tukang baju aja di pasar nggak cuma ada satu kan? Biarkan konsumen yang memilih. Semakin banyak konsumen yang tahu kualitas kita, niscaya semakin banyak pula orang yang ingin menjadi pelanggan.

7. Buatlah laporan berkala mengenai pemasukan bimbel dan kegiatan bimbel supaya program bimbel menjadi terarah dan berjalan dengan baik! Ada kalanya dana yang masuk dari peserta bimbel harus dialokasikan untuk berbagai keperluan yang menunjang kegiatan bimbel. Usahakan agar dana yang masuk tidak tercampur dengan kepentingan pribadi. Jadi sebaiknya dana pribadi dipisahkan terlebih dahulu.

Well, segitu aja kali ya cerita soal bimbelnya. Semoga tipsnya bermanfaat. Kalo ada yang mau daftar di bimbel gue, gue tunggu lho… Ini alamatnya:

Bimbingan Belajar Sugih
Desa Bangun Jaya
Jalan Raya PT. KSK RT1/1
Kec. Balai Riam
Kab. Sukamara
Kalimantan Tengah 74173

Gallery

image

image

image

image

image

image

Kelas Internasional Net.

Para pemeran :

Carlos Camelo sebagai Carlos De Vega dari Kolombia

image

Abbas Aminu sebagai Abas dari Nigeria

image

Suzuki sebagai Kotaro dari Jepang
Wiwiek Michiko sebagai Ling Ling dari China

image

Lee Jeong Hoon sebagai Lee Joung Yu dari Korea Selatan
Loyd Christina sebagai Angelina dari Brazil

image

Tyson Lynch sebagai Tyson dari Australia
Palak Bhansali sebagai Mrs. Palak dari India

image

Tarra Budiman sebagai Pak Budi (guru)
Maya Wulan sebagai Ibu Rika (kepala sekolah)

image

Udah pada tau kan komedi satu ini? Yup, acara yang ditayangin sama Net. ini lagi jadi tontonan favorit gue di akhir pekan. Gila, ceritanya ngocol abiez! Gue sampe ngakak guling-guling nonton berulang-ulang setelah gue download videonya dari YouTube. Walaupun ide cerita aslinya dapet nyontek dari komedi Inggris lawas tahun 1970-an yang berjudul Mind Your Language! Tapi gue tetep nikmatin cerita komedi ini. Soalnya versinya sedikit beda sama versi Inggris yang gue sebutin barusan. Tentunya “Kelas Internasional” mengusung budaya Indonesia sebagai pembeda dari versi aslinya. Dan gue juga pernah nonton komedi sejenis ini versi Jepang-nya pas zaman gue masih SMA, tapi gue lupa judul komedinya. Yang jelas semua versi  ceritanya berhasil bikin ngocok perut! 😀

Bahasa melambangkan bangsa! Mungkin itu tema yang mau disampaikan oleh Net. ke penonton supaya bangsa Indonesia bisa mengenal lebih dekat sama bangsa-bangsa yang sering banget berinteraksi sama Indonesia. Bangsa yang berbudaya luhur adalah bangsa yang menjunjung tinggi bahasa di negaranya! Sayangnya masih banyak orang Indonesia yang kurang mencintai bahasa negaranya sendiri. Kosakata Bahasa Indonesia sering diubah menjadi bentuk yang aneh-aneh dalam tatanan pergaulan. Sehingga mengakibatkan Bahasa Indonesia asli menjadi terlupakan dan mungkin hanya tinggal namanya saja yang terdaftar di dalam kamus pada masa yang akan datang. Lucunya meskipun banyak orang Indonesia yang menguasai bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jerman, Korea, dan Jepang, akan tetapi enggak sedikit juga orang Indonesia yang ‘tidak’ ataupun ‘kurang’ mengenal bangsa-bangsa lain. Sebagai contoh misalnya banyak orang Indonesia yang nggak bisa ngebedain mana orang China, Jepang, atau Korea lantaran ketiga bangsa tersebut memiliki ciri fisik yang nyaris sama yaitu berkulit kuning cerah, dan bermata sipit. Padahal kalo diperhatikan lebih seksama tingkat kesipitan ketiga bangsa itu sedikit berbeda. Orang Korea misalnya, walaupun sipit tapi kelopak mata mereka agak kelipat ke dalam mirip mata yang lagi ngantuk. Sementara kesipitan mata orang China nyaris menyerupai garis yang meruncing tajam. Kalo orang Jepang menurut gue sih transisi di antara keduanya. Selain fisik orang Indonesia juga sering ketuker soal budaya ketiga bangsa tersebut. Misalnya kimono dikira pakaian tradisional orang China, padahal itu pakaiannya orang Jepang. Gitu juga sama huruf China (Han zi), malah disebut Kanji. Emang sih huruf Kanji aslinya dari China. Tapi kan Jepang udah  memodifikasinya sedemikian rupa sehingga kaidah penggunaannya antara Han zi sama Kanji sedikit berbeda. Kimchi makanan khas orang Korea disangka asalnya dari China. Kadang orang Indonesia juga nggak bisa ngebedain mana orang Arab sama orang India. Dua-duanya sama-sama punya hidung mancung,  berkulit putih kaya bule, dan bermata coklat. Pada nggak nyadar kali ya, padahal orang Indonesia juga kan matanya coklat (bukan item lho ya!), coklatnya coklat tua, makanya gelap banget. Coba deh perhatiin di kaca kalo nggak percaya! Ada yang tau gak perbedaan orang Arab sama orang India? Kalo menurut gue sih, semancung-mancungnya orang India, kebanyakan cowok India mancungnya rada bengkok!

Banyak sekali ambiguitas interjeksi bahasa lintas negara. Seringkali kita menemukan sebuah kata dari suatu bahasa tetapi lucunya kata tersebut mempunyai makna yang berbeda dalam bahasa lain. Sebagai contoh, ayo monggo, silakan baca postingan-postingan jadul gue berikut ini :

Kesalahpahaman Gadis Indonesia dengan Pria Filipina

Kesalahpahaman Orang Jepang dengan Orang Jawa

Kesalahpahaman Orang Jawa dengan Orang Jepang

Kesalahpahaman Orang Jawa dengan Orang Sunda

Kesalahpahaman Anak Jepang dengan Anak Arab

Bangsa Indonesia udah gak perlu diragukan lagi kemajemukannya. Dengan adanya keaneka-ragaman yang ada, bangsa Indonesia sudah semestinya bisa bersikap terbuka terhadap kemajemukan bangsa-bangsa lain di dunia. Pernah gak kalian ngalamin salah paham sama orang yang beda suku atau bangsa? Pengalaman gue mengajar di sekolah internasional menambah khazanah pengetahuan gue soal perbedaan antarbangsa. Baik kosakata bahasa maupun adat kebiasaan masing-masing bangsa. Banyak kejadian lucu yang pernah gue alamin sama murid-murid dan temen-temen kerja gue yang beda bangsa. Salah satunya adalah pas gue menghadiri jamuan makan malam di rumah temen gue, orang Thailand. Waktu itu ceritanya gue dijamu kue-kue khas Thailand buatan dia. Lantaran rasa kuenya enak, terang aja gue muji dia dong! “Hey, kue buatanmu enak sekali! Maaf ya, kalau aku ketagihan sama kuenya!” Gak tahu kenapa setelah gue ngomong gitu semua orang di rumah temen gue itu mendadak pada diem merhatiin gue. Sontak gue jadi grogi diliatin banyak orang. Apa gue salah ngomong? Atau omongan gue terlalu berlebihan? Kayanya kelakuan gue malu-maluin kali ya? Akhirnya temen gue itu bisik-bisik di telinga gue, “Maaf ya bilang ‘kue’-nya pelan-pelan saja, soalnya dalam Bahasa Thai ‘kue’ itu artinya ‘alat kelamin laki-laki’!” Sumpah gue langsung keselek pas gue ngedenger bisikan temen gue itu. Buru-buru gue minum segelas air dan gue langsung diem, speechless. Gak tau mesti ngapain.

image

Menurut gue sebenarnya jumlah murid di komedi “Kelas Internasional” terbilang masih kurang. Kenapa di kelas tersebut gak ada orang Arab dan Eropa? Seenggaknya ada satu bangsa perwakilan dari Eropa. Lebih tepatnya mungkin orang Belanda. Secara negara kita punya ikatan sejarah yang panjang sama negara kincir angin itu. Bakal lebih banyak kekonyolan semakin banyak bangsa yang dilibatkan.

Well, kalo pembaca kurang paham alur cerita komedi ini, nih gue review sedikit deh episode perdananya :

image

image

Pak Budi (Tarra Budiman) adalah guru Bahasa Indonesia baru di lembaga kursus yang dipimpin oleh Bu Rika (Maya Wulan). Ceritanya Bu Rika adalah sosok kepala sekolah yang tegas, agak jutek, doyan makan cemilan, dan penyuka lelaki bertubuh indah. Pertama kali Pak Budi masuk untuk mengajar, Bu Rika menakut-nakutinya kalau sebelumnya sudah ada 2 orang guru depresi dan satu orang guru menjadi gila gara-gara menghadapi kelakuan para murid di ruang 3 alias kelas internasional. Disebut kelas internasional karena para penghuninya berasal dari pelbagai negara. Sebut saja antara lain :

image

1. Ling Ling, wanita karir asal Republic of China ini bekerja di International Bank of China. Suka berjualan di kelas, agak pelit, dan sering perhitungan dengan teman. Lidahnya pedal (cadel) tidak bisa mengucapkan huruf ‘r’. Ling Ling menyukai Carlos, pemuda mapan asal Kolombia yang hadir sebagai murid baru di kelas bersamaan dengan hari pertama Pak Budi mengajar.

image

2. Lee Jeong Yu, cowok cute asal Korea Selatan yang narsis, suka selfie, suka ngedance, dan bekerja di perusahaan elektronik. Diceritakan pada episode ke-5 Lee jatuh cinta sama Makoto adiknya Kotaro.

image

image

3. Kotaro Suzuki, pria Jepang ahli pijat shiatsu ini gak bisa nyebut huruf ‘l’ karena Bahasa Jepang emang gak kenal konsonan ‘l’ (kebalikan Ling Ling dong!). Pada waktu perkenalan, Kotaro kebelet pengen pipis dan nanya letak toilet sama Pak Budi. Pas Pak Budi ngejelasin arah kiri, Kotaro ngedengernya ‘harakiri’ yang berarti bunuh diri dalam Bahasa Jepang. Jelas Kotaro langsung emosi lantaran ngira disuruh bunuh diri sama Pak Budi. Di lain episode diceritakan Kotaro nggak suka adiknya, Makoto, berhubungan dekat dengan Lee. Terang aja Kotaro sama Lee gak bakalan akur.

image

image

4. Mrs. Palak, ibu rumah tangga asal India ini kerjaannya nyulam dan ngejahit celana anaknya terus selama di kelas. Dia kurang bergaul sama teman-temannya, gak bisa ngomong Bahasa Indonesia, dan suka memelihara ular. Waktu Pak Budi menyuruhnya buat memperkenalkan diri, Mrs. Palak gak ngerti. Dia malah nulis nama Pak Budi sama Abas di papan tulis pake huruf Dewanagari. Padahal maksud Pak Budi ngasih spidol ke dia buat nulis namanya sendiri.

5. Tyson, siapa gak kenal suami Melanie Ricardo ini? Ceritanya Tyson berkebangsaan Australia dan pekerjaannya aktor ‘cameo’ di film-film made in Indonesia. Tyson seringkali berantem dengan Carlos. Keduanya juga bersaing memperebutkan perhatian Angelina.

image

6. Abas, mahasiswa asal Nigeria. Sifatnya easy-going tapi slengean. Cepet ngerti Bahasa Indonesia tapi sering miskomunikasi dengan orang di sekitarnya.

image

image

Murid-murid yang sering bertingkah konyol sering bikin Pak Budi kewalahan. Umur dah pada tua juga tapi kelakuan kaya anak-anak. Gak jarang akhirnya Pak Budi dipanggil ke ruangan kepsek gara-gara dianggap nggak bisa ngatasin murid-muridnya di kelas. Suatu hari Bu Rika kedatangan murid baru yang ingin belajar Bahasa Indonesia di kelas internasional. Begitu ngeliat siapa yang datang, Bu Rika langsung terpana sama ketampanan si Don Juan. Tanya-tanya siapa namanya yang ternyata bernama Carlos De Vega, Bu Rika langsung cari namanya di Facebook. Dasar mata Bu Rika jelalatan, ngeliat foto postur tubuh Carlos yang shirtless langsung bling-bling!

image

image

image

image

Carlos memiliki usaha coffee shop. Dia juga jago mainin harmonika. Tapi Tyson gak suka sama Carlos. Pas keduanya berantem, Lee malah sengaja berfoto selfie di belakang mereka. Ling Ling bukannya misahin malah cari perhatian di depan Carlos. Di saat keributan terjadi datanglah murid baru yang super cantik bernama Angelina (Loyd Christina) model dari Brazil.

image

image

image

image

Siapa yang gak tahu Loyd? Bule cantik ini sering nongol di majalah-majalah katalog produk bermerek terkenal, sejumlah iklan kaya es krim Magnum, parfum, dan kosmetik luar yang dibintanginya juga banyak nongol di layar kaca Indonesia. Loyd juga pernah maen jadi Suster Sofi di Hafalan Shalat Delisa, beu waktu Suster Sofi kirim foto ke Pak Ustadz, fotonya cantik banget. Di sana Suster Sofi berpenampilan berhijab, terang aja bikin Pak Ustadznya kesengsem.

image

image

Baru masuk kelas, Angelina langsung jadi rebutan antara Tyson dan Carlos. Tapi kelihatannya sepertinya Angelina naksir Pak Budi deh. Tiap kali digodain sama Angelina, Pak Budi sering deg-degan dan penyakit  asmanya langsung kambuh. Kasihan Pak Budi. Mau tahu cerita selanjutnya? Tonton aja deh di Net. Setiap Sabtu dan Minggu pukul 17.30 WIB. Jangan lewatkan ya!

Sebagai penutup gue mau narik kesimpulan pelajaran yang bisa diambil dari tontonan komedi ini. Antara lain sebagai berikut :

1. Banggalah menjadi bangsa Indonesia sebelum bangsa lain ngebanggain bangsa ini!
2. Hormatilah bangsa lain karena nggak ada bangsa yang sempurna di dunia! Setiap bangsa punya kekurangan dan kelebihan masing-masing!
3. Berkomunikasilah yang baik supaya orang lain ngerti maksud tujuan kita! Berbahasalah bahasakan bahasa!

Sampai ketemu lagi di tulisan selanjutnya ya. Bye… 🙂

Review Novel : In 10 Days

image

Hallo pembaca… kembali lagi BJ Sugih dengan tulisan barunya. Bagaimana kabar kalian semua? Kalian pasti kangen berat sama tulisanku kan? *nimbang truk sama kapal*  😅  Ngomong-ngomong gak kerasa ya sekarang sudah menginjak Ramadhan sepekan. Puasanya pada lancar nggak nih? Alhamdulillah BJ Sugih juga puasanya lancar lho (tapi kalau ada mama doank  😁). Eh, enggak ding, puasanya beneran lancar kok! Ciyus ✌! Buat kalian semua yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, Sugih ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa ya. Semoga ibadah puasa kita senantiasa dipermudah dan amal ibadah kita selama bulan Ramadhan yang suci ini diterima oleh Allah subhanawata’alla. Amin ya rabbal alamin.

Sesuai judulnya di atas, tulisanku kali ini akan membahas tentang sebuah novel yang baru-baru ini selesai kubaca. Sebelumnya aku mau  mengucapkan terima kasih banyak kepada Bli Gara yang sudah mengirimkan naskah novel ini secara cuma-cuma kepadaku  via email 3 bulan yang lalu. Betapa beruntungnya aku mendapatkan kesempatan membaca kisah cinta yang menyentuh ini *jingkrak-jingkrak senang kaya kelinci minta kawin* 🐰 . Aku berani jamin pembaca bakal termehek-mehek setelah membaca cerita novel ini 😭 . Sesuai janjiku kepada Bli Gara, pada postingan kali ini aku akan mengupas habis tentang novel ‘In 10 Days’. Namun sebelumnya aku juga mau minta maaf yang sebesar-besarnya kalau tulisanku ini sangat terlambat buat diposting. Bayangin 3 bulan pemirsa, kucing peliharaan tetangga sebelah aja udah pada ngelahirin! Miaaauw… 🐱 *diketok sama Bli Gara* (Eh enggak deng, Bli Gara kan orangnya baik, sabar, dan pengertian. Iya kan Bli?)

Oke langsung aja kita cekidot soal novelnya ya…

image

Sinopsis singkat  ‘In 10 Days’ :
Ryuta Ozaki adalah seorang secret admirer (pengagum rahasia) Sayaka Kurosaki, gadis cantik teman sekampusnya. Demi Sayaka, Ryuta selalu ada di belakangnya memberikan barang-barang yang diperlukan oleh gadis berhati lembut itu secara diam-diam, termasuk tiket konser band kesukaannya. Hingga pada akhirnya perilaku Ryuta pun tertangkap basah oleh sang pujaan hati setelah Kana Nishino, sahabat Sayaka, memberi saran kepada Sayaka untuk mengambil payung di lokernya. Hari itu turun hujan, Kana merasa yakin kalau pengagum rahasia Sayaka yang tak lain sebenarnya adalah Ryuta, pasti telah menaruh payung di loker Sayaka. Betapa terkejutnya Sayaka mendapati Ryuta di sana. Namun siapa sangka kalau gayung akan bersambut. Cinta Ryuta dengan mudahnya diterima oleh Sayaka tanpa syarat. Di mata Sayaka, Ryuta Ozaki adalah sosok pria baik-baik dan juga tampan. Walaupun dia bukan tipe lelaki yang disukainya. Hubungan pun terus berlanjut. Sayaka dan Ryuta ‘terpaksa’ menikah lantaran MBA (married by accident). Keduanya terlalu larut menikmati pesta dansa tahunan yang diselenggarakan oleh universitas mereka. Sampai akhirnya mereka berdua mabuk dan tak sadarkan diri kalau mereka telah melewati batas-batas pergaulan. Sayaka dinyatakan hamil, dan Ryuta menikahinya dengan penuh kebahagiaan. Akan tetapi kebahagiaan itu berubah menjadi mimpi buruk yang menyeramkan. Sayaka enggan memakai nama ‘Ozaki’ di belakang nama kecilnya, termasuk pada nama anaknya kelak. Kemudian Sayaka melempar cincin pernikahannya dan enggan memanggil Ryuta dengan panggilan ‘suami’. Sayaka juga enggan tidur satu kamar dengan suaminya itu. Padahal Ryuta sudah menabung jauh-jauh hari untuk membeli rumah cantik impiannya demi membahagiakan Sayaka. Sikap Sayaka mendadak berubah dingin setelah upacara pernikahan usai. Sayaka mendiamkan Ryuta selama berbulan-bulan lamanya, seolah-olah Ryuta adalah makhluk asing yang tinggal di rumahnya. Tak ada sapaan ‘selamat pagi’, tak ada sarapan yang terhidang di atas meja makan setiap pagi untuk Ryuta, tak ada sambutan ‘selamat datang’ setiap Ryuta pulang kerja, dan tak ada ucapan ‘selamat tidur’ ketika mereka akan beristirahat. Alih-alih bukannya menjadi ibu rumah tangga yang baik, setelah Sayaka mengalami keguguran pun malah memutuskan untuk menjadi wanita karir di perusahaan yang telah lama ia idamkan semenjak masih duduk di bangku kuliah. Ryuta hanya bisa pasrah menerima perlakuan Sayaka terhadapnya.

Hingga pada suatu pagi di bulan November tanggal 19, Ryuta terbangun dari tidurnya. Ia termenung mengingat mimpi aneh yang dialaminya. Dalam mimpinya itu ia melihat sebuah peti mati yang ternyata di dalamnya terbaring sesosok mayat wanita yang sangat dicintainya, Sayaka. Apakah itu pertanda buruk? Anehnya setelah Ryuta mengalami mimpi aneh tersebut, sikap Sayaka berubah baik kepadanya. Sikap Sayaka kembali hangat padanya seperti saat mereka pacaran dulu. Sayaka juga selalu menyajikan sarapan untuk Ryuta. Yang paling mengejutkan lagi untuk pertama kalinya Sayaka mau diajak berziarah ke makam kakaknya oleh kedua orang tuanya. Ryuta pun diajaknya serta.  Dan yang membuat Ryuta kaget, Sayaka memutuskan untuk resign dari perusahaan tempatnya bekerja. Ryuta tak menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Di benaknya sepertinya Sayaka telah berubah dan ingin menjadi istri yang baik baginya. Maka Ryuta bermaksud untuk melamarnya kembali dan mengulangi pernikahan mereka. Dalam sebuah kencan ganda yang telah direncanakannya bersama Kana dan calon suaminya, Yoshihiko, Ryuta bermaksud melamar Sayaka di atas ferris wheel Daikanransha, kincir ria tertinggi keempat di dunia yang menyuguhkan pemandangan Kota Tokyo setinggi 115 meter dari atas permukaan laut. Bertepatan dengan terbenamnya matahari ketika ferris wheel yang mereka naiki berada di puncak ketinggian, Sayaka menolak lamaran yang diajukan oleh Ryuta. Bahkan setelah itu Sayaka tak pulang ke rumah bersamanya. Ia malah pulang ke rumah orang tuanya. Ada apa sebenarnya dengan Sayaka? Dan apa yang sebenarnya akan terjadi dalam waktu 10 hari?

My first impression about ‘In 10 Days’ : Sumpah, aku merasa tertipu oleh judul novel ini. Awalnya aku mengira genre novel ini adalah action semacam Mission Impossible, atau James Bond 007. Ternyata ini adalah sebuah roman. Hanya saja background yang dipakai dalam cerita ini adalah negeri sakura. Menurutku background tersebut masih kurang sesuai jika ditinjau dari segi kultur dan alur ceritanya. Mengapa? Karena terdapat beberapa hal yang janggal, antara lain sebagai berikut :

1. Penulis tidak menceritakan latar belakang keluarga masing-masing tokoh. Apakah mereka berasal dari keluarga miskin, sederhana, pas-pasan, atau keluarga yang kaya raya. Sebab banyak sekali adegan para tokoh menggunakan kendaraan pribadi. Padahal pada kenyataannya dalam kehidupan kultur orang Jepang sehari-hari, mereka lebih menyukai memakai transportasi umum seperti bis, taksi, dan kereta ketimbang mobil pribadi. Sebenarnya sih karena politik dumping yang merupakan kebijakan pemerintah sana, harga mobil di Jepang jauh lebih mahal daripada di Indo. Apalagi mereka juga gemar bersepeda dan berjalan kaki. Karena orang Jepang sangat sadar lingkungan dan senantiasa menghindari polusi. Terkecuali mereka berasal dari golongan elite kelas menengah ke atas. Okelah kalau seandainya Ryuta dan beberapa tokoh lainnya berasal dari golongan tersebut, pembaca bisa memakluminya.

2. Hubungan orang Jepang dalam lingkungannya cenderung kaku. Penulis sebenarnya sudah berhasil memaparkan hubungan antara Ryuta dengan Sayaka. Sayaka yang sungkan untuk menolak Ryuta, Ryuta yang pasrah menerima perlakuan Sayaka setelah mereka berdua menikah, dan hubungan yang canggung ketika Sayaka kembali bersikap baik padanya, sampai rahasia yang dipendam Sayaka dari Ryuta. Sayangnya penulis tidak ingat hubungan antara Reiji dengan Sayaka. Hellooo… ini siapa dengan siapa ya? Kok si Reiji lancang benar berani memeluk Sayaka hanya karena Sayaka mendapat nilai B dalam ujian skripsinya? Sahabat aja bukan kan? Kan dalam ceritanya, Reiji juga baru mengetahui perihal hubungan Ryuta dengan Sayaka. Tapi tindakan Reiji menunjukkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sudah lama saling mengenal. Setahuku sikap orang Jepang yang baru saja saling mengenal itu saling sungkan dan belum terlalu akrab. Terkecuali mereka telah mengobrol panjang-lebar berjam-jam seperti yang sering dilakukan oleh Kogoro Mouri dalam komik Detective Conan *huhu… ketahuan deh, suka baca komik Conan* 😅

3. Panggilan Ryuta kepada mertuanya yang hanya menyebutkan nama diakhiri –san (Tuan/Nyonya) baca : Takeo-san dan Keiko-san. Apakah hal tersebut dikarenakan Ryuta memiliki masalah dengan Sayaka? Pada kenyataannya dalam kehidupan sosial orang Jepang, ada maupun tiada masalah, seorang menantu tetap memanggil mertuanya dengan sebutan ayah mertua dan ibu mertua. Bahkan sebagian lain memanggil dengan sebutan ‘otosan’ (ayah) dan ‘okasan’ (ibu). Hal ini tetap dilakukan seumpama mereka telah tidak menjalin hubungan sebagai menantu dan mertua lagi, karena kasus perceraian maupun pasangan meninggal dunia. Bila seorang menantu memanggil nama (meskipun diakhiri –san) kepada mertuanya, hal ini dianggap tidak sopan di negara Jepang. Pernikahan adalah ikatan dua buah keluarga yang sangat erat bukan?

Well, kayanya aku gak bisa bicara panjang lebar untuk mengomentari novel ini. Karena selain runut meski alur ceritanya maju mundur maju mundur cantik *kata Emak Syahrini* selebihnya novel ini sangat bagus dan recommended banget buat para ibu rumah tangga yang doyan membaca novelnya Asma Nadia semacam Catatan Hati Seorang Istri. Hanya saja ini versi suaminya. Mungkin bisa juga kalau cerita ini mempunyai judul lain : Catatan Hati Seorang Suami. *Ups* Apakah para lelaki juga bisa membaca novel ini? Uhm, sepertinya novel ini cocok banget kalau dibaca para suami yang sedang galau karena ‘diasingkan’ oleh istri, ditinggal pergi oleh istri, suami yang takut kepada istri, dan sedang terancam di ambang perceraian rumah tangga. Novel ini sarat pesan moral kepada para suami dan calon suami yang sedang bersiap-siap untuk berumah tangga agar tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga seperti kehidupan-kehidupan rumah tangga di Indonesia dan di Jepang kebanyakan. Seperti yang kita ketahui banyak kepala keluarga yang senang mengamuk kepada istri dan anak-anaknya tatkala mereka sedang dilanda suatu masalah. Sering kali kita melihat para ayah di Jepang membenturkan kepala istrinya ke meja atau dinding dan mendorong tubuh mereka hingga terjatuh ke lantai. Sangat tidak manusiawi! Sikap Ryuta yang pasrah menerima perlakuan Sayaka merupakan figur suami yang tabah dan tegar, bukan berarti ia takut kepada istri. Justru ia selalu ingin membahagiakan istrinya. Ia percaya setelah hari itu mendung, matahari akan kembali bersinar cerah. Kita juga harus berhati-hati dalam membina hubungan, terutama bila kita belum menikah. Jagalah pasangan kita dari perbuatan maksiat agar kehidupan rumah tangga kita senantiasa selamat dunia akhirat.

Sebelum ulasan ini kututup, aku sempat heran dengan mimpi aneh yang dialami Ryuta. Ryuta amat takut kalau hal yang dilihatnya dalam mimpi merupakan pertanda buruk baginya : kematian Sayaka. Menurut kepercayaan sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga sebagian bangsa Asia, terutama umat muslim, tabir mimpi melihat orang meninggal dunia menandakan bahwa orang yang dimimpikan tersebut akan panjang umur. Correct me if I’m wrong! Mungkin cukup sekian ulasan dariku. Selebihnya pembaca silakan membaca sendiri novel tersebut bila sudah beredar di toko-toko buku. Terakhir, aku ingin memberi ralat kepada Bli Gara, frase yang benar adalah ‘lesung pipi’, bukan ‘lesung pipit’. Karena frase tersebut mengandung makna lesung yang terdapat di pipi. Terima kasih banyak atas cerita yang luar biasa ini. Semoga karya-karya Bli Gara semakin digemari banyak orang. Sampai jumpa di tulisanku selanjutnya ya. Mata aimashou^^ 😄 👋

My Favorite Old Japanese Song : ON THE ROAD

image

On the Road

by Oda Yuji

 

 

Yume ni kaketa futari

Kawasu kotoba sukunaku

Itsumo kita basho ni tachi

Tooku o miru

 

Kizuite ita keredo

Senaka mita kunakatta

Kemuri sae odaya ka ni

Yurete iru

 

Itsumo onaji sono michi

(standing on the road)

Aruite ita to omotte ita sa

 

REFF

Itsuka mata toki o sugosoo

Yokaze no fukare

Kino.. nuide.. kokoro yuku made

Ima wa tada kotoba watasoo

Yume mita tomoyo

Kono.. michi o yuku dake to

 

Kawari hajimeta keshiki

Dare mo itsumo no yooni

Sugiteyuku kizu no kazu

Tomerarezu ni

 

Tsunabokori no naka de

Nigiritsubusu aki kan

Kiete uku tooi umi

Wasurenai

 

Itsumo onaji ano sora

(looking on the sky)

Miagete ita to kanjite ita sa

 

Itsuka mata machi de sawagoo

Nagarareta REASON

Karada.. yurashi.. tadayou mama ni

Ima wa moo furi kaerazu ni

Kono mama ore wa

Yume.. sa ga shitsuzu kete yuku

 

 

 

My Favorite Old Japanese Song : Sekai Ni Hitotsu Dake No Hana

image

Sekai Ni Hitotsu Dake No Hana

Sung by SMAP

Hanaya no misesaki ni naranda
Ironna hana o mite ita
Hito sorezore konomi wa aru kedo
Doremo minna kirei da ne
Kono naka de dare ga ichiban da nante
Arasou koto mo shinaide
Baketsu no naka hokorashige ni
Shanto mune o hatte iru

Sore na no ni bokura ningen wa
Doushite kou mo kurabetagaru
Hitori hitori chigau no ni sono naka de
Ichiban ni naritagaru

Sou sa bokura wa
Sekai ni hitotsu dake no hana
Hitori hitori chigau tane o motsu
Sono hana o sakaseru koto dake ni
Isshoukenmei ni nareba ii

Komatta you ni warainagara
Zutto mayotteru hito ga iru
Ganbatte saita hana wa doremo
Kirei dakara shikata nai ne
Yatto mise kara dete kita
Sono hito ga kakaete ita
Irotoridori no hanataba to
Ureshisou na yokogao

Namae mo shiranakatta keredo
Ano hi boku ni egao o kureta
Daremo ki zukanai you na basho de
Saiteta hana no you ni

Sou sa bokura wa
Sekai ni hitotsu dake no hana
Hitori hitori chigau tane o motsu
Sono hana o sakaseru koto dake ni
Isshoukenmei ni nareba ii

Chisai hana ya ookina hana
Hitotsu toshite onaji mono wa nai kara
Number one ni naranakutemo ii
Motomoto tokubetsu na only one

Terjemahan Bahasa Indonesia  :

Satu-satunya Bunga yang Ada di Dunia

Aku menatap semua jenis bunga
Yang tertata rapi di toko bunga
Setiap orang memilih jenis yang berbeda
Namun mereka semua cantik
Tak satupun dari mereka bertarung
Atas siapakah yang terbaik
Mereka semua berdiri tegak dengan bangganya
Dalam potnya masing-masing

Jadi mengapa kita ingin
membandingkan diri kita seperti ini?
Mengapa kita ingin menjadi yang terbaik
Kalau setiap orang itu berbeda?

Ya, begitulah kita
Satu-satunya bunga yang ada di dunia
Masing-masing mempunyai bibitnya sendiri
Untuk itu mari kita lakukan yang terbaik
Untuk menanamnya agar tumbuh menjadi bunga

Ada banyak orang yang
sedang kesulitan tersenyum
Karena mereka benar-benar kehilangan
Tapi itu bukan masalah
Karena setiap bunga telah bekerja keras
Agar tumbuh cantik
Pada akhirnya seseorang datang
Di luar toko bunga membawa sekeranjang
Bunga dengan warna yang berbeda-beda
Wajahnya terlihat sangat bahagia

Aku tak tahu namanya
Namun dia memberiku sebuah senyuman
Seperti bunga yang mekar
Di sebuah tempat yang tidak diperhatikan orang

Ya, begitulah kita
Satu-satunya bunga yang ada di dunia
Masing-masing mempunyai bibitnya sendiri
Untuk itu mari kita lakukan yang terbaik
Untuk menanamnya agar tumbuh menjadi bunga

Bunga kecil, bunga besar
Tak ada satupun yang sama
Kamu tak perlu menjadi nomor satu
Kamu istimewa, satu-satunya kamu
Sebagai alasan pertama