Bedah Buku Asma Nadia

Alhamdulillah bertemu, berbincang, dan berfoto bersama novelis terkenal Asma Nadia. Kemudian saling memfollow, menyukai foto, dan mengomentari foto di Instagram. Beliau orang yang cantik, ramah, lembut, rendah hati, dan senang berbagi ilmu. Semoga saya dapat menyusul kesuksesannya, produktif dalam berkarya. Aamiin yarabbalalamin.

Melanjutkan Mimpi


Buku pelajaran Bahasa Jepang semasa SMA

Malam ini aku tak bisa tidur karena memikirkan teteh Syahrini yang cantiknya cetar membahana. Tugas mengisi nilai rapor belum selesai. Akh, K13 (Kurikulum 2013, red) ini amat-sangat menyusahkanku. Bagaimana tidak, rapor ini super detail dalam setiap deskripsi mata pelajarannya. Termasuk semua karakter dan kepribadian siswa harus dijabarkan secara terperinci dan mendalam. Bila kita yang pernah mengenyam kurikulum 1994 hanya bisa melihat nilai finalnya saja, maka dalam rapor K13 setiap mata pelajaran dimuat beserta rincian nilai yang pernah diperoleh siswa selama satu semester. Mulai dari nilai pe-er, nilai tugas porto folio, nilai presentasi, nilai praktik menulis, nilai praktik berbicara, nilai praktik membaca, nilai bla-bla-bla dan seterusnya. DETAIL!
Suasana kegelapan gegara mati listrik turut menyelimutiku diiringi kapasitas batrai si lepi yang tinggal beberapa puluh menit lagi. Lelah dengan pekerjaan yang kulakukan, aku pun memutuskan untuk melanjutkannya besok pagi begitu arus listrik kembali mengalir. Sejenak aku termenung mengingat kalau beberapa waktu yang lalu aku telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpiku. Aku begitu bahagia. Dan, aku tergerak untuk menggoreskan sedikit cerita di balik keberhasilanku itu.
Kalau bukan berkat dorongan Mbak Feli yang selalu sabar menyemangatiku. Juga Mas Adi Wibowo yang selalu memanasiku bahwa dirinya sudah tiba di Jepang lebih dulu. Mungkin aku takkan pernah sampai mengunjungi negeri matahari terbit itu. Ya, seperti yang sering kuceritakan pada postingan terdahulu, aku memang sangat menggilai negara asal kartun Naruto. Mm, bukan berarti aku sangat menyukai Naruto ya. Jauh sebelum itu aku sudah begitu mencintai Jepang layaknya suami yang mencintai istri (ehem). Meskipun pada kunjungan kemarin aku tak berhasil menemui Honami Suzuki, aku akan tetap mencintainya.
Dulu, mimpiku adalah berkuliah di Tokyo Daigaku (Tokyo University) dan mengikuti perkumpulan-perkumpulan mahasiswa seperti yang sering kulihat di dorama-dorama Jepang. Aku mengikuti klub menggambar, klub musik atau klub akting seperti dalam cerita-cerita komik manga. Kemudian aku menikah dengan gadis Jepang yang wajahnya mirip dengan Honami Suzuki atau Aihara Kotoko (tokoh dorama Itazura na Kiss). Kenyataannya, manusia memang hanya bisa berencana. Keputusan tetap di tangan Tuhan. Entah mengapa semua mimpiku itu harus kukubur dalam-dalam sekian belas tahun yang lalu. Jalan hidupku tidak digariskan seperti apa yang kuangan-angankan. Tetapi aku yakin, suatu saat akan tetap ada jalan menuju ke sana. Sekarang, jawabannya telah kutemukan.
Setiap kali membaca manga, aku berpikir kalau orang Jepang memiliki kepribadian yang unik. Di balik watak mereka yang introverted, mereka sangat ekspresif dalam gambar. Goresan-goresan yang mereka tuangkan ke atas kertas memacuku untuk turut berkarya. Cerita yang mereka kisahkan tidak jauh berbeda dengan keseharianku selama ini. Sejak kecil aku sedikit introverted dan tidak begitu supel. Aku cenderung penyendiri dan sering mengurung diri di dalam kamar. Duniaku hanya buku dan televisi. Sampai akhirnya waktu SD aku mengikuti suatu perkumpulan yang anggotanya hanya terdiri dari lima orang. Aku menyebutnya Genk SEDAN (Sugih, Erfan, Dadan, Amar, dan Nico). Andai aku tidak masuk sekolah, apa jadinya nama genk kami? Kami berlima adalah para lelaki yang selalu memperebutkan peringkat kedua di sekolah. Karena bagi kami mendapatkan peringkat pertama adalah hil yang mustahal. FYI, peringkat pertama selalu diduduki oleh anak guru kami-yang berwajah cantik jelita. Kami tak pernah berpikir kalau ‘sang juara’ bisa menempati posisinya karena adanya unsur KKN (Kura-Kura Ninja), sehubungan ibunya adalah seorang guru di sekolah kami. Semua mengakui kalau dia memang sangat intelek dan tak satu pun di antara kami yang berhasil menggeser posisinya hingga kami semua lulus SD. Genk kami pun akhirnya bubar. Kami telah memilih SMP favorit masing-masing.
Memasuki SMP, aku kembali menjadi penyendiri yang hanya gemar menghabiskan waktuku untuk membaca buku. Duniaku hanya sekolah, perpustakaan kota, toko buku, dan tentu saja kamarku. Setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi toko buku untuk membeli komik-komik terbaru. Semua serial Detective Conan memenuhi meja belajarku. Usai membaca komik, aku selalu menggurat pensil di atas kertas mengikuti lekuk wajah setiap karakter dalam komik. Aku tahu, aku sangat kesepian. Karena itulah aku berpikir sepertinya kepribadianku tidak jauh berbeda dengan kepribadian orang Jepang. Aku tidak mudah bergaul jika tidak ada yang mengajakku lebih dulu. Aku malu setiap kali harus berbicara di depan banyak orang. Sampai akhirnya, aku berusaha mengubah kepribadianku begitu aku memasuki duniaku yang baru: masa SMA.


Tumpukan komik Detective Conan yang masih kusimpan hingga sekarang

Komik manga yang pernah kubuat ketika SMP bergenre  romance-mistery terinspirasi dari Salad Days karya Shinobu Inokuma 
Saat SMA, aku mendirikan sebuah organisasi English Club bersama sekelompok kakak kelas yang memiliki idealisme yang sama denganku. Kami menamai organisasi kami, LIMIT (Lima English Society). Lima merupakan nama sekolah kami, SMA Negeri 5 Bogor. Kami berkeinginan agar anggota perkumpulan kami berhasil mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri. Tak diduga klub bahasa Inggris yang kami bentuk selalu menjadi ‘the most wanted organization’ di sekolah setiap tahunnya. Lebih dari seratus orang mendaftarkan diri setiap tahun ajaran baru dimulai.
Di luar kegiatan LIMIT, aku terdaftar sebagai anggota ‘Siswa Peduli Buku’. Tugasku adalah membantu pustakawan di perpustakaan sekolah setiap hari. Mulai dari mendata anggota perpustakaan yang aktif berkunjung, hingga menata letak buku yang telah dibaca oleh para pengunjung. Hari-hariku mulai dipenuhi warna yang indah. Lucunya sejak memasuki SMA, hidupku berubah drastis. Aku tumbuh menjadi remaja gaul dan melepas image kuper (kurang pergaulan, red) yang melekat dalam diriku semasa SMP. Aku menjadi sangat sibuk dengan berbagai organisasi yang kuikuti. Tak hanya di sekolah, aku juga aktif menjadi pengurus Bogor English Club yang dinaungi oleh RRI Bogor. Ibuku tak pernah menyangka kalau aku memiliki banyak teman dari berbagai rentang usia. Teman-temanku di Bogor English Club, bukan hanya para mahasiswa IPB tetapi juga banyak orang dewasa yang sudah bekerja mapan sebagai manager bank, dosen IPB, penyiar RRI, dokter hewan, dan lain sebagainya. Pernah suatu kali karena keaktifanku di Bogor English Club, Ibu Sjahandari selaku donatur tetap yang kebetulan berprofesi sebagai manager bank terkemuka di Indonesia, memberiku beasiswa sejumlah uang tunai yang akhirnya kubayar SPP sekolah satu semester.
Tawaran untuk membentuk perkumpulan lain juga datang kepadaku. Melihat potensi bahasa Jepang dalam diriku, guru Bahasa Jepang mengajakku untuk mendirikan perkumpulan yang kami namakan ‘Gofun Dake’, artinya ‘Hanya Lima Menit’. Jadi, dalam perkumpulan tersebut kami semua berkumpul untuk bercerita dalam bahasa Jepang di mana masing-masing anggota hanya diberi durasi lima menit setiap menyampaikan cerita. Tidak seperti LIMIT, Gofun Dake memiliki anggota terbatas. Guru kami hanya memilih anak-anak yang pernah tinggal lama di Jepang (terkecuali saya). Anggota Gofun Dake terdiri dari aku, seorang kakak kelas yang bernama Aryo dan adiknya yang bernama Satria, adik-adik kelasku Hana-chan, Putu-kun, Tina-chan, dan Rangga-kun. Kadang kegiatan kami lumayan iseng. Kami semua gemar menggambar manga. Aku dan Puan (Putu-kun) sering menggambar tokoh kartun Crayon Shinchan, Aryo-kun suka sekali menggambar Gundam, Satria-kun suka Doraemon, Rangga-kun suka Samurai X, Tina-chan suka sekali serial cantik Salad Days, dan Hana-chan sangat gemar Cardcaptor Sakura. Wah, kalau sudah menggambar kami semua akan heboh saling mengomentari dan tertawa lepas bersama karena gambar kami lucu-lucu.
Setiap kali sekolah diliburkan di luar tanggal merah, klub Gofun Dake sering melakukan kunjungan ke kedutaan besar Jepang untuk mencari informasi beasiswa. Kadang juga kami pergi mengunjungi pusat kebudayaan Jepang (The Japan Foundation) hanya untuk menonton film Jepang dan membaca buku-buku bertulisan Kanji. Biasanya kami pergi bersama dengan menaiki kereta. Selain ongkosnya jauh lebih murah, juga dapat menghemat waktu karena tidak macet dan sangat cepat. Kelakuan kami tidak jauh berbeda dengan kebiasaan orang Jepang yang sangat suka jalan kaki. Jadi, setibanya di Jakarta kami semua berjalan kaki mencapai tempat tujuan. Meskipun jauh, kami sama sekali tidak pernah merasa lelah. Kami semua sangat gembira karena melakukannya bersama-sama. Kegiatan lainnya bersama perkumpulan Gofun Dake adalah mengikuti lomba pidato Bahasa Jepang dan menulis kaligrafi Kanji. Aku benar-benar bangga perkumpulan kami selalu menyabet juara dalam setiap event yang kami ikuti. Aryo-kun, Satrio-kun, dan Puan-kun secara bergiliran menyabet juara pertama lomba pidato hingga ke tingkat nasional di Bandung dan Jakarta. Sementara aku sendiri pernah menyabet juara ketiga dalam lomba menulis Kanji dan Cerdas Cermat Bahasa Jepang tingkat Nasional di SMA Negeri 46 Jakarta.
Rasanya aku senang sekali. Dengan berorganisasi aku telah mengubah kepribadianku dari yang semula introverted menjadi ekstroverted. Sepertinya hidupku mengalir seperti cerita dalam komik. Sayangnya aku tidak berhasil membangun chemistry yang baik dengan semua anggota Gofun Dake. Begitu kami lulus sekolah, perkumpulan kami bubar dengan sendirinya. Tak ada lagi penerus-penerus kami yang melanjutkan perjuangan untuk dapat meraih beasiswa ke Jepang. Atau paling tidak, menjuarai kejuaraan yang pernah kami ikuti sebelumnya. Setelah kami lulus, semua anggota Gofun Dake berhasil menggapai mimpi mereka untuk melanjutkan studi di Tokyo Daigaku. Hanya aku yang belum masuk ke sana. Tetapi seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, aku percaya mimpi untuk ke Jepang itu pasti dapat kuraih meskipun tidak berkuliah di sana.
Sejak mimpiku terkubur sekian belas tahun silam, aku tak pernah lagi menggambar. Aku telah keluar dari dunia komik yang selama ini menjadi duniaku. Cita-citaku untuk menjadi seorang mangaka (manga maker) telah kukubur sejak saat itu. Akan tetapi sekarang, setelah aku berhasil mewujudkan mimpiku ini aku mulai bergerak kembali menggores pensil di atas kertas. Mimpiku akan kulanjutkan.
NB: Liputan jalan-jalan di Jepang akan kurapel setelah perjalanan backpacking ke KorSel usai. Jangan lewatkan ya^^

Kembali menggambar manga, belum discan untuk diedit di photoshop^^


Wuah, jueleknya muintah ampwun lebih parah dari gambar anak TK. Bwahahaha…

Budaya Pus Am

Sebenarnya saya ragu untuk menulis artikel ini. Sedikit khawatir bila tulisan ini akan menuai kontraversi seperti jambul Khatulistiwanya Syahrini, karena artikel yang akan saya angkat menyangkut adat-istiadat masyarakat luas di daerah tempat tinggal saya. Setelah saya mempertimbangkan lebih lanjut, saya harus menulis artikel ini dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Sebab pada hakikatnya segala sesuatu hal senantiasa memiliki dua sisi yang bertolak belakang: baik dan buruk, positif dan negatif, menguntungkan dan merugikan.

Masyarakat di daerah barat daya provinsi Kalimantan Tengah mengenal budaya pus-am sejak zaman nenek moyang mereka menempati wilayah tersebut yang meliputi kabupaten Sukamara, kabupaten Lamandau, dan sebagian kabupaten Kotawaringin Barat. Ada pula masyarakat di wilayah selatan kabupaten Ketapang yang terletak di provinsi Kalimantan Barat. Lalu, apakah yang dimaksud dengan budaya pus am itu?

Lebih tepatnya pus am atau kerap juga dilafalkan pusam dalam aksen cepat, adalah suatu kebiasaan masyarakat di wilayah yang telah saya sebutkan di atas, di mana mereka enggan memedulikan suatu persoalan yang mungkin dianggap penting oleh lawan bicaranya. Secara harfiah pus dapat diartikan ‘biar saja’ dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi masyarakat cenderung mengartikannya sebagai suatu ungkapan yang berarti ‘masak bodoh’. Masyarakat di perbatasan Kalbar dan Kalteng seringkali melafalkannya, “pus am!” atau “pus am bah!” dengan intonasi meninggi pada kata ‘am’ dan memanjang pada pengucapan kata ‘bah’ menjadi ‘baaah!’ 

Kata ‘am’ dan ‘bah’ itu sendiri tidak memiliki makna yang berarti. Kedua kata tersebut hanya menjadi penghias kalimat, atau penekan kalimat yang mengindikasikan kasar-halusnya suatu pengucapan. Bunyi ucapan tersebut memang tidak nyaman didengar dan terkesan kasar. Akan tetapi kebiasaan mengucapkan kata-kata pus am telah mendarah daging di masyarakat sehingga menjadi tradisi. Saya kerap dibuat jengkel tatkala mendengar seseorang mengatakan pus am kepada saya. Seringnya saya mendengar kata-kata tersebut akhirnya saya menjadi terbiasa dan bersikap sabar ketika menyikapinya. Beberapa kejadian tidak menyenangkan yang pernah saya alami dengan budaya pus am antara lain sebagai berikut:

Pertama, waktu itu saya baru menjadi seorang guru di sebuah SMA. Murid-murid saya tidak berpakaian rapi layaknya pelajar. Dan saya menegur mereka, “Tolong dimasukkan pakaiannya ya, supaya kelihatan rapi!” Namun mereka membalas ucapan saya dengan pernyataan, “Pus am, Pak! Apa guna rapi-rapi?” sambil berlalu meninggalkan saya tanpa mengindahkan teguran saya. Melihat hal itu, saya hanya menggeleng-geleng kepala.

Kedua, pernah suatu ketika saya menyuruh salah seorang siswa untuk menjenguk temannya yang beberapa hari tidak masuk sekolah. “Sudah beberapa hari Rafta tidak masuk sekolah, bisakah kamu mampir ke rumahnya sepulang sekolah nanti? Barangkali dia sakit,” pinta saya waktu itu. Tak disangka jawaban murid yang saya mintai tolong itu seperti ini, “Pus am bah! Apa guna juga menjenguk dia? Biar ja amun dia sakit.” Ujarnya dengan nada datar. Mulut saya ternganga mendengar jawaban tersebut. Apakah dia tidak memiliki solidaritas, pikir saya.

Ketiga, saat sedang ujian berlangsung salah seorang siswa tak kunjung mengisi lembar jawabannya. Sementara waktu ujian akan segera habis. Secara kebetulan saya sedang mengawas. Tentu saja begitu saya melihat kejadian itu, saya langsung menegur siswa yang bersangkutan. “Tolong lembar jawabanmu segera diisi, karena waktu ujian sudah mau habis. Maaf, saya tidak bisa memberi perpanjangan waktu untuk itu,” ucap saya dengan hati-hati. Lagi, mata saya harus membelalak lebar mendengar tanggapan si empu kertas. “Alah, pus am bah, Pak! Mau waktunya habiskah, mau diperpanjangkah nggak urus. Biar nggak dapat nilai juga!” 

Saya tidak habis pikir mengapa orang-orang di daerah tempat tinggal saya memiliki pola pikir yang begitu pendek. Mereka tidak mau memedulikan apa yang orang lain khawatirkan meskipun hal tersebut berkaitan erat hubungannya dengan mereka. 

Kejadian lain yang pernah saya alami, suatu hari saya melihat seorang anak balita kira-kira berusia dua tahun berjalan kaki mengikuti ibunya keluar masuk hutan untuk mencari rebung. Panas matahari begitu terik, bocah itu tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Bocah itu meraung-raung kesakitan sambil terus mengejar sang ibu yang berjalan jauh di depan. Saya tidak tega melihatnya, apalagi kaki si bocah dipenuhi luka parut akibat bergesekan dengan semak berduri dan ranting pepohonan yang tidak bersahabat dengannya. “Aduh Bu, ini anaknya kasihan luka-luka. Ayo saya antar ke puskesmas,” tawar saya seraya menggendong si bocah. Sang ibu dengan sikap acuh tak acuh, hanya menoleh ke arah saya sekilas kemudian melanjutkan langkahnya jauh ke dalam hutan. “Pus am, Pak! Suruh dia jalan lagi!” teriaknya tiba-tiba dari kejauhan. Ya, saya maklum penduduk lokal memang terbiasa berjalan tanpa alas kaki. Karena itulah mereka memiliki fisik yang sangat kuat. Tapi untuk anak seusia itu? Terlalu dini rasanya. Atau jiwa saya yang terlalu lembut?

Di lain waktu pernah pula seorang teman meminjam beberapa barang milik saya antara lain jam tangan, jaket, dan sepatu. Entah disengaja atau tidak, semua barang yang dipinjam oleh teman saya itu ditinggalkannya di kamar hotel ketika ia berjalan-jalan ke kota dengan kekasihnya. Setelah saya memintanya untuk mengembalikan barang-barang tersebut, dengan enteng teman saya ini menjawab, “Pus am bah! Ambil aja sendiri ke hotel sana!” Grr… Benar-benar menjengkelkan punya teman seperti itu. 

Ada banyak sekali kejadian berujung pus am yang saya alami. Kebanyakan pus am-pus am itu lebih bermakna ‘Sorry ya, aku nggak peduli’. Sampai akhirnya saya memahami mengapa tradisi pus am telah mendarah daging di masyarakat sejak zaman bahari. Konon dahulu kala di pedalaman pulau Kalimantan pada masa kolonialisme dan imperialisme bangsa barat, para kompeni tidak pernah sampai ke area pedalaman. Sehingga penduduk di pedalaman tidak terlalu menderita seperti halnya penduduk di kota yang notabene banyak mengalami penyiksaan. Penduduk pedalaman berjiwa bebas. Mereka berperang bukan untuk melawan penjajah, melainkan suku lain yang dianggap musuh oleh suku mereka. Begitu negara Indonesia merdeka dan pulau Kalimantan masuk ke dalam wilayah NKRI, penduduk di pedalaman tidak begitu mengerti makna sebuah kemerdekaan. Mereka kurang menjiwai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila seperti tenggang rasa, toleransi, musyawarah, dan jiwa nasionalisme. Saking kurang memahaminya, pernah saya mengunjungi suatu dusun di pelosok Kalbar pada bulan Agustus untuk melihat perayaan dirgahayu RI di sana. Setibanya di sana saya sangat kaget, karena saya merasa tiba-tiba bukan berada di negara sendiri. Sepertinya saya sudah tersesat ke Republik Polandia. Karena apa? Sang saka merah putih dikibarkan terbalik di setiap halaman rumah para penduduk dusun. Saat saya memberitahu warga bahwa pemasangan bendera di dusun mereka semua terbalik, lagi-lagi warga hanya menanggapi perkataan saya dengan kata, “Pus am!”

Apa saya terus tinggal diam menyikapi orang-orang di sekitar saya untuk melestarikan budaya pus am? Awalnya saya maklum, dan hanya bisa menerima perlakuan yang tidak mengenakkan ini secara sepihak. Seiring bergulirnya waktu akhirnya saya mencoba untuk menentangnya. Tentu saja bukan dengan cara yang ekstrim dan anarkis. Cara saya adalah menempatkan diri saya sebagai bintang drama Korea. Haha… mungkin ini lucu kedengarannya. Silakan Anda baca kembali cerita kejadian-kejadian yang telah saya alami di atas. Bayangkan kalau Anda sedang menyaksikan adegan drama Korea di mana para tokoh-tokohnya sedang cekcok satu sama lain. 

Setiap ada murid yang penampilannya tidak rapi, saya tetap menegur mereka untuk merapikannya tak peduli bila mereka mengatakan pus am kepada saya. Bila mereka tak mengindahkan perkataan saya, maka aksi drama Korea saya adalah menghalangi langkah mereka sebelum mereka berlalu meninggalkan saya. “Hey, biar saya saja yang merapikan pakaian kalian! Orang tua kalian tidak pernah mengajari bagaimana cara berdandan ya? Ayo, sini saya ajarkan sekalian! Penampilan saya sepuluh kali lebih rapi daripada Lee Min Ho. Kalian tahu itu?” Sengit saya seraya bergerak menghampiri mereka.

Setiap kali melihat murid yang tidak peduli terhadap keadaan temannya, saya membujuk mereka dari hati ke hati, “Ayolah, kalian tidak sedang putus cinta kan? Apa kamu tahu kalau dia selama ini sebenarnya sangat perhatian terhadapmu? Kamu pasti tidak tahu kan seberapa besar pengorbanan yang telah dia lakukan selama ini untukmu? Jadi, saya mohon jenguklah dia di rumahnya. Dia pasti akan sembuh setelah melihat kedatanganmu! Ayo, kita jenguk dia sama-sama!” 

Dan setiap kali saya mendapati teman yang tidak bertanggung jawab atas barang-barang yang mereka pinjam dari saya, maka aksi drama Korea saya selanjutnya adalah: “Bisa tolong tunjukkan kartu identitasmu? Silakan tunggu sebentar, tidak lama lagi polisi akan tiba di sini. Baru saja saya melaporkan kalau ada anggota teroris yang mengidap penyakit demensia di sini.”

Haha… Ini konyol sekali, kan? Mungkin ini terlalu frontal. Akan tetapi memang demikianlah karakteristik penduduk di daerah saya. Karakter mereka tidak berbeda dengan karakter orang Korea dalam drama. Saat seseorang bersikap frontal terhadap kita, maka cara jitu yang bisa mengatasinya adalah membalas tindakan secara frontal kembali. Bukan hanya diam menerimanya begitu saja secara sepihak. Karena itulah mengapa saya bersikap layaknya para aktor Korea.  

Usaha saya selama ini tidak sia-sia. Sebagai seorang guru yang berpacu dengan arus globalisasi, saya harus memiliki sikap kontemporer. Di mana jiwa pendidik yang bersemayam di dalam diri saya tidak harus selamanya ortodoks yang senantiasa mengikuti sikap kharismatis Oemar Bakri, sang guru teladan yang fenomenal itu. Katakan saja saya adalah seorang guru yang sensasional, tetapi justru sikap seperti inilah yang cocok diterapkan dalam mendidik putra-putri generasi muda di daerah saya. Dengan berbagai metode pendekatan sensasional yang saya lakukan terhadap orang-orang di sekeliling saya, pada saat ini budaya pus am telah berbalik memberi kesan yang jauh lebih baik daripada empat belas tahun sebelumnya. 

Ketika seorang teman belum mengembalikan uang yang dipinjamnya, sang pemberi pinjaman berkata: “Pus am bah! Enggak apa-apa, nggak dikembalikan juga. Saya ikhlas kok!” Oh, tidakkah ini sangat dermawan? 

Ketika seorang teman membayarkan makanan yang kita makan, kita bermaksud mengganti biaya yang telah dibayarkannya. Maka teman itu akan berkata, “Nggak usah diganti! Pus am bah, biar saya yang bayar!” 

Dengan demikian dari dua contoh kejadian di atas, perkataan pus am telah mengalami pergeseran makna menjadi: “Sudahlah, biar saja tidak apa-apa!” dengan penekanan yang sangat halus. Itulah pengalaman saya dalam kurun empat belas tahun terakhir mengenai budaya pus am di daerah saya. Tak diduga budaya dalam drama Korea bisa memberikan manfaat dalam kehidupan saya. Percayalah, di mana ada aksi pasti akan menimbulkan reaksi. Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya ya. Salam…

Selamat Hari Pahlawan


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Hari ini merupakan tanggal 10 November, bertepatan dengan hari pahlawan nasional ke-71. Bagaimana cara Anda memaknai hari pahlawan? Bagi saya pribadi pahlawan bukan hanya sosok tokoh yang berjuang dengan senjata di medan perang demi membela harkat dan martabat bangsa. Kemudian gugur di medan laga. Lebih dari itu, pahlawan adalah sosok yang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi kebahagiaan semua orang. Bukan mementingkan ego semata. 

Mungkin saya tidak pernah mengalami peristiwa peperangan. Akan tetapi saya dapat merasakan esensi perjuangan para pahlawan. Dengan mempelajari sejarah perjuangan bangsa, saya dapat memahami arti sebuah kemerdekaan yang telah diperjuangkan dan dipertahankan oleh para pahlawan nasional. Saat ini kita hidup di sebuah zaman di mana tugas kita hanya untuk mengisi kemerdekaan. Namun bukan berarti hidup di masa ini telah lepas dari kata ‘perjuangan’.

Penjajahan (kolonialisasi dan imperialisasi) telah berevolusi menjadi bentuk lain. Masyarakat Indonesia dewasa ini tengah dikungkung oleh kemalasan karena adanya kecanggihan teknologi dan peningkatan arus globalisasi. Penjajahan seakan-akan mengalami metamorfosa dalam bentuk baru. Haruskah kita berperang? Ya. Kita harus memerangi diri kita sendiri. Melawan kemalasan yang kita miliki. Karena kemalasan merupakan pangkal dari kebodohan. Kemalasan adalah penyebab dari kehancuran manusia. 

Sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa tenaga kependidikan, sangat sulit bagi saya menanamkan rasa nasionalisme, kedisiplinan, dan mentalitas pahlawan kepada murid-murid saya. Generasi muda sekarang ini telah salah mengartikan ‘mengisi kemerdekaan’ yang seharusnya diisi dengan berbagai kegiatan positif yang memajukan pendidikan, tetapi malah diisi dengan hal-hal yang tidak sewajarnya mereka lakukan. Masyarakat sering kali menyalahkan ‘guru’ di sekolah. Guru dianggap telah gagal dalam mendidik generasi muda. Sebaliknya guru menampik dan menuduh balik bahwa orang tua peserta didiklah yang telah gagal mendidik putra-putri mereka sendiri.

Sadarilah! Tidak seharusnya kita saling menyalahkan, bukan? Semua pihak seyogyanya dapat belajar dari perjuangan para pahlawan bagaimana dulu mereka bersatu untuk mengusir para penjajah. Dengan semangat persatuan dan kesatuan, mari kita perangi kemalasan dalam diri kita guna mencetak generasi cerdas penerus bangsa yang akan senantiasa melindungi kebestarian kemerdekaan dan memaknai hakikat kemerdekaan dengan baik.  

Contoh Makalah Penelitian Bidang Ekologi 2

                ` MAKALAH 

KEMBALIKAN HUTANKU

KEMBALIKAN OKSIGENKU

​​

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur, dan lain sebagainya. Serta menempati daerah yang cukup luas. Wilayah Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, dan lain sebagainya.

Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang.

Membahas tentang penebangan dan pembakaran hutan di desa Balai Riam dan sekitarnya, penebangan dan pembakaran hutan yang terjadi akibat ulah masyarakat di desa Balai Riam yang tidak ingin mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk membuka lahan sehingga mereka melakukan penebangan dan pembakaran hutan secara semau mereka tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari penebangan dan pembakaran hutan.

 Hutan-hutan yang ditebang tersebut membuat ekosistem menjadi tidak seimbang. Mengapa? Karena hutan adalah tempat hidup berbagai macam flora dan fauna yang ada di hutan tersebut. Selain itu juga berakibat hilangnya tempat tinggal hewan yang ada di hutan. Itulah mengapa hewan-hewan sering muncul di pemukiman penduduk dan terkadang hewan yang muncul tersebut disebabkan karena mereka lapar kemudian mencari makan di pemukiman penduduk. Dampak buruknya jika mereka tidak menemukan makanannya bisa terjadi penyerangan hewan kepada manusia. Itulah mengapa sering terjadi hewan menyerang manusia karena mereka kehilangan tempat tinggal sekaligus makanan mereka.

 Selain dampak tersebut, ada dampak lainnya yaitu longsor dan kabut asap. Meskipun di desa Balai Riam belum ada terjadi tragedi tanah longsor, tapi kabut asap pernah terjadi di desa Balai Riam, dan kabut asap terparah terjadi pada tahun 2015 tepatnya terjadi pada bulan Agustus di mana bencana kabut asap melanda desa Balai Riam selama hampir 1 bulan mengakibatkan aktivitas belajar mengajar di SMA Negeri 1 Balai Riam menjadi terganggu dan instansi lain pun juga sempat terganggu oleh kabut asap,juga ada instruksi untuk meliburkan seluruh instansi dikarenakaan kabut asap yang semakin pekat.

 Hutan-hutan di desa Balai Riam semakin hari semakin jumlahnya berkurang akibat pembukaan lahan untuk lahan sawit dan karet. Padahal jika diamati lebih lanjut sawit dan karet belum berdampak signifikan bagi masyarakat sendiri. Tapi dikarenakan sebagai ladang penghasilan mereka mengabaikan kelestarian hutan di desa Balai Riam, dengan terus melakukan penebangan dan pembakaran hutan untuk membuka lahan yang lebih luas untuk ditanami sawit dan karet.

 Kesadaraan penduduk akan pentingnya hutan merupakan salah satu hal yang penting karena dengan kesadaran tersebut masyarakat dapat menjaga dan melestarikan hutan tanpa paksaan dari pihak manapun sehingga hutan-hutan di desa Balai Riam menjadi terawat dan terjaga kelestariannya hingga dapat lagi dimanfaatkan masyarakat untuk mensejahterakan hidupnya. Inovasi ini timbul atas keprihatinan kami kebakaran hutan yang terjadi di desa Balai Riam. Media yang kami ciptakan sebenarnya adalah media yang efektif dalam mengatasi kebakaran hutan yang ada di sekitar lingkungan perumahan. Kita sering menggunakan air dalam memadamkan api padahal air belum signifikan bisa memadamkan api. Atas dasar itulah kami mencoba inovasi baru untuk membuat sebuah media yang amat sederharna untuk memadamkan api.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menyebabkan penebangan dan pembakaran hutan tersebut?

2. Apa dampak negatif yang ditimbulkan dari penebangan dan pembakaran hutan tersebut?

3. Bagaimana cara mengatasi pembakaran hutan di desa Balai Riam?

4. Apa manfaat inovasi yang kami buat?

5. Apakah inovasi yang kami buat berbahaya bagi lingkungan atau tidak?

6. Bagaimana kinerja larutan yang kami buat?
C. Tujuan Penelitian

1. Memahami hal-hal yang menyebabkan penebangan dan pembakaran hutan.

2. Mengetahui akibat dari penebangan dan pembakaran hutan.

3. Agar masyarakat desa Balai Riam dapat membantu mengatasi dan mencegah terjadinya penebangan dan pembakaran hutan

4. Menemukan solusi atas kebakaran hutan dengan efektif.
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Peniliti dapat memahami manfaat sekaligus kerugian dari penebangan dan pembakaran hutan di desa Balai Riam. Serta menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

.

b. Bagi sekolah 

Sebagai acuan untuk membantu pelestarian hutan yang ada di desa balai riam khususnya di lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Balai Riam.
c. Bagi masyarakat

Masyarakat dapat memanfaatkan hasil inovasi yang ditemukan.

BAB II

MATERI

A. Deskripsi Data

1. Faktor-faktor yang menyebabkan pembakaran hutan di desa balai riam:

a. Faktor Internal

 Kesadaraan dalam diri masyarakat di desa Balai Riam masih rendah. Mengapa? Kurang kesadaraan dalam diri masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan terutama hutan. Ini bisa dilihat di hutan yang terdapat di desa Balai Riam semakin menipis, berbeda dengan pada tahun 2004 hutan di desa Balai Riam masih lebat dan masih asri. Kicauan burung tiap pagi sangat terdengar jelas. Berbeda dengan sekarang jarang terdengar kicauan burung tiap pagi dan hutan yang lebat pun jarang terlihat lagi.

b. Faktor Eksternal

 Berdirinya perusahaan di wilayah desa Balai Riam berdampak juga dengan lingkungan terutama hutan. Dampak positifnya adalah dengan berdirinya perusahaan tersebut, masyarakat pun mempunyai lapangan pekerjaan. Biasanya masyarakat di desa Balai Riam menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Sehingga perekonomian masyarakat pun meningkat pula. Dampak negatifnya adalah dengan berdirinya perusahaan, masyarakat berlomba-lomba ingin menanam tanaman komoditi yang bisa menjadi penghasilan sampingan yaitu karet dan sawit. Karet dan sawit pasti memerlukan tempat apalagi masyarakat berlomba-lomba untuk mempunyai sawit dan karet lebih banyak. Lahan yang luas pun sangat diperlukan untuk membuka perkebunan tersebut. Mayoritas masyarakat melakukan pembakaran hutan ketimbang menebangnya. Mengapa? Karena jika ditinjau dari segi dana pembakaran lebih efisien ketimbang menebang. Karena menebang lebih banyak memakan waktu dan biaya yang cukup besar daripada membakar lahan. Padahal jika ditinjau dari aspek kesehatan pembakaran lebih berisiko terhadap masyarakat karena asap dari pembakaran hutan mengandung karbonmonoksida yang tidak baik untuk kesehatan masyarakat. Belum lagi dari aspek keseimbangan ekosistem banyak mahluk hidup selain manusia yang dirugikan dari pembakaran hutan. Tempat tinggal dan sumber makanan mereka terancam lenyap akibat pembakaran hutan. 

 

2. Dampak pembakaran hutan

A. Terganggunya aktivitas sehari-hari. 

 Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis menggangu aktivitas manusia, apalagi bagi yang aktivitasnya di luar ruangan.

B. Menurunnya produktivitas. 

 Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat memengaruhi produktivitas dan penghasilan.

C. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan. 

 Selain itu bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencaharian).

D. Meningkatnya hama. 

 Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak keseimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti: gajah, kera, beruang, dan lain-lain.

E. Terganggunya kesehatan. 

 Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas, Sox, Nox, Cox, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernapasan (Ispa), sesak napas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
3. Cara Mengatasi kebakaran hutan

A. Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput atau puing-puing. Sebagian warga yang tinggal di sekitar hutan terkadang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang hutan, khususnya tentang penyebab kebakaran hutan. Sebagian dari mereka membakar rumput atau puing-puing reruntuhan di dekat hutan ketika musim kemarau datang. Musim kemarau yang diiringi dengan angin kencang bisa dengan mudah menyebarkan api dari puing-puing tersebut membakar hutan sekitar.

B. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah ditentukan. 

 Jarak minimal yang harus diperhatikan untuk melakukan pembakaran terhadap sampah atau puing-puing adalah minimal 50 kaki dari bangunan dan 500 kaki dari hutan.

C. Memastikan api tersebut mati setelah melakukan pembakaran.

 Terhadap rumput dan puing-puing sebelum warga meninggalkan tempat pembakaran. Dan membersihkan area pembakaran tadi dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

D. Jangan melakukan aktivitas pembakaran ketika cuaca berangin.

 Ketika cuaca berangin,pohon-pohon di hutan akan bergoyang dan akan membuat api semakin membesar, yang akibatnya bisa membahayakan hutan itu sendiri.

E. Dengan ditemukannya inovasi ini pembakaran hutan dapat diminalisir karena larutan yang bekerja sangat efektif hingga ke titik api yang ada di dalam tanah.
4. Apa manfaat inovasi yang kami buat?

 Inovasi yang kami buat sebenarnya untuk masyarakat adalah media yang amat sederhana yang menggunakan bahan alami yang mudah ditemukan. Tujuan kami menciptakan media ini untuk digunakan pada kebakaran hutan karena air belum tentu signifikan untuk memadamkan api hingga ke titik api yang ada di dalam tanah. Sedangkan media yang kami buat bisa menjangkau titik api yang ada di dalam tanah.
5. Apakah larutan yang kami buat berbahaya bagi lingkungan atau tidak?

 Pada dasarnya media yang kami buat berasal dari larutan yang alami misalnya jeruk nipis, soda kue, cuka, dan NaCl. Jadi larutan yang kami buat tidak berbahaya bagi lingkungan dikarenakan berasal dari bahan alami tanpa mengandung zat kimia berbahaya yang ada di larutan kami, dan tidak merusak PH keasaman tanah.
6. Bagaimana kinerja larutan yang kami buat?

 Larutan yang kami buat sudah di uji coba, dan hasilnya efektif untuk memadamkan api dalam skala sedang. Selain itu mampu menjangkau titik api yang ada di dalam tanah.

B. Metodelogi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian secara kuantitatif dan penelitian secara kualitatif.

2. Waktu dan Tempat penelitian

Desa Balai Riam, 11 Agustus-28 Agustus 2016

3. Metode Penelitian

a. Penelitian dengan langsung terjun ke tempat lokasi (Observasi). 

b. Penelitian secara objektif atau mengamati kejadian yang pernah terjadi sebelumnya di desa Balai Riam.
C. Alat dan Bahan

a. Alat:

-Satu buah gelas Aqua;

-Satu buah Korek Api (Mancis);

-Satu buah Pisau;

-Satu buah Sendok;

-Satu buah Wajan Kecil Aluminium;

-Satu buah Kompor Kecil;

-Satu liter Minyak Tanah.

b. Bahan

– 8 Buah Jeruk Nipis (diperas)
– Satu buah botol Cuka yang memiliki kadar asam 25%
– Satu bungkus Soda Kue
– Satu botol NaCl (Cairan Infus)

– beberapa buah bara api 
D. Cara Kerja:

a. Siapkan semua bahan yang akan digunakan.

b. Siapkan 8 buah jeruk nipis, kemudian potong 8 buah jeruk nipis masing-masing menjadi 2 bagian. Kemudian peraslah semua potongan jeruk nipis tersebut ke dalam gelas Aqua.

c. Kemudian tuangkanlah sedikit NaCl ke dalam gelas Aqua.

d. Kemudian tuangkanlah sedikit cuka ke dalam gelas Aqua. 

e. Kemudian robeklah satu bungkus soda kue, setelah itu masukkanlah ke dalam gelas Aqua tersebut.

f. Jika semua larutan telah tercampur siapkanlah wajan aluminium kecil.

g. Masukkanlah beberapa bara api ke dalam wajan aluminium tersebut.

h. Tuangkan sedikit minyak tanah ke dalam wajan aluminium, kemudian nyalakan dengan korek api.

 i. Jika api sudah menyala lalu siramlah larutan ke dalam wajan aluminium tersebut.
E. Reaksi yang terbentuk akibat berbagai campuran larutan

1. Soda kue

 Penggunaan soda kue dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan kue, roti, kacang telur, dan lain-lain bila dipanaskan, soda kue (NaHCO3) akan menghasilkan gas CO2 sehingga bahan makanan dapat mengembang, seperti reaksi berikut ini:

2NAHCO3> Na2O + H2O+2 CO2

 NaHCO3 yang pertama disiapkan oleh proses Solvay, merupakan reaksi kalsium karbonat, natrium klorida, amonia, dan karbondioksida dalam air. Ini diproduksi pada skala sekitar 100.000 ton/tahun (data 2001).

 NaHCO3 dapat diperoleh dengan reaksi antara karbondioksida dengan larutan natrium hidroksida. Reaksi awal menghasilkan natrium bikarbonat:

CO2+ NaOH> Na2 CO3+ H2O

 Lebih lanjut penambahan karbondioksida menghasilkan natrium bikarbonat, yang pada konsentrasi cukup tinggi akan mengendap larutan:

Na2CO3+CO2+H2O> 2NaHCO

2. Asam cuka

 Asam asetat (CH3COOH) atau asam etanoat lebih dikenal dengan nama asam cuka yang merupakan salah satu contoh dari asam karboksilat. Asam cuka dalam reaksinya menghasilkan ion H+.. Asam cuka yang beredar di pasaran pada umumnya memiliki kadar 25% karena apabila kadarnya terlalu tinggi, sifat asamnya terlalu besar sehingga akan membahayakan tubuh. Reaksi penguraian asam cuka sebagai berikut:

CH3COOH> CH3COO-+ H+

3. Jeruk nipis

 Asam sitrat (C6H8O7) merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukan pada table informasi di sebelah kanan). Fungsi dari asam sitrat adalah:

-Membuat suasana larutan menjadi asam;

-Menetralkan larutan yang bersifat basa;

-Untuk direaksikan dengan zat lain.

 Larutan jeruk ini termasuk ke dalam larutan asam karena terasa masam, bersifat korosif, dan larutan dalam air dapat menghantarkan arus listrik. Jika diidentifikasi larutan jeruk dengan menggunakan kertas lakmus, maka kertas lakmus berubah menjadi warna merah. Untuk menggunakan pH meter, larutan jeruk dengan sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 17 dan dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen.

 Unsur-Unsur senyawa yang terkandung dalam jeruk. Terdapat unsur senyawa dalam air jeruk, yaitu:

-Limonen

-Linalin asetat

-Geranil asetat

-Fellandren dan Sitral

4. NaCl (Natrium Klorida)

 Natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur atau halit, adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstaselular pada banyak organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. 

Alat pemadam api sederharna ini mereaksikan antara soda kue dengan cuka, jeruk nipis dan NaCl. Garam klorida seperti NaCl dan garam karbonat seperti soda kue bila bereaksi dengan suatu asam akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2).

 Reaksi antara soda kue dengan cuka akan menghasilkan garam asetat, air dan gas karbondioksida. Sedangkan reaksi antara Jeruk nipis dengan NaCl akan menghasilkan garam sitrat, dan clorin.

 Reaksi antara soda kue dengan cuka adalah sebagai berikut:

NaHCO3 + CH3 COOH > CH3 COONa + H2O+CO2

 Reaksi antara Jeruk nipis dengan NaCl adalah sebagai berikut:

C6H8O7 + NaCl > C6H8O7Na +Cl
F. Penyebab api padam

 Di atas 60°C,maka secara bertahap akan terurai menjadi sodium soda, air , dan karbondioksida. Pada suhu 200°C:

2NaHCO3 > Na2 CO3 + H2O+ CO2

 Kebanyakan bicarbonates ini mengalami reaksi dehidrasi. Lebih lanjut Pemanasan mengubah soda menjadi oksida (sekitar 1000°C):

Na2CO3 > Na2 O + CO2

 Hasil reaksi penguraian NaHCO3 digunakan sebagai pemadam api. Larutan soda kue , cuka, jeruk nipis dan NaCl akan memproduksi karbondioksida yang berfungsi mengeliminasi kandungan oksigen pada api sehingga dapat memadamkan api. Kemudian saat melakukan percobaan kami menemukan sebuah perbedaan antara memadamkan api menggunakan media air atau menggunakan media larutan yang kami buat. Perbedaan yang bisa kami lihat terletak pada hilangnya asap, pada media air asap hilang dengan lambat sedangkan pada media larutan kami, asap hilang dengan cepat. Mengapa kami mengatakan demikian? Karena asap adalah bagian dari potensi munculnya sebuah api ke permukaan jadi apabila terjadi sebuah kebakaran hutan dan kita memadamkan api tersebut apinya hilang tapi asapnya masih ada bisa jadi di bawah tanah titik api belum mati. Apabila titik api masih ada kebakaran hutan pun pasti bisa terjadi dan pemadaman seolah-olah tidak efektif.
G. Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam membuat alat pemadam api sederhana

1. Alat pemadam sederhana ini hanya cocok untuk memadamkan api skala sedang atau skala kecil dengan bahan bakar padat seperti kayu, kain, dan lain-lain.

2. Jangan terlalu dekat dengan sumber api ketika menggunakan alat pemadam api ini dan pastikan anda mengarahkan ke titik api bukan ke lidah api.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Kita harus menjaga kelestarian dan ekosistem yang ada di hutan di desa Balai Riam dengan cara tidak melakukan penebangan liar dan pembakaran hutan secara berlebihan agar ekosistem menjadi tidak rusak. Apabila kita masih mau flora dan fauna yang ada di desa Balai Riam masih dapat dilihat oleh anak dan cucu kita nanti, bukan cuma mendengar kisah dan cerita saja. Selain itu tindakan penebangan dan pembakaran hutan sekarang akan mendapat ancaman pidana baik secara materi maupun kurungan penjara. Jadi cermatlah terhadap perbuatan yang masyarakat lakukan. Karena setiap perbuatan mempunyai pertanggung jawaban masing-masing.

 Inovasi ini bekerja dengan sangat baik dan sangat membantu masyarakat dalam proses pemadaman api saat terjadi kebakaran hutan. Inovasi ini harus dipublikasikan kepada masyarakat agar masyarakat di pulau Kalimantan dan pulau lainnya yang rawan terjadi kebakaran hutan, dapat mengatasi kebakaran hutan seefektif mungkin.

-Soda kue atau NaHCO3 bersifat amfoter agak alkalis.

-Cuka (asam asetat) bersifat asam lemah dan dapat bereaksi dengan garam karbonat atau garam sitrat.

-Jeruk nipis(asam sitrat) bersifat asm lemah dan dapat bereaksi dengan garam karbonat atau garam sitrat.
B. Saran

Agar pembakaran hutan tak ada lagi, saran kami adalah:

A. Penegakan hukum harus lebih tegas

 Apabila penegakan hukum lebih tegas, masyarakat tak akan melakukan pembakaran hutan secara berlebihan. Karena mereka akan memikirkan dampak yang terjadi akibat perbuatan yang mereka lakukan.

B. Jangan membakar hutan secara berlebihan!

 Jangan membakar hutan secara berlebihan jika ingin membuat wilayah untuk rumah atau untuk tanaman komoditi seperti karet dan sawit. Tebanglah pohon yang tua. Siramlah air di pohon yang ditebang tersebut agar tetap tumbuh dan tergantikan dari penebangan hutan yang dilakukan.

 Dalam pratikum ini saya hanya ingin membuktikan bahwa inovasi bisa muncul darimana saja. Media untuk memadamkan api pun belum tentu air digunakan selamanya bisa jadi ada di alam ini media lain yang bisa digunakan untuk memadamkan api yang lebih efektif. Mohon maaf apabila di dalam penelitian ilmiah kami ada yang kurang, mohon dimaafkan karena kami juga baru mencoba untuk membuat sebuah inovasi terbaru yang bisa kami dapatkan dari alam ini.
C. Referensi

-resepkimiaindustri.blogspot.com/2015/04/asam-sitrat.html?m=1

-https://fembrisma.wordpress.com/science-1/asam-basa-dan-garam/

-noviantinurlaila.blogspot.com/2012/12/ketahui-lah-jeruk.html?m=1

-nurul-pemanfaatanbahankimi.blogspot.co.id/2012/03/asam-basa-dan-garam-bagi-kehidupan.html?m=1 

 

Contoh Makalah Penelitian Bidang Ekologi

Seperti yang telah saya janjikan pada postingan sebelumnya, postingan kali ini saya ingin menyajikan mengenai salah satu penelitian yang dilakukan oleh murid-murid saya. Ada pun penelitian ini telah kami ikut sertakan pada kegiatan Lomba Peneliti Belia Berbasis Muatan Lokal Tingkat Kalimantan Tengah 2016 yang berlangsung pada tanggal 1-4 September silam. Baiklah, hasil penelitiannya saya sajikan dalam bentuk makalah ya. Semoga bermanfaat bagi semua yang memerlukan. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, saya mohon masukannya. Terima kasih^^.  

BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan Tiga Pupuk Organik

 ​

Proyek ini dibuat untuk menanggulangi dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia yang secara berlebihan. Selain itu pengembangan pupuk ini juga dapat mengurangi penyerapan air oleh tanaman kelapa sawityang menyerap air sangat banyak. Terutama di Pulau Kalimantan yang didominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Karena terlalu banyak menggunakan pupuk kimia yang dapat mencemari tanah. Sehingga tanah yang sudah terkandung banyak pupuk berbahan kimia pada masa peremajaan kelapa sawit, tanah itu tidak bisa digunakan kembali.

Maka dari itu masalah ini harus segera ditangani dengan mengurangi pemakaian pupuk berbahan kimia. Para petani kelapa sawit sebaiknya menggunakan pupuk berbahan alami yang ramah lingkungan dan tidak merusak kualitas tanah.

Daerah Pulau Kalimantan merupakan daerah yang memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dan sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kelapa sawit.Oleh sebab itulah di Pulau Kalimantan terdapat perusahaan-perusahaan yang mengelola minyak kelapa sawit. Dalam usaha tersebut maka para petani dan perusahaan membutuhkan lahan yang subur.

Sebenarnya di daerah Kalimantan mempunyai kualitas tanah yang subur karena curah hujan di Pulau Kalimantan cukup tinggi. Tetapi karena penggunaan pupuk kimia yang secara berlebihan, tanah di daerah tersebut menjadi tidak subur lagi atau menjadi lahan gambut. Selain itu tanaman kelapa sawit banyak menyerap air. Sehingga diperkirakan pada masa yang akan datang volume air tanah di Pulau Kalimantan akan habis. 

Maka hal itu harus segera ditangani dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk yang kami buat adalah pupuk campuran dari pupuk kandang, limbah pabrik, dan tandan kosong. Dari ketiga bahan tersebut yangdikombinasikan menjadi satu. Bahan-bahan ini mungkin banyak dikenal masyarakat. Terutama limbah, dan pupuk kandang. Tetapi tandan kosong ini hanya bisa ditemukan di daerah yang berpotensi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Secara umum masyarakat Kalimantan sudah mengetahui pupuk kandang, limbah, dan tandan kosong. Tetapi mereka hanya menggunakan pupuk yang berbahan kimia. Selain itu pupuk yang berbahan pupuk kandang, limbah pabrik, dan tandan kosong kurang dikembangkan oleh masyarakat Kalimantan. Umumnya petani sawit menggunakan pupuk yang berbahan kimia. Para petani menggunakan pupuk kimia seperti NPK. Pupuk Three inOne dapat menggantikan pupuk kimia (NPK). Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium.
Rumusan Masalah

  1. Mengapa pupuk kimia berdampak negatif terhadap lingkungan?
  2. Bagaimana cara menyuburkan kembali tanah di Pulau Kalimantan?
  3. Apakah perbedaan Antara pupuk Three in One dengan pupuk kimia?
  4. Apakah pupuk Three in One ramah terhadap lingkungan?
  5. Bagaimana proses pembuatan pupuk Three in One?
  6. Berapa lama penelitian pupuk Three in One terhadap tanaman sawit?
  7. Apa hasil yang diperoleh bedasarkan pengamatan?
  8. Bagaimana reaksi pupuk tehadap tanaman sawit?
  9. Berapa umur tanaman sawit untuk percobaan?

Tujuan

Proyek ini dibuat untuk menanggulangi pencemaran tanah yang diakibatkan oleh pupuk kimia yang pemakaiannya secara berlebihan. Selain untuk menanggulangi pencemaraan tanah, proyek ini juga untuk memperbaiki kondisi tanah dan untuk menjaga keseimbangan volume air pada tanah yang ditanami kelapa sawit. 

Dengan menggunakan pupuk yang berbahan alami akan mendatangkan keuntungan tanpa mencemari tanah. Dengan memanfaatkan bahan-bahan energi secara efesien guna memelihara, dan meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam dengan menggunakan bahan-bahan organik dapat mencapai keseimbangan ekologi melalui pola sistem pertanian/perkebunan.

Penggunaan produk-produk organik akan menghemat pengeluaran dana, dengan mendaur ulang limbah. Selain itu pupuk buatan kami juga dapat menjadikan tanah tidak subur menjadi subur. Dimana bahan-bahan ini memelihara komponen-komponen biotik dan abiotik secara alami. Bahan ini sangat sederhana tetapi masyarakat belum mengembangkannya secara menyeluruh karena kebanyakan para petani sekarang menggunakan pupuk kimia. Pupuk organik ini dikombinasikan untuk mengembangkan bahan-bahan yang sebenarnya umum di lingkungan kita semakin berkembang. 

Manfaat

Manfaat dari pengembangan pupuk ini adalah agar dapat menghasilkan kualitas tanah yang subur tanpa mencemari tanah juga bisa menjaga volume air pada tanah. Berbeda dengan pupuk kimia, pupuk kimia memang menghasilkan keuntungan tetapi juga dapat menjadikan tanah itu tidak produktif lagi. Selain itu pupuk kimia kurang akan kadar airnya. Pupuk organik ini juga bisa menjadikan tanah yang tidak subur menjadi subur.

Pupuk organik ini menjaga kesuburan tanah dibandingkan dengan pupuk kimia, pupuk organik ini lebih ramah lingkungan. Pupuk kimia dapat digantikan dengan pupuk organik. Manfaat yang bisa kita dapat dari pupuk organik selain menyuburkan tanah dan mengandung kadar air yang banyak, pupuk organik juga menjadikan tanaman lebih sehat dan berkualitas yang bagus karena pupuk organik ini tidak mengandung unsur yang sifatnya merusak tanah.PupukThree in One juga dapat mendorong pertumbuhan tanaman karena pupuk Three in One ini menambah atau menghidupkan mikro bakteri di sekitar tanah tanaman sawit, menambah unsur hara di dalam tanah yang terdiri dari tiga jenis unsure yaitu nitrogen, posfat, Dan kalium. Tiga unsure itu ada bahan yaitu dapat menghidupkan bakteri pengurai dalam tanah contohnya seperti cacing, Dan bakteri-bakteri yang sangat bermanfaat untuk melepaskan pupuk-pupuk yang terikat pada tanah yang tidak terserap oleh tanaman. Semakin banyak bahan organik di dalam tanah secara otomatis bakteri pengurai seperti cacing akan banyak,Dan kotoran cacing itu juga sangat bagus untuk tanaman. Pupuk Three in One mudah dibuat dan tidak perlu dibeli, pupuk Three in One ini dibuat dari hasil yang ada di kebun itu sendiri yaitu tandan sawit, dan limbah sawit, dengan dicampurkan pupuk kandang. Dengan kita menggunakan pupuk organik itu, Porositas yang awalnya tanahnya keras akan menjadi gembur. Secara otomatis tanah yang ibaratnya mati tanah itu akan hidup lagi, Dan air pun akan mudah masuk ke tanah.

BAB II

PEMBAHASAN
Proses Pembuatan Pupuk Three in One

Pupuk ini kami beri nama pupuk Three in One(3_in_1). Pupuk ini merupakan gabungan antara pupuk kandang,limbah pabrik,dan tandan kosong.

Pupuk kandang kami ambil dari kotoran sapi, Dengan takaran 9 gram. Pupuk kotoran sapi ini mengandungserat yang tinggi.Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut. Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang tinggi. Selain itu pupuk kandang ini mengandung unsur hara yang sangat baik.

Tidak hanya kotoran sapi, dengan mengembangkan teknologi pengomposanTBS (Tandan Buah segar), akan dihasilksn TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) yang jumlahnya sangat melimpah sebanyak 22-23% TKKS atau sebanyak tandan kosong kelapa sawit diubah menjadi pupuk alami 220-230 kg TKKS.Apabila sebuah pabrik mengolah 100 ton/jam maka akan dihasilkan sebanyak 23 ton. Kandungan nutrisi kompos adalah C 35%, N 2,34%, C/N 15, P 0,31%,K 5,53%, Ca1,46%, mg 0,96%, dan air 52%. Kedua pupuk alami ini kami kombinasikan sehingga akan menjadi pupuk dingin karena kedua bahan ini mengandung kadar air yang banyak. Kedua pupuk ini kami kombinasikan agar bisa mencegah kadar air pada tanah tidak habis atau untuk menjaga kadar air pada tanah itu seimbang. Pencampuran tandan kosong ini dengan takaran 7,5 gram.

Setelah itu kami mengombinasikannya lagi dengan limbah pabrik yang ada di daerah kami. Pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah yang sangat banyak baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah yang kami ambil sebenarnya adalah limbah cair karena mengendap maka limbah tersebut menjadi padat. Dimana hasil pembusukan tersebut mengandung unsur hara yang tinggi. Dengan demikian limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Limbah cair yang dikeluarkan pabrik kelapa sawit berupa cairan sisa pengolahan minyak. Dibandingkan dengan limbah padat , keberadaan limbah cair ini lebih berbahaya karena dapat merusak alam secara langsung, baik melalui tanah maupun air. Untuk itu membuang limbah cair begitu saja justru dapat memgurangi produktifitas lahan budidaya yang dimiliki pabrik tersebut.

Pada umumnya, limbah cair pabrik kelapa sawit ini dapat diubah menjadi pupuk kompos yang bermutu bagus dengan serangkaiaan metode yang harus dilewati. Pertama, limbah cair memasuki kolam pemanasan (fat pit) untuk memisahkan minyak yang mungkin masih ada. Kedua, limbah dialirkan ke kolam pendinginan (cooling pond) sehingga kandungan sludge-nya mengendap.

Setelah itu, limbah cair diteruskan ke kolam anaerobic untuk mengubah karakteristik limbah yang berbahaya menjadi aman bagi lingkungan. Langkah berikutnya , limbah cair ini dipindahkan lagi ke maturity pond untuk mematangkan limbah cair tersebut. Tahap terakhir ialah limbah cair kelapa sawit ini dialirkan lagi menuju kolam aplikasi untuk pengujian pupuk kompos yang dihasilkan.

Pupuk kompos cair dari sisa pengolahan minyak kelapa sawit ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara di dalamnya terbilang tinggi. Sama dengan pupuk kompos dari tandan sawit, pupuk kompos cair ini sangatbagus jika digunakan untuk memupuk pada tanaman-tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Kandungan hara/nutrisi pupuk organik dari kompos limbah pabrik kelapa sawit adalah nitrogen 1,17%, carbon 14,55%, c-organik 28,53%, rasio C/N 12,45%, fosfat 2,50, p2O5 5,76%, K 1,35%, K2O 1,62. Dalam mencampurkan limbah ini menggunakan takaran 7,5 gram

Percobaan terhadap tanaman dan tanah yang diujikan 
Alat dan bahan:

  1. Tanah gersang dalam polybag 4 kg
  2. Pupuk Three in One 1,5 kg
  3. Bibit kelapa sawit yang berusia 5-6 bulan
  4. Air 1 gayung.

Langkah-langkah percobaan:

  1. Siapkan polybag yang berisi tanah gersang 4 kg dan ditanami bibit kelapa sawit.
  2. Taburkan pupuk Three in One 1,5 kg ke dalam tanah.
  3. Siram tanaman setiap pagi dengan satu gayung air.
  4. Tempatkan polybag di tempat yang mudah terkena cahaya.

Penelitian dilakukan selama 5 hari terhitung dari bulan agustuus 2016

Hasil Penelitian

 1. Pertama saat percobaan pada tanaman sawit yang berumur 5-6 bulan dengan di beri pupuk Three in One, yang satunya diberi pupuk kimia. Dengan takaran pupuk Three in One 1,5 kg pada polybag yang berisi tanah gersang 4 kg. Dan tanaman sawit yang satunya di beri pupuk kimia dengan takaran yang sama. Dan berberapa hari kemudian sawit yang berisi pupuk Three in One itu tetap hidup karena tanah yang asalnya keras menjadi gembur. Sedangkan tanah yang berisi pupuk kimia itu kering dan tanamannya mati. 


2. Selain tanaman sawit kami mencobanya pada dua tanaman cabai, Dan satu eceng gondok sebagai perbandingan. Tanah gersang 4 kg diisikan ke dalam polybag lalu diberi pupuk Three in One 1,5 kg ke cabai. Dan tanaman cabai yang satunya diberi pupuk kimia dan tanah gersang 4 kg. Dari hasil percobaan tanaman yang diberi pupuk Three in one segar dan tanah yang awalnya keras menjadi gembur. Sedangkan cabai yang diberi pupuk kimia itu kering dan mati.
Tanaman yang diberi pupuk Three in One


3. Selain cabai, Kami mencobanya dengan eceng gondok di dalam polybag dan dikasih pupuk Three in One. Dengan takaran pupuk 7,5 kg dan eceng gondok ini mampu bertahan selama dua setengah hari, sedangkan eceng gondok yang ditanam di dalam tanah tanpa diberi Three in One, hanya mampu bertahan selama setengah hari.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pokok yang dibahas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan-bahan daur ulang atau penggunaan organik bagi pertanian/perkebunan sangat ramah lingkungan. Dan tidak mencemari tanah. Di manabahan-bahan ini memelihara komponen-komponen biotik dan abiotik secara alami. Pada dasarnya pertanian/perkebunan mengajak kita untuk menjaga lingkungan dengan menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan. Dan mengurangi pemakaian yang berbahan kimia. 

Saran

Kita harus bisa mengelola pupuk organik untuk mengurangi pemakaian dari pupuk kimia. Untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih maju tanpa ada dampak negatif. Masyarakat harus cermat dalam menggunakan pupuk kimia agar bisa menjaga ekologi lingkungan. Serta menjaga lingkungan yang ada di sekitar kita, sehingga kita harus bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada di serkitar kita dari bahan yang tidak berguna menjadi berguna untuk kehidupan kita.

Referensi

http://www.petanihebat.com/2014/02/tandan-kosong-kelapa-sawit-dan.html

http://alamtani.com/pupuk-kandang.html

http://hanageoedu.blogspot.in/2011/12/geomorfologi-pulau-kalimantan.html

https://nanainside.wordpress.com/2011/05/21/seleksi-lahan-kekapa-sawit/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4578763364

http://racmatsibali.blogspot.com/2014/03/makalah-prinsip-ekologi-pertanian.html

http://organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi-kambing–domba-dan-ayam.html

Lomba Peneliti Belia Kalimantan Tengah Berbasis Muatan Lokal 2016

Setahun lamanya saya tidak menulis di sini. Rasa malas yang begitu besar mengalahkan niat saya untuk konsisten menulis. Pekerjaan di kantor dan di rumah yang tak pernah ada habisnya membuat saya lelah sehingga saya malas untuk menulis. Belum lagi tugas kuliah yang terus bertambah dari minggu ke minggu semakin membuat saya enggan untuk mengetik. Saya sangat capek berkutat di depan laptop terlalu lama. Ah ya, pembaca mungkin kaget mengetahui saya kuliah lagi. Belum puas rasanya dengan sederet gelar yang saya miliki. Tugas dan inisiasi yang diberikan para tutor setiap minggu membuat saya stress tingkat dewa. Bagaimana tidak, dalam satu minggu saja terdapat lebih dari 20 latihan dan inisiasi diberikan. Oh, tidaaaak… Ada Baygon di situ? Tetapi ini sudah menjadi keputusan saya. Suruh siapa bercita-cita jadi profesor?
Tapi justru karena tugas dari para tutor inilah yang menyebabkan saya pada akhirnya kembali lagi ke sini. Hallo kring… kring… olala, apa kabar dunia? Teuteup asyeek! Tugas seabreg yang diberikan oleh para tutor membuat saya harus rajin online di dunia maya. Bukan untuk membuka Fakebook dan Nitrogram, atau mencari daftar tahanan yang kabur dari LP Cipinang. Melainkan buka-buka blog orang, pemirsa! Sst… jangan bilang-bilang siapa-siapa yah kalo saya suka nyontek! Hihihi…
Nah, gara-gara sering membuka blog orang demi mencari secuil jawaban, mengapa tidak membuka blog sendiri saja? Bukankah lebih baik kita yang menjadi narasumber bagi setiap tukang nyontek musafir yang berkelana di dunia maya? Sejumlah ide untuk dituangkan ke dalam tulisan pun kembali merangsek di dalam pikiran saya. Sebenarnya sudah lama juga sih menjadi draft di kepala. Baru sekarang bisa direalisasikan. Tulisan saya kali ini akan bercerita tentang pengalaman saya mendampingi para siswa saya yang mengikuti Lomba Peneliti Belia Provinsi Kalteng 2016. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 1-4 September 2016 silam. Belum basi untuk dibicarakan, bukan? Jujur saja, ini merupakan kali pertama sekolah kami mengikuti kegiatan LPB (Lomba Peneliti Belia). Tahun-tahun sebelumnya, sekolah kami tidak pernah mendapat tawaran dari dinas pendidikan kabupaten. Maklumlah, sekolah kami bukan berada di kota. Mungkin karena kebetulan tahun ini prestasi sekolah kami sangat baik dalam kontes debat bahasa Inggris di tingkat kabupaten, barulah dinas pendidikan memberi kepercayaan kepada kami untuk mengikuti kegiatan LPB di Palangka Raya. Mungkin pembaca tidak mengerti, apa korelasi prestasi debat bahasa Inggris dengan lomba ini? Sebetulnya tidak ada hubungannya sama sekali. Namun perlu pembaca ketahui, Lomba Peneliti Belia umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Mengunggah…
Sekilas mengenai Lomba Peneliti Belia, merupakan suatu kegiatan lomba penelitian yang dilakukan oleh para pelajar SMP dan SMA yang berusia maksimal 20 tahun. Karena subjeknya masih berstatus sebagai pelajar muda, maka tak heran bila lomba penelitian ini disebut Lomba Peneliti Belia. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun oleh lembaga CYS (Center for Young Scientist) dan bekerja sama dengan dinas pendidikan provinsi. Hanya ada sepuluh provinsi di Indonesia yang ditunjuk oleh CYS untuk melaksanakan kegiatan ini. Saya beruntung karena provinsi Kalimantan Tengah termasuk salah satu di antara sepuluh provinsi itu. Oh ya, lomba ini tidak putus sampai di tingkat provinsi saja. Tapi juga terus berlanjut hingga tingkat internasional. Saya begitu kaget ketika mengetahui bahwa perwakilan dari provinsi saya dua tahun silam berhasil menjadi juara umum di tingkat internasional. Sekali lagi, INTERNASIONAL pemirsa! (Beri tepuk tangan untuk putra daerah Kalimantan Tengah).Tidak memiliki bekal maupun pengalaman, saya mengajak 4 orang siswa yang dibagi ke dalam 2 kelompok dan saling berpasangan, untuk melakukan penelitian sederhana. Penelitian kami berhubungan dengan ekologi. Kelompok pertama meneliti suatu media yang dapat memadamkan api secara efektif, mengingat daerah saya rawan sekali terjadi kebakaran hutan. Akhirnya setelah melakukan percobaan dan berobservasi langsung di hutan belakang sekolah, kelompok pertama ini berhasil menciptakan larutan yang dapat memadamkan api hingga ke titik api di dalam tanah. Pembaca bingung kan? Sama, saya juga bingung. Bahannya sangat sederhana dan mudah diperoleh. Mudah pula pembuatannya. Tinggal campurkan saja bahan-bahan berikut ini: air jeruk lemon, larutan NaCl (bisa air garam, atau cairan infus), soda kue, dan cuka. Kemudian semprotkan larutan yang sudah dibuat ke arah titik api di lokasi kebakaran. Hasilnya, api langsung padam begitu cepat karena kinerja larutan yang efektif mencapai titik api di dalam tanah. Bahkan tidak ada asap yang tersisa. Karena bila masih terdapat asap yang tersisa dapat memicu kembali terjadinya kebakaran. Sederhana sekali, bukan?Kelompok kedua melakukan penelitian pupuk three in one terhadap berbagai jenis tanaman. Pupuk ini merupakan campuran antara kotoran hewan, limbah kelapa sawit, dan janjangan kelapa sawit yang sudah dipreteli buahnya. Campuran ketiga jenis pupuk ini diujikan terhadap beberapa jenis tanaman baik tanaman perkebunan maupun tanaman pertanian. Tanaman perkebunan yang kami uji khusus tanaman kelapa sawit. Pupuk yang kami buat bereaksi mengembalikan kesuburan tanah, dan meminimalisir tingkat penyerapan air yang berlebihan yang dilakukan oleh tanaman kelapa sawit. Seperti yang kita ketahui tanaman kelapa sawit sangat rakus akan air, sehingga tanaman lain di sekitarnya bisa mengalami dehidrasi tingkat dewa (kaya orang aja ya). Sedangkan tanaman pertanian yang kami uji adalah tanaman cabai. Luar biasa dalam hitungan hari saja tanaman cabai yang kami uji tumbuh pesat dibandingkan dengan tanaman cabai seumurnya yang tidak diberi pupuk. Dalam waktu dua minggu tanaman cabai yang diberi pupuk berbuah sangat lebat. Sedangkan yang tidak diberi pupuk tak kunjung berbuah sama sekali. Tak ketinggalan kami pun melakukan uji coba pupuk three in one buatan kami terhadap tanaman enceng gondok yang biasa tumbuh di rawa-rawa atau tanah gambut. Awalnya tanaman eceng gondok kami pindahkan ke dalam sebuah polybag berisi tanah tandus. Kemudian setelah kami beri pupuk three in one, ajaib tanaman tersebut mampu hidup hingga saat ini, pemirsa! Sedangkan tanaman eceng gondok lain yang juga dipindahkan ke dalam polybag berisi tanah kering tanpa diberi pupuk buatan kami, namun kami sirami sehari tiga kali. Hasilnya? (Mengutip perkataan Teteh Syahrini) Alhamdulillah ya, tanaman tersebut mati keesokan hari. Cerita mengenai 2 penelitian para siswa saya akan saya tulis pada postingan berikutnya.

Tibalah saatnya lomba. Kegiatan LPB Kalteng tahun ini diselenggarakan di Hotel Royal Global Palangka Raya, Jalan Tjilik Riwut KM2,5. Oh ya hotel ini cukup unik, karena saat saya menaiki lift menuju lantai 6 saya tidak menemukan adanya lantai 4. Pun begitu saat turun-naik tangga. Begitu lantai 3 dilewati langsung bablas lantai 5. Di manakah lantai 4 berada? Banyak tamu yang menduga kalau lantai 4 berada di dunia maya. Maksudnya? Kembali ke perlombaan, setelah acara dibuka secara resmi oleh perwakilan dinas pendidikan provinsi, para peserta yang mencapai 91 orang diminta untuk memajang poster penelitian dan menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan dewan juri terkait penelitian yang mereka buat. Saya sangat kagum dan bangga kepada para pelajar SMP dan SMA yang mengikuti kegiatan ini. Murid-murid saya sangat minder setelah melihat poster penelitian para peserta lain. Terlebih mereka sangat grogi melihat peserta lain sangat mantap dan meyakinkan saat menjawab pertanyaan dewan juri dalam bahasa Inggris yang amat fasih. Hanya 20 peserta yang layak masuk ke babak final. Di mana para finalis harus tampil mempresentasikan makalah yang telah mereka buat mengenai penelitian mereka di hadapan dewan juri yang super kritis (dosen berbagai universitas ternama tanah air) dan para peserta lainnya. Presentasi ditampilkan menggunakan layar LCD dengan format power point dan menggunakan bahasa Inggris. Wow cool.

Berselfie ria di depan poster penelitian kami.
Saya tidak mengira penelitian para peserta umumnya penelitian sederhana namun sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa penelitian yang saya ingat di antaranya ramuan kalapapa sebagai obat tonsillitis (keluar menjadi juara pertama untuk bidang ekologi), saripati tanaman cemot sebagai hand sanitizer (juara favorit pilihan juri), penerapan rumus matematika ke dalam motif batik khas Kalimantan Tengah, pembuatan aplikasi kamus 3 bahasa: Dayak-Indonesia-Inggris, penemuan lintasan bunglon (suatu alat yang dapat membuktikan bahwa energy tidak dapat diciptakan dan energy tidak dapat dimusnahkan), dan pembuatan biopolybag dari pelepah kelapa sawit, serta masih banyak penelitian lainnya yang sangat luar biasa hebatnya. Sepertinya saya tidak dapat bercerita lebih banyak lagi. Silakan amati saja galeri foto yang saya pajang di sini. Sebagai penutup, saya berharap dengan adanya kegiatan ini akan semakin banyak generasi muda Indonesia yang berhasil menciptakan suatu penemuan baru dan bermanfaat bagi masyarakat dunia. Maju terus generasi muda Indonesia!

Bersama para murid kebanggaan.

Presentasinya pakai Bahasa Inggris. Jurinya itu lho kalo nanya bilang ‘pertanyaannya simple’, tapi ko pesertanya pada kesusahan menjawabnya ya..

Ini para peneliti senior. Coba tebak, saya di mana?

Narsis bareng boleh kan?
Silakan klik LPB Kalteng 2016