Lomba Peneliti Belia Kalimantan Tengah Berbasis Muatan Lokal 2016

Setahun lamanya saya tidak menulis di sini. Rasa malas yang begitu besar mengalahkan niat saya untuk konsisten menulis. Pekerjaan di kantor dan di rumah yang tak pernah ada habisnya membuat saya lelah sehingga saya malas untuk menulis. Belum lagi tugas kuliah yang terus bertambah dari minggu ke minggu semakin membuat saya enggan untuk mengetik. Saya sangat capek berkutat di depan laptop terlalu lama. Ah ya, pembaca mungkin kaget mengetahui saya kuliah lagi. Belum puas rasanya dengan sederet gelar yang saya miliki. Tugas dan inisiasi yang diberikan para tutor setiap minggu membuat saya stress tingkat dewa. Bagaimana tidak, dalam satu minggu saja terdapat lebih dari 20 latihan dan inisiasi diberikan. Oh, tidaaaak… Ada Baygon di situ? Tetapi ini sudah menjadi keputusan saya. Suruh siapa bercita-cita jadi profesor?
Tapi justru karena tugas dari para tutor inilah yang menyebabkan saya pada akhirnya kembali lagi ke sini. Hallo kring… kring… olala, apa kabar dunia? Teuteup asyeek! Tugas seabreg yang diberikan oleh para tutor membuat saya harus rajin online di dunia maya. Bukan untuk membuka Fakebook dan Nitrogram, atau mencari daftar tahanan yang kabur dari LP Cipinang. Melainkan buka-buka blog orang, pemirsa! Sst… jangan bilang-bilang siapa-siapa yah kalo saya suka nyontek! Hihihi…
Nah, gara-gara sering membuka blog orang demi mencari secuil jawaban, mengapa tidak membuka blog sendiri saja? Bukankah lebih baik kita yang menjadi narasumber bagi setiap tukang nyontek musafir yang berkelana di dunia maya? Sejumlah ide untuk dituangkan ke dalam tulisan pun kembali merangsek di dalam pikiran saya. Sebenarnya sudah lama juga sih menjadi draft di kepala. Baru sekarang bisa direalisasikan. Tulisan saya kali ini akan bercerita tentang pengalaman saya mendampingi para siswa saya yang mengikuti Lomba Peneliti Belia Provinsi Kalteng 2016. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 1-4 September 2016 silam. Belum basi untuk dibicarakan, bukan? Jujur saja, ini merupakan kali pertama sekolah kami mengikuti kegiatan LPB (Lomba Peneliti Belia). Tahun-tahun sebelumnya, sekolah kami tidak pernah mendapat tawaran dari dinas pendidikan kabupaten. Maklumlah, sekolah kami bukan berada di kota. Mungkin karena kebetulan tahun ini prestasi sekolah kami sangat baik dalam kontes debat bahasa Inggris di tingkat kabupaten, barulah dinas pendidikan memberi kepercayaan kepada kami untuk mengikuti kegiatan LPB di Palangka Raya. Mungkin pembaca tidak mengerti, apa korelasi prestasi debat bahasa Inggris dengan lomba ini? Sebetulnya tidak ada hubungannya sama sekali. Namun perlu pembaca ketahui, Lomba Peneliti Belia umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Mengunggah…
Sekilas mengenai Lomba Peneliti Belia, merupakan suatu kegiatan lomba penelitian yang dilakukan oleh para pelajar SMP dan SMA yang berusia maksimal 20 tahun. Karena subjeknya masih berstatus sebagai pelajar muda, maka tak heran bila lomba penelitian ini disebut Lomba Peneliti Belia. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun oleh lembaga CYS (Center for Young Scientist) dan bekerja sama dengan dinas pendidikan provinsi. Hanya ada sepuluh provinsi di Indonesia yang ditunjuk oleh CYS untuk melaksanakan kegiatan ini. Saya beruntung karena provinsi Kalimantan Tengah termasuk salah satu di antara sepuluh provinsi itu. Oh ya, lomba ini tidak putus sampai di tingkat provinsi saja. Tapi juga terus berlanjut hingga tingkat internasional. Saya begitu kaget ketika mengetahui bahwa perwakilan dari provinsi saya dua tahun silam berhasil menjadi juara umum di tingkat internasional. Sekali lagi, INTERNASIONAL pemirsa! (Beri tepuk tangan untuk putra daerah Kalimantan Tengah).Tidak memiliki bekal maupun pengalaman, saya mengajak 4 orang siswa yang dibagi ke dalam 2 kelompok dan saling berpasangan, untuk melakukan penelitian sederhana. Penelitian kami berhubungan dengan ekologi. Kelompok pertama meneliti suatu media yang dapat memadamkan api secara efektif, mengingat daerah saya rawan sekali terjadi kebakaran hutan. Akhirnya setelah melakukan percobaan dan berobservasi langsung di hutan belakang sekolah, kelompok pertama ini berhasil menciptakan larutan yang dapat memadamkan api hingga ke titik api di dalam tanah. Pembaca bingung kan? Sama, saya juga bingung. Bahannya sangat sederhana dan mudah diperoleh. Mudah pula pembuatannya. Tinggal campurkan saja bahan-bahan berikut ini: air jeruk lemon, larutan NaCl (bisa air garam, atau cairan infus), soda kue, dan cuka. Kemudian semprotkan larutan yang sudah dibuat ke arah titik api di lokasi kebakaran. Hasilnya, api langsung padam begitu cepat karena kinerja larutan yang efektif mencapai titik api di dalam tanah. Bahkan tidak ada asap yang tersisa. Karena bila masih terdapat asap yang tersisa dapat memicu kembali terjadinya kebakaran. Sederhana sekali, bukan?Kelompok kedua melakukan penelitian pupuk three in one terhadap berbagai jenis tanaman. Pupuk ini merupakan campuran antara kotoran hewan, limbah kelapa sawit, dan janjangan kelapa sawit yang sudah dipreteli buahnya. Campuran ketiga jenis pupuk ini diujikan terhadap beberapa jenis tanaman baik tanaman perkebunan maupun tanaman pertanian. Tanaman perkebunan yang kami uji khusus tanaman kelapa sawit. Pupuk yang kami buat bereaksi mengembalikan kesuburan tanah, dan meminimalisir tingkat penyerapan air yang berlebihan yang dilakukan oleh tanaman kelapa sawit. Seperti yang kita ketahui tanaman kelapa sawit sangat rakus akan air, sehingga tanaman lain di sekitarnya bisa mengalami dehidrasi tingkat dewa (kaya orang aja ya). Sedangkan tanaman pertanian yang kami uji adalah tanaman cabai. Luar biasa dalam hitungan hari saja tanaman cabai yang kami uji tumbuh pesat dibandingkan dengan tanaman cabai seumurnya yang tidak diberi pupuk. Dalam waktu dua minggu tanaman cabai yang diberi pupuk berbuah sangat lebat. Sedangkan yang tidak diberi pupuk tak kunjung berbuah sama sekali. Tak ketinggalan kami pun melakukan uji coba pupuk three in one buatan kami terhadap tanaman enceng gondok yang biasa tumbuh di rawa-rawa atau tanah gambut. Awalnya tanaman eceng gondok kami pindahkan ke dalam sebuah polybag berisi tanah tandus. Kemudian setelah kami beri pupuk three in one, ajaib tanaman tersebut mampu hidup hingga saat ini, pemirsa! Sedangkan tanaman eceng gondok lain yang juga dipindahkan ke dalam polybag berisi tanah kering tanpa diberi pupuk buatan kami, namun kami sirami sehari tiga kali. Hasilnya? (Mengutip perkataan Teteh Syahrini) Alhamdulillah ya, tanaman tersebut mati keesokan hari. Cerita mengenai 2 penelitian para siswa saya akan saya tulis pada postingan berikutnya.

Tibalah saatnya lomba. Kegiatan LPB Kalteng tahun ini diselenggarakan di Hotel Royal Global Palangka Raya, Jalan Tjilik Riwut KM2,5. Oh ya hotel ini cukup unik, karena saat saya menaiki lift menuju lantai 6 saya tidak menemukan adanya lantai 4. Pun begitu saat turun-naik tangga. Begitu lantai 3 dilewati langsung bablas lantai 5. Di manakah lantai 4 berada? Banyak tamu yang menduga kalau lantai 4 berada di dunia maya. Maksudnya? Kembali ke perlombaan, setelah acara dibuka secara resmi oleh perwakilan dinas pendidikan provinsi, para peserta yang mencapai 91 orang diminta untuk memajang poster penelitian dan menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan dewan juri terkait penelitian yang mereka buat. Saya sangat kagum dan bangga kepada para pelajar SMP dan SMA yang mengikuti kegiatan ini. Murid-murid saya sangat minder setelah melihat poster penelitian para peserta lain. Terlebih mereka sangat grogi melihat peserta lain sangat mantap dan meyakinkan saat menjawab pertanyaan dewan juri dalam bahasa Inggris yang amat fasih. Hanya 20 peserta yang layak masuk ke babak final. Di mana para finalis harus tampil mempresentasikan makalah yang telah mereka buat mengenai penelitian mereka di hadapan dewan juri yang super kritis (dosen berbagai universitas ternama tanah air) dan para peserta lainnya. Presentasi ditampilkan menggunakan layar LCD dengan format power point dan menggunakan bahasa Inggris. Wow cool.

Berselfie ria di depan poster penelitian kami.
Saya tidak mengira penelitian para peserta umumnya penelitian sederhana namun sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa penelitian yang saya ingat di antaranya ramuan kalapapa sebagai obat tonsillitis (keluar menjadi juara pertama untuk bidang ekologi), saripati tanaman cemot sebagai hand sanitizer (juara favorit pilihan juri), penerapan rumus matematika ke dalam motif batik khas Kalimantan Tengah, pembuatan aplikasi kamus 3 bahasa: Dayak-Indonesia-Inggris, penemuan lintasan bunglon (suatu alat yang dapat membuktikan bahwa energy tidak dapat diciptakan dan energy tidak dapat dimusnahkan), dan pembuatan biopolybag dari pelepah kelapa sawit, serta masih banyak penelitian lainnya yang sangat luar biasa hebatnya. Sepertinya saya tidak dapat bercerita lebih banyak lagi. Silakan amati saja galeri foto yang saya pajang di sini. Sebagai penutup, saya berharap dengan adanya kegiatan ini akan semakin banyak generasi muda Indonesia yang berhasil menciptakan suatu penemuan baru dan bermanfaat bagi masyarakat dunia. Maju terus generasi muda Indonesia!

Bersama para murid kebanggaan.

Presentasinya pakai Bahasa Inggris. Jurinya itu lho kalo nanya bilang ‘pertanyaannya simple’, tapi ko pesertanya pada kesusahan menjawabnya ya..

Ini para peneliti senior. Coba tebak, saya di mana?

Narsis bareng boleh kan?
Silakan klik LPB Kalteng 2016

Ketika Langit Tak Lagi Biru

Pernahkah kalian merindukan matahari seperti apa yang sedang kurasakan?
Sudah sebulan ini aku tak melihat langit biru seperti biasanya
Matahari yang hangat menyinari dunia begitu indahnya
Dan bintang-bintang yang menghiasi malam bagai untaian mutiara di angkasa
Semua yang kulihat di sekelilingku begitu putih menyelimuti
Udara yang kurasakan membuatku pengap
Napasku kian sesak, dan tak urung membuatku perih
Kapan musibah ini akan berakhir?

STOP!

Kabut tebal yang menyelimuti Kota Palangka Raya

image

Pagi ini gue bangun dengan setumpuk cucian di depan kamar mandi. Gue harus segera menjemur sebelum hari semakin siang. Selama dua minggu berturut-turut semua sekolah diliburkan. Kabut asap melanda negeri gue. Pembaca udah sering nonton berita di tv kan? Kalimantan jadi trending topic lagi, pemirsa! 😉 Sepanjang bulan Agustus lalu gue masih asyik nimatin perjalanan bolak-balik dari Balai Riam ke Pangkalan Bun. Tapi sekarang udah nggak bisa lagi lantaran kabut asap yang begitu tebal. Cucian yang gue jemur sangat susah kering karena nggak ada sinar matahari yang menyerapnya. Kalaupun kering,  jemuran gue pada bau apek terkena asap. Percuma aja pake pewangi seember juga.

Terkadang orang Indonesia baru sadar bahwa sesuatu itu amat penting bagi mereka di saat sesuatu tersebut mulai hilang dari hadapan mereka. Matahari contohnya! Selama matahari ada bersinar dengan teriknya, orang-orang sering protes dan mengeluh berlebihan. “Uuh, panas banget kaya di neraka! Neraka bocor kali ya?” (emangnya situ pernah ke neraka?), “Matahari panas banget sih, coba turun hujan aja!” keluh sebagian warga di kampung gue beberapa bulan lalu. Mereka sering mengupdate status di berbagai media sosial. Padahal, mereka sama sekali nggak nyadar coba kalau nggak ada matahari apa bisa jemuran mereka kering? Apa bisa tanaman yang mereka pelihara berfotosintesis? Apa bisa mereka menikmati ikan asin yang dijemur para nelayan? Enggak kan? Lol *berlagak sok bijak ya gue*

Gue jadi ingat tulisan Mbak Feli di blognya tentang musim dingin di Norwegia. Di sana matahari benar-benar dihargai. Sepanjang musim dingin orang-orang Norwegia selalu merindukan matahari sebab langit selalu kelihatan mendung sepanjang musim dingin. Begitu sommer (musim panas) tiba, orang-orang pada asyik berlibur menikmati indahnya dan hangatnya cahaya matahari. Orang-orang lebih suka beraktivitas di luar rumah sepanjang musim panas berlangsung. Perasaan ini yang sekarang lagi gue rasain di Kalimantan. Gue kangen banget sama hangatnya sinar matahari. Gue kangen berjemur di bawah terik matahari pagi supaya gue nggak kekurangan vitamin D.

Gue gak habis pikir sama bc (broadcast) yang disebarkan orang-orang via BBM. Mereka menulis meminta pertanggung-jawaban pemerintah atas kabut asap yang melanda Kalimantan dan Sumatra. Hellooooo… ini yang salah siapa, yang bertanggung jawab siapa! Kok bisa-bisanya para netizen menulis sekeji itu? Gue nulis artikel ini bukan sekadar mengeluh soal keadaan di kampung gue. Tapi gue juga ingin meluruskan supaya para netizen berpikir dulu sebelum bertindak. Jangan sampai ada pihak tertentu yang menjadi kambing hitam. Gue di sini sebagai pihak yang fair dan objektif. *Serius loe, Gih?* (pembaca mikir sambil ngupil).

Jadi gini, sepengamatan gue kalau musim kemarau semakin panjang, biasanya mayoritas penduduk di Kalimantan (dan mungkin juga di Sumatra) pada ngebakar kebun atau hutan buat buka ladang baru. Di samping tujuan mereka, dengan pembakaran tersebut diharapkan asap yang dihasilkan bisa berubah menjadi awan mendung di langit hingga kemudian bisa menurunkan hujan. Sayangnya pemikiran yang demikian simple itu terlalu awam bagi masyarakat di sini. Mereka tidak berpikir kalau asap bisa menyebabkan gangguan pernapasan. Hasil pembakaran juga sebenarnya bisa membahayakan bagi semua orang. Mereka tidak tahu kalau asap pembakaran menghasilkan zat asam dan kloroflorokarbon yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Kalau sudah begini, tanaman tidak akan tumbuh subur melainkan mati seketika. Saking gersangnya tanah di Kalimantan pada musim kemarau, percikan api sangat mudah merembet dari satu lokasi lahan ke lahan yang lain. Jangan remehkan ranting kayu sekecil apapun. Api juga dapat timbul karena terjadinya gesekan antara sepotong ranting dengan ranting lain, kemudian menjalar membakar dedaunan kering dan alang-alang yang yang telah menguning. Kebakaran pun semakin besar hanya dalam hitungan menit bahkan detik.

Peraturan dibuat untuk dilanggar

image

Terus, kenapa pemerintah yang disalahkan atas kejadian ini? Kenapa pemerintah diminta bertanggung jawab atas musibah ini? Memangnya pemerintah yang telah sengaja membakar lahan? Atau jangan-jangan warga marah kepada pemerintah hanya karena pemerintah tidak memberikan bantuan pemeliharaan tanaman, memberikan pupuk gratis misalnya, atau membantu membuatkan saluran irigasi untuk warga? Wah, picik sekali ya kalau begitu. Seharusnya masyarakat sadar kalau selama ini pemerintah telah berperan aktif dalam pemeliharaan dan pelestarian alam. Banyak sekali hutan konservasi dan cagar alam yang dibuat oleh pemerintah guna melestarikan alam. Pemerintah juga telah membuat undang-undang pelestarian hutan yang seharusnya dipatuhi oleh masyarakat. Kendati sekalipun sayangnya belum semua masyarakat Indonesia sadar lingkungan, terutama Undang-Undang Pelestarian Hutan. Padahal berbagai sosialisasi telah pemerintah lakukan hingga pemasangan papan peringatan di sepanjang tepian hutan.  Semua demi kebaikan seluruh warga negara Indonesia. So, sebaiknya dalam keadaan seperti ini jangan saling menyalahkan ya! Think it wisely! Semoga musim hujan segera datang menumpas kabut asap yang melanda negara kita. Amin. 

Sebuah perahu sampan teronggok di bibir sungai yang mengering

image

Biasanya sungai akan dikeruk diperlebar pada musim kemarau

image

Stop pembakaran hutan!

image

Rawa yang menjadi tempat mencuci darurat, kotor tercemar

image

Kabut yang menyelimuti hutan Kalimantan

image

Amati, matahari begitu kecil tertutup kabut!

image

Jalan dari dan menuju kampung gue, full of dust

image

Setiap hari wajib pakai masker!
image

image

Pohon ketapang yang meranggas

image

Lapangan bola di kecamatan, gersang tanpa rumput

image

Kabut pagi yang menyelimuti pelabuhan speedboat Sukamara, membuat aktivitas pelabuhan terhenti

image

Jalan di kampung gue pagi hari
image

image

Silakan lihat juga:

Keluhan dan Doa Seorang Pramugara Tentang Kabut Asap di Palangka Raya

Lima Hotel India yang Bikin Merinding

image

Hallo pembaca semua, gimana kabar kalian selama ini? Sebelumnya gue minta maaf kalo sebulan terakhir gak nulis apapun di blog. Loe semua pada kangen sama gue kan? Haha… pede amat ya gue #Dasar lebay (kata pembaca). But you know, kenapa gue kagak ngeblog selama sebulan ini? Heuh, bulan kemaren gue apes beratz pake tingkat dewa. Kenapa? My Lappie alias laptop kesayangan gue ancur, LCD-nya pecah gara-gara si Lappie jatoh dari tangan gue. Waktu itu gak tau kenapa tangan gue ngedadak kram terus jatoh deh si Lappie dari pelukan gue. Padahal lagi asyik-asyiknya baca postingan teman-teman blogger di WordPress. Loe semua tahu, blog siapa yang paling sering gue kunjungin? Gue demen banget baca ceritanya Mbak Feli yang udah gue anggap kakak gue sendiri. Semua tulisannya ngebahas soal kehidupan di negara Norway yang jauh di Eropa Utara sana. Busyet dah, gaya tulisan Mbak Feli kocak banget ngocol abies. Apalagi kalo udah nyeritain soal sang hubby-nya tercinta. Penasaran mau tau tulisan-tulisannya Mbak Feli? Nih klik aja tautan dari gue ya: http://www.sifelicity.wordpress.com. Selain blognya Mbak Feli, gue juga rajin mantengin blognya Bli Gara yang super cool karena banyak nyeritain tentang daerah-daerah di Indonesia yang pernah dikunjunginya. Beu… benar-benar bikin gue ngiri. Petualangan-petualangannya Mbolang banget. Oh iya, Bli Gara juga rajin update tulisan berbahasa Inggris lho! Gaya tulisannya keren banget, gue mah gak ada apa-apanya. Bahasa Inggris gue kalah sama Bli Gara. Mungkin karena Bli Gara orang Bali kali ya? Secara tiap hari di sana kan bisa ketemu terus sama bule, lancar dah praktek ngomong Inggrisnya. Gak kaya gue, gak pernah bisa nge-increase kemampuan gue lantaran tiap hari yang gue temuin orang utan mulu. Ups, bukan orang utan beneran lho. Maksud gue, orang-orang yang pada hidup di utan. Haha… ketipu semua deh lu pade 😛

Selain laptop gue yang rusak berat, hp gue juga pada hari yang sama ketularan ancur. LCD-nya ikutan pecah pas gue ngerogoh kantong celana buat ngeluarinnya pas gue mau nerima panggilan masuk dari seseorang. Tuh hp jatoh lantaran ukurannya yang segede gaban gak muat dalam genggaman tangan gue. Penderitaan gue gak cuma berakhir sampe di situ. *What? Penderitaan? Emangnya lu hidup di zaman penjajahan ya, Gih?* (pembaca gak percaya). Sebelum si Lappie sama hp gue jatoh, power banknya yang gue beli seharga Rp400-ribu gara-gara kena tipu tukang konter (padahal harga aslinya cuman Rp200-ribu) udah rusak duluan. Tiap kali gue mau ngecharge hp, si power bank error kendor gak mau ngalirin arus listrik. Padahal udah gue charge semalaman penuh selama beberapa hari (inget, listrik di tempat gue cuma nyala malam). Dan kesialan gue berakhir dengan rusaknya si Tajima yang datang dari Jepang. Aduh, Mr. Tajima ini jarumnya gak tau kenapa ngedadak patah. Otomatis gue gak bisa ngeliat waktu kalo lagi bepergian. Mana lebaran udah tinggal beberapa hari, plus gue ditinggal sendiri di rumah. Nyokap sama adek gue yang bungsu pada pergi lebaran ke Jawa buat kumpul bareng sama keluarga besar gue di sana, khususnya nemuin adek gue yang udah jadi pramugari. Gue gak bisa ikut sama nyokap, soalnya harus jaga rumah. Kebetulan di kampung gue lagi rawan perampokan. Jadi gue mesti jaga-jaga supaya barang-barang gak ada yang ilang. Terlebih gue juga harus jagain kafenya nyokap yang baru aja dibuka sebulan.

Oke, kayanya gue terlalu panjang nyerocos gak jelas ya pemirsa. Maklum, efek kangen berat sama kalian semua. Pas gue beli tablet baru minggu kemaren, gue kaget banget ngeliat statistik WordPress gue yang ngalamin penurunan jumlah pengunjung secara drastis tapi gak sedikit juga komentar-komentar yang masuk ke tulisan gue. Selama Desember tahun kemaren sampe Mei silam, sedikitnya pengunjung blog gue mencapai angka 2.500 perhari. Bahkan pernah beberapa kali nyampe di atas 3.000 pengunjung.   Halaman yang paling banyak dilirik keseringan soal ulasan serial 7 Manusia Harimau yang lagi booming waktu itu. Tapi setelah memasuki bulan Juni, para peminat serial 7 Manusia Harimau kayanya semakin berkurang. Padahal tim penulis udah gue kasih wanti-wanti supaya jangan bikin kepanjangan ceritanya, and jangan dilebay-lebayin. Nanti penonton bakal bosan. Akhirnya terbukti kan omongan gue? Penonton banyak yang kecewa dan pada malas nonton kelanjutannya. Mending bubarin aja deh, ganti serial yang lain! Tulisan gue yang banyak dibaca orang saat ini adalah : Pramugara-Pramugara Ganteng, sama Kelas Internasional Net.. Jumlah pengunjung blog gue sekarang berkisar seribu pengunjung perhari. Moga-moga aja semakin rajin gue update tulisan gue, jumlah pengunjung dan komentator juga terus meningkat lagi. Amiin.

Ngomongin soal judul tulisan gue di atas, pembaca pasti pada ngira kalo gue lagi jalan-jalan ke luar negeri kan? Terus gue nginep di hotel mewah di India tapi kesannya angker. Wow, kalian semua sebenarnya udah pada kejebak sama judul tulisan gue! Bukan, gue bukan lagi jalan-jalan ke India. Apalagi buat nemuin shaheer Shekh. Haha… meski film-film India lagi marak lagi di tanah air, tapi gue gak terlalu keranjingan buat nonton. Masalahnya channel-channel tv yang nayangin serial India gak ada di tv gue. Gara-gara hujan deras pas lebaran bulan kemaren, sinyal parabola di rumah gue jadi lemah. Dan tukang servis langganan gue lagi mudik ke Jawa. So, gue cuman dapet sedikit channel yang bertahan, antara lain: Net., LBS, DAAI TV, Haari TV, NHK, Trans7, Metro TV, RCTI sama Global. Tapi gak apa-apa, toh channel yang sering gue tonton cuman itu doank. Gak masalah buat gue buat channel yang pada hilang. Eh,kok jadi ngebahas soal tv lagi sih? Kita kan lagi ngomongin soal hotel! Well, fokus lagi sama judul di atas ya… Ngomongin soal hotel, siapa sih yang gak kepengen ngerasain nikmatnya pelayanan hotel bak hidup di surga dunia kalo pas bepergian? Apalagi kalo kelasnya hotel berbintang yang nuansanya serba mewah. Semakin banyak jumlah bintang yang dimilikin sebuah hotel, maka semakin memuaskan pelayanan yang diberikannya. Kata siape? *Gak tau juga deng, gue cuman asal nyeletuk aja* Hoho… maafin blogger yang katrok ini ya, sodara-sodara… (^_^)”

Tapi yang mau gue ceritain di sini bukan hotel sembarang hotel lho, pemirsa. Malah gak ada hubungannya dengan hotel sama sekali. Disebut hotel India juga masih menjadi teka-teki yang sangat misterius. Jadi ceritanya ini bukan kejadian yang pernah gue alamin. *Haah… kejadian? Lu nginep di hotel apa di kuburan sih?* (pembaca kebingungan). Yup! Ini adalah cerita soal nyokap gue waktu balik dari Jawa menuju Kalimantan. Peristiwa ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu. Belum basi kan buat gue ceritain? Waktu itu nyokap sama adek bungsu gue si Firman, mau balik ke Kalteng (Kalimantan Tengah, red) via Palangka Raya. Pengennya sih langsung tujuan Pangkalan Bun. Berhubung tiap hari kala itu gak kebagian tiket, mau gak mau nyokap sama Firman kepaksa naek jurusan Palangka Raya yang sebenarnya jauh banget dari kampung gue. Butuh waktu semalaman lagi naek travel dari Palangka ke rumah gue. Adek gue, Dyah (si pramugari cantik kesayangan nyokap) nganterin mereka berdua sampe ruang tunggu Terminal C Bandara Soetta. Biasalah, namanya juga pramugari, punya akses khusus buat keluar masuk ruang tunggu pesawat asal ngasih lihat ID Card pramugari yang dia punya ke para petugas security check in. Resikonya, Dyah harus rela digodain sama para petugas yang pada genitnya selangit. “Mbak, tinggal di bacht berapa Mbak?” tanya para petugas. “Malam Minggu nanti boleh ngapel nggak, Mbak? Itupun kalo Mbaknya pas lagi nggak terbang ya, Mbak?” goda mereka lagi. Dyah cuman senyum-senyum di kulum digodain kaya gitu. Pas gue mau balik ke Kalteng bulan Maret kemaren juga gitu kan? Pembaca masih pada inget cerita gue yang jalan-jalan ke Jawa nggak? Syukur deh kalo pada lupa, haha… 😀

image

Nah, pas giliran nyokap sama Firman mau masuk ke dalam pesawat, Dyah juga ikut nganterin sampe ke depan pintu pesawat. Biasalah, gak rela berpisah sama nyokap. Secara dia kan satu-satunya anak cewek dalam keluarga kami, dan di antara semua anak nyokap, dia satu-satunya anak yang paling manja sama nyokap. Begitu Dyah ngeliat sebuah tulisan di badan pesawat, Dyah tersentak kaget dan berkali-kali nyuruh nyokap buat istighfar sepanjang perjalanan.

“Ma, pokoknya selama di pesawat Mama gak boleh berhenti beristighfar ya! Dyah mohon,” pinta Dyah memelas.

“Ke manapun Mama pergi, Mama gak pernah berhenti beristighfar, Dyah!” cetus Mama menegaskan.

“Pokoknya tolong Ma, teruslah beristighfar! Nanti kalau Mama sudah sampai rumah, akan Dyah ceritain semuanya!” entah kenapa badan Dyah kata nyokap kelihatan gemeteran. Keningnya ngucurin keringat dingin kaya orang ketakutan.

“Emangnya ada apa sih?” nyokap kebingungan.

“Nanti juga Dyah ceritain. Dyah juga akan selalu ngedoain Mama supaya selamat di jalan,” kata Dyah pasrah seraya meluk nyokap sebagai salam perpisahan.

“Iya deh,” sahut nyokap bergegas masuk ke dalam.

Selang dua hari berlalu, nyokap udah sampe di rumah dan aktif beraktivitas seperti sedia kala. Sayangnya nyokap nggak ngelanjutin usahanya di kafe. Banyak pelanggan les nyokap yang datang ke rumah. Mereka memohon supaya nyokap mau ngajarin les anak mereka lagi. Gak tau kenapa para pelanggan les nyokap pada nggak mau anak-anaknya diajar sama gue. Mereka udah ngerasa cocok sama cara nyokap gue ngajarin anak-anak mereka. Ditambah lagi kalo dipasrahin ke gue, anak mereka bakal diomelin terus sama gue saban hari lantaran gue kelewat galak kalo ngajar. Haha… biarpun gue galak, tapi banyak orang yang bilang kalo gue sama nyokap ‘bertangan dingin’. Es kali ah, dingin… bukan nyombong sih, anak-anak yang les di bimbel gue sama nyokap banyak yang berhasil meraih prestasi dan sukses. Gak sia-sia gue ngediriin bimbel selama sebelas tahun. Jadi, akhirnya nyokap malah fokus lagi di bimbel. Usaha dagangnya tetap jalan sih, kali ini kafenya dipindahin jadi kantin di bimbel kami. Lucu kan?

Sesuai janjinya, Dyah nelpon nyokap buat nyeritain apa yang dia sembunyiin pas nyokap mau naik pesawat. Malam itu pikiran nyokap dan Dyah sama-sama lagi tenang. Emosi mereka udah terkontrol dengan baik.

“Ma, waktu dalam pesawat kemarin, Mama ngalamin kejadian yang aneh enggak?” tanya Dyah.

“Eng… apa ya?” nyokap mencoba mengingat-ingat.

“Apa ada kejadian yang ganjil selama dalam penerbangan?” Dyah terus mendesak.

“Oh ada Dyah, Mama baru ingat!” seru nyokap sambil bangun berdiri dari duduk di depan tv.

“Apa Ma?”

“Penerbangan kemarin seharusnya ditempuh selama satu setengah jam. Gak tau kenapa, pesawat yang sudah mau landing dan bandara sudah kelihatan, eh pramugarinya malah nyuruh para penumpang supaya ngencangin lagi sabuk pengaman. Katanya pesawat yang mau landing pada ngantri banyak banget. Jadi pesawat yang Mama naekin malah terbang lagi ke angkasa. Terus pesawatnya muter-muter di langit selama lebih dari satu jam. Kalo dihitung lamanya Mama menempuh perjalanan selama hampir 3 jam. Gimana nggak kesal coba? Mana cuaca di atas mendung banget, dingin lagi,  tapi anehnya pas turun ke darat cuaca malah cerah banget,” ungkap nyokap bernada jengkel.

“Tapi nggak ada kejadian yang mengerikan kan Ma?” tanya Dyah memastikan.

“Enggak ada, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja! Tapi yang Mama nggak ngerti, masa sih pesawat yang mau landing pada ngantri? Padahal waktu Mama turun dari pesawat, di Bandara Tjilik Riwut itu kelihatannya lagi sepi banget. Mama cuma lihat beberapa pesawat aja, bisa dihitung dengan jari. Sekitar lima kalo nggak empat aja!” beber nyokap lagi.

“Mama tahu nggak, pesawat yang Mama naekin itu adalah pesawat LHI?” tanya Dyah serius.

“LHI? Apa itu?” nyokap nggak ngerti.

“Lima Hotel India!” jawab Dyah.

“Hotel India? Maksudnya gimana, Dyah?” nyokap makin bingung.

“Jadi LHI itu semacam kode alphabet internasional. Cuma kru penerbangan aja yang tahu. Itu tuh sebenarnya adalah pesawat jenazah, Ma! Awalnya Dyah ragu waktu ngeliat tulisan LHI di pesawat yang mau Mama naikin. Tapi setelah Mama pergi, Dyah tanya-tanya ke teman-teman Dyah. Mereka bilang kalau itu benar-benar pesawat jenazah,” ungkap Dyah.

“Haah, yang bener Dyah? Kenapa Dyah nggak bilang waktu itu? Mama kan bisa cancel penerbangan Mama kalo tau kaya gitu!” nyokap benar-benar kaget ngedengar penjelasan Dyah.

“Dyah juga gak tahu kalau Mama bakal naik pesawat itu. Kalau dari awal Dyah tahu Mama bakal naik pesawat itu, udah pasti bakal Dyah batalin penerbangannya!”

“Teganya kamu Dyah ngebiarin Mama sama adik kamu naik pesawat jenazah! Emangnya nggak ada pesawat yang lain apa buat ngangkut penumpang? Bukannya pesawat Lion itu banyak?” sela nyokap sedikit kecewa.

“Ini kan lagi arus balik, Ma. Semua pesawat penuh. Sampai akhirnya pesawat jenazah pun terpaksa dipakai demi terpenuhinya pesanan pelanggan. Itulah kenapa Dyah nyuruh Mama supaya jangan berhenti beristighfar sepanjang perjalanan. Soalnya kata senior-senior Dyah, banyak kejadian aneh yang sering terjadi dalam pesawat itu. Katanya sering muncul penampakan pramugari yang mondar-mandir di dalam pesawat. Ada juga bangku yang sebenarnya kosong tapi kelihatan penuh sama penumpang yang sebenarnya juga para penampakan. Malah ada kejadian sering kedengaran suara yang aneh-aneh seperti pengumuman kalau pesawat mau jatuh, jeritan para penumpang yang ketakutan, sama suara ledakan Ma! Para pramugari dan pilot juga banyak yang ketakutan kalau pas dapat jatah bertugas di pesawat itu!” cerita Dyah panjang-lebar.

“Masya Allah…” nyokap semakin terkejut.

“Maafin Dyah ya Ma. Tapi Mama nggak kenapa-napa kan Ma? Mama sehat aja kan?” terdengar suara Dyah begitu cemas.

“Sudahlah, Mama nggak apa-apa kok! Hati-hati ya kamu kalau lagi bertugas! Selalu berdoa dulu sebelum terbang!” imbau nyokap ke Dyah.

“Iya Ma, Dyah juga selalu beristighfar kok!” kata Dyah sebelum akhirnya menutup pembicaraan di telepon.

“Gih, kamu dengar obrolan Mama sama Dyah barusan, kan?” seloroh nyokap mandang ke arah gue yang lagi duduk gak jauh dari tempat nyokap.

Gue bener-bener speechless ngedengar pembicaraan mereka. LHI (Lima Hotel India)? Pesawat yang selalu dirahasiakan oleh para pramugari senior, karena pesawat itu adalah pesawat khusus pengangkut jenazah yang biasa dipakai untuk mengevakuasi korban kecelakaan pesawat komersil, atau mengangkut jenazah para WNI yang meninggal di luar negeri. Para kru penerbangan pun tidak akan memilih pesawat ini bila mendapat tugas untuk terbang bersamanya. Oleh karena itu keberadaan pesawat ini sangat dirahasiakan agar para kru yang tidak mengetahuinya tetap merasa aman di kala terbang.

Sedikit gemetar, gue pandangin satu-persatu wajah nyokap sama Firman sambil bilang, ”Ini beneran Mama sama Firman kan? Pesawat yang kalian tumpangi beneran selamat kan? Kalian bukan penampakan yang baru turun dari pesawat kan?”

PLETOK! (sebuah palu nyasar ke kepala gue)

***

Aneka Pizza Unik Kreasi Chef Sugih

Hidup di pedalaman bikin gue gak bisa ngerasain apa yang orang kota bisa nikmatin. Salah satu misalnya adalah ngenikmatin makanan cepat saji (fast food) kaya hamburger, lasagna, spageti, kebab, dan pizza. Dulu selama zaman gue masih sekolah di Bogor dari kecil gue suka banget makan pizza tiap kali dibeliin sama bokap. Biasanya bokap ngebeliin pizza pas kami sekeluarga jalan-jalan mengisi liburan ke Taman Safari, Puncak, Dufan, Ancol, Taman Mini,  dll (dan lupa lagi, pemirsa). Gue selalu inget bokap gak pernah absen ngebeliin pizza tiap kali kami sekeluarga pergi jalan-jalan bersama. Meskipun banyak sodara gue yang gak terlalu doyan makan pizza cuma gara-gara toppingnya yang agak lengket dan sering bikin mereka muntah, akhirnya cuma gue yang selalu ketagihan. Sekarang kalo gue makan pizza, gue selalu inget kenangan jalan-jalan sama almarhum bokap. Rasanya sering sedih tiap kali inget semua kenangan itu.

Selain pizza, gue juga hobby banget makan burger. Walaupun kata nyokap masakan di rumah jauh lebih menyehatkan ketimbang fast food yang dijual di pinggir jalan. Kebanyakan fast food di pinggir jalan memang kurang higienis dan terlalu banyak mengandung zat pengawet. Jadinya semua makanan itu malah tergolong junk food alias makanan sampah. Parahnya junk food bisa menimbulkan berbagai penyakit karena terlalu banyak mengandung kolesterol.

Semenjak tinggal di daerah pedalaman gue gak pernah lagi bisa makan pizza ataupun burger. Alhasil gue cuman bisa ngiler tiap kali ngeliat iklannya di tv. Gue juga ngerasa prihatin sama murid-murid gue kalo pas gue ngajar Bahasa Inggris. Masalahnya sering banget muncul percakapan di buku yang temanya soal makanan. “What kind of food do you like? Do you like pizza, hotdog, or hamburger?” (Makanan seperti apa yang kamu suka? Apakah kamu suka pizza, hotdog, atau hamburger?). Murid-murid gue cuma bisa bengong tiap kali ketemu dialog model gitu di buku. Soalnya mereka belum pernah ngerasain kaya apa rasanya burger sama pizza. Kesannya pizza & burger adalah makanan mewah yang cuma bisa dinikmatin sama orang kota. Boro-boro pizza, bisa makan bakso aja dah syukur.

Berbekal keterampilan memasak yang gue punya, pas nyokap buka kafe baru  bulan kemaren, gue berinisiatif buat ngenalin aneka western food ke masyarakat di kampung gue. Kalo nyokap cuma bikin masakan Indonesia kaya soto ayam Bogor, pempek Palembang, Gado-gado Betawi, nasi goreng spesial, asinan Bogor dan lain sebagainya, gue melengkapinya dengan menu burger, pizza, kebab, dan sosis bakar. Semua diolah dengan tangan gue sendiri. Tentunya dijamin higienis karena gak pake zat-zat yang aneh-aneh.

Baru hari pertama kafe nyokap dibuka, antrean pembeli langsung membludak. Soalnya pas hari itu gue gencar banget ngepromosiin ke semua orang di sekitar gue. Termasuk semua kontak yang ada di hp. Alhamdulillah, respon masyarakat soal pizza yang gue bikin jadi trending topic orang sekampung. Banyak dari pembeli yang tersenyum sumringah karena baru pada tahu yang namanya pizza. “Oh, jadi ini yang namanya pizza toh? Enak juga ya!”, “Wah asyik, kita gak perlu turun ke kota lagi buat beli pizza!”, “Mantap deh meskipun ini di kampung tapi menu yang ada di kafe ini internasional banget! Bisa bikin sushi sama bulgogi nggak?” Ada kepuasan tersendiri waktu gue ngeliat ekspresi para pembeli. Lucunya di kampung gue sebenarnya banyak banget pendatang dari Pulau Jawa, tapi mereka pada nggak tau sama yang namanya pizza dan burger. “Pizza? Apa itu pizza? Sejenis rendang atau supkah? Burger itu bubur seger yak?” #Gubrak! *nih orang habis semedi di dalam goa kali ya?*

Nah, supaya pizza diminati para pembeli selain toppingnya harus enak dan gurih, bentuk-bentuk pizza juga harus dibuat seunik mungkin supaya minat konsumen lebih besar dan menggugah selera makan. Pizza yang gue bikin bahannya mudah didapat dan harga jualnya pas dengan kantong anak kos-kosan. Pemirsa mau nyoba bikin sendiri? Berhubung gue bukan orang pelit, nih gue kasih deh resepnya. Silakan disimak ya…

Beberapa pizza unik kreasi gue sebelum dipanggang :

Pizza Sakura buat pengagum keindahan negara Jepang.

image

Pizza Romantis buat pasangan yang lagi dimabuk cinta.

image

Pizza Bintang buat anak-anak yang memiliki cita-cita tinggi.

image

Butterfly Pizza buat pecinta keindahan
image

Pizza bundar untuk orang yang menyukai kesederhanaan
image

Ordinary pizza satu untuk kebersamaan
image

Sunflower pizza untuk hari yang selalu ceria
image

Resep Pizza Unik

Bahan adonan :
-Tepung terigu 400 gram
-Telur ayam 1 butir
-Mentega 3 sdm
-Minyak goreng 3 sdm
-Fermipan (ragi instan) 40 gram
-Air susu hangat 1 gelas

Cara membuat adonan :
1. Campurkan semua bahan di atas dalam sebuah baskom.
2. Aduk rata, lalu masukkan air susu hangat dan campurkan kembali hingga adonan menyatu menyeluruh.
3. Bila adonan sudah kalis dan tidak lengket di tangan, gumpalkan adonan menjadi satu bulatan penuh! Lalu tutuplah baskom dengan kain serbet bersih selama minimal 15 menit agar adonan mengembang.
4. Sementara adonan didiamkan, siapkan bahan tumisan untuk topping.

Bahan topping :
-Bawang bombay setengah siung, cincang halus;
-Cabe hijau 3 buah, iris menyerong;
-Bawang bakung 2 batang, iris tipis;
-Telur ayam 1 butir, kocok hingga putih dan kuning telur merata;
-Sosis daging ayam/sapi 4 buah, iris menyerong. Selain sosis bisa juga memakai jamur kancing yang diiris tidak terlalu tebal;
-Tomat 3 buah, cincang halus;
-Paprika 1 buah, iris memanjang 2 cm. Bila tidak ada paprika bisa diganti dengan satu buah jagung manis, preteli jagung dan buang batangnya.
-Daging ayam 300 gram, goreng kemudian cincang dadu atau potong suwir-suwir. Bisa juga memakai daging kornet untuk penyuka daging sapi;
-Gula pasir secukupnya;
-Bumbu penyedap Royco/Masako secukupnya.

Cara membuat topping :
1. Tumis bawang bombay hingga harum.
2. Masukkan cabe hijau, bawang bakung, tomat, sosis, telur, daging, dan sayuran lainnya.
3. Bubuhi gula pasir dan bumbu penyedap, aduk hingga tumisan terasa gurih dan aromanya tercium harum.

Bahan pelengkap pizza :
-Keju parut secukupnya;
-Saus tomat/saus pedas (sesuai selera), bisa juga menggunakan mayonaise untuk menciptakan rasa yang berbeda.

Cara membuat pizza :
1. Ambil adonan sebanyak kepalan tangan, pipihkan di atas teflon.
2. Cetak adonan sesuai bentuk yang diinginkan. Misalnya bentuk hati, bintang, bunga, lingkaran, lingkaran bergerigi, dan lain sebagainya. Berikan batas tepian sedikit lebih tebal/tinggi daripada bagian tengahnya.
3. Oleskan mayonaise atau saus ke atas adonan yang telah dipipihkan dan dibentuk sesuai keinginan. Pastikan olesannya merata!
4. Tuangkan topping yang telah ditumis ke atas adonan yang telah dilumuri mayonaise/saus.
5. Ratakan topping di atas permukaan pizza.
6. Tuangkan saus sekali lagi di atas topping!
7. Taburkan irisan keju atau keju yang telah diparut!
8. Panggang dalam keadaan tertutup rapat di atas kompor dengan nyala api kecil selama kurang-lebih 5 menit.
9. Tusuk dengan garpu untuk memastikan kematangannya! Bila adonan tidak melekat pada garpu, berarti pizza sudah matang. Pastikan pizza tidak gosong dan mudah diangkat dari teflon!

Pizza siap disantap!^^  Satu adonan di atas dapat disajikan hingga 5 porsi (5 teflon). Selamat mencoba ya…

Postingan selanjutnya gue kasih resep kebab super, mayonaise lemon, dan cara bikin sosis home made. Jangan lewatkan!

Kepulanganku ke Kalimantan yang Menyedihkan

Allowh pembaca, kumaha daramang? (Bagaimana kabarnya?) Pasti pada sehat semua kan? Syukur deh kalau pada sehat, kalau lagi sakit cepet minum Baygon ya… 😀 Ups… Kembali lagi BJ (baca : Blog Jockey) Sugih akan berbagi cerita untuk kalian semua. Sorry nih sebelumnya kalau aku lama hilang dari blogku selama beberapa bulan terakhir ini. Maklum, berhubung aku sudah kembali ke Kalimantan aku terlalu serius bermeditasi di rimba raya pulau ayam betina ini. Wuahahaha… *lalat masuk mulut* Eh ngomong-ngomong soal Kalimantan, kalian sependapat nggak dengan pikiranku kalau pulau ini bentuknya mirip dengan ayam betina yang sedang bertelur? (Pembaca menyahut : “Hah, ayam betina?”) Iya, bener! AYAM BETINA YANG LAGI NELOR! (tuh, sudah diCAPLOCKS kan! Eh salah, maksudnya diCAPSLOCK!) Coba deh bayangkan Sabah (Malaysia) itu kepala ayamnya, terus Sarawak (Malaysia) sayapnya, dan wilayah Kalimantan (Indonesia) adalah badannya yang lagi duduk mendekam di atas sarangnya. Sementara Pulau Laut yang terletak di sebelah tenggara Provinsi Kalimantan Selatan diimajinasikan seperti sebutir telur yang menggelinding keluar dari bawah perut induknya. Nah, gimana? Nggak nyambung kan? Itu pasti karena khayalanku yang terlalu tinggi. Gkgkgk… *ketawa sambil keselek sepatu* 🐔🐤🐥🐣

Tuh, imajinasiku nggak salah kan?

image

image

Hmm, sebenarnya selama dua bulan terakhir ini pikiranku sedang rusuh:|:(. Sampai-sampai aku malas membuka lagi blogku yang tercinta ini. Padahal banyak sekali notifikasi yang masuk ke blogku ini. Ada pembaca yang minta foto plus tanda tangan-lah, ada yang pengen ketemuan-lah, yang mau pinjem duit juga ada ✋#PLAK *Ditampar pembaca penulisnya ngibul*. Selama dua bulan terakhir aku sering melamun, menangis sesenggukan, dan tertawa-tawa sendiri di dalam kamar. Pembaca pasti mengira aku gila kan? Kalau diperiksakan ke psikiater atau psikolog, mereka pasti akan memvonisku bahwa aku jauh lebih akut daripada gila! 😱 Jadi, aku ini kenapa? Apakah aku sudah menjadi teman seperguruannya Wiro Sableng? Wow, asyik dong! Berarti guruku adalah Sinto Gendeng yang nyentrik itu. Hoho… Salam hormat, Guru! 😀 😘🙏

Hallo Bro, what’s up Bro?^^

image

Pembaca masih ingat kan ceritaku pada postingan sebelumnya? (Pembaca menyahut : NGGAK!!!) Hadeuh, pembacanya habis kebentur tembok ya, jadi pada amnesia! Kepulanganku ke Kalimantan Tengah adalah memenuhi perintah mantan atasanku (sebut saja Mrs. Headmi-STRESS) bahwasanya namaku telah terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi di dinas pendidikan kabupaten. Mendengar sertifikasi, siapa sih yang tidak menginginkannya? Apalagi tunjangannya! Padahal saat menerima panggilan dari Mrs. Headmi-STRESS, aku sedang berada di Pulau Jawa guna mempersiapkan aplikasi beasiswa S2 ke luar negeri. Akhirnya aku terpaksa menunda pengajuan aplikasi beasiswa itu lagi. Lantas aku segera pulang untuk menyerahkan berkas sertifikasi ke kantor dinas pendidikan kabupaten. Waktu yang kumiliki hanya tersisa satu hari, deadline penyerahan berkas ke kantor dinas jatuh pada tanggal 16 Maret silam. Sebelum berangkat ke kantor dinas, pagi-pagi sekali aku datang ke sekolah tempat terakhirku bekerja untuk menjumpai Mrs. Headmi-STRESS dan meminta tanda tangan beliau. Namun sayangnya Mrs. Headmi-STRESS sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Mau tidak mau aku harus menghubungi pihak dinas pendidikan kabupaten agar berkenan memberikan kelonggaran waktu untukku. Dengan resiko aku harus membayarnya dengan menerima makian dari staf kantor dinas yang kuhubungi. Hiks nasib diomeli… T_T  😭 *Ijah pembantu tetangga sebelah rumah pun ikut menitikkan air mata* “Terima kasih ya, Ijah!” (Mata saya kepedesan ngiris bawang, Pak!–> sahut Ijah) #GUBRAK! 😥

Selagi aku mengunjungi sekolah, aku pun bertemu dan berkenalan dengan Bu Atun (bukan nama sebenarnya, karena beliau adalah tersangka kasus pembunuhan kecoa di rumahnya), guru baru yang menggantikan posisiku setelah aku hengkang dari sekolah. Setelah berbasa-basi sebentar, Bu Atun menanyakan berkas apa yang kubawa. Tanpa meminta izin terlebih dahulu beliau langsung melihat-lihat map yang kubawa. Beliau langsung memprotes mengapa aku memiliki berkas-berkas pengajuan sertifikasi sementara beliau tidak. Well, tentu saja aku punya karena aku sudah menghonor sangat lama : SEBELAS TAHUN sodara-sodara. Salahkah aku bila namaku terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi setelah pengabdian yang begitu lama? Sedangkan Bu Atun sendiri baru menghonor beberapa bulan di Kalimantan. Selebihnya beliau lebih lama menghonor di Pulau Jawa. So, mengapa beliau tidak mengikuti sertifikasi di Pulau Jawa saja. Pemirsa setuju? Lucunya Bu Atun menggugatku karena aku masih memiliki Surat Keperjakaan, eh salah, maksudku Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah yang menyatakan kalau aku masih aktif mengajar. SK tersebut memang dibuat oleh kepala sekolah atas inisiatif kepala sekolah (Mrs. Headmi-STRESS) sendiri. Saat meneleponku selagi aku masih di Jawa, Mrs. Headmi-STRESS memohon padaku agar bilamana aku lolos sertifikasi maka aku harus kembali aktif mengajar di sekolah. Tentu itu adalah sebuah komitmen, bukan?

Pada hari selanjutnya, Mrs. Headmi-STRESS berhasil kutemui setelah beberapa kali bolak-balik di teras rumahnya. Pembaca jangan meniru perilaku mantan pimpinanku ini ya, Mrs. Headmi-STRESS baru berangkat ke sekolah pukul 8 pagi, di mana pada pukul tersebut rekan-rekan kerjaku pun baru mengisi absen di kantor guru sambil ngopi dan sarapan pagi. Sedangkan para murid sudah masuk ke lingkungan sekolah sejak pukul 05.30 pagi. Hebat kan para murid di sekolahku itu? Mereka luar biasa disiplin.  Mereka belajar tidak dibimbing oleh para guru lho, melainkan oleh ketua kelasnya! Keren kan? *Ayo kumpulkan orang tua murid, kita demo sekolahnya!* GLEKH! 😅

Mrs. Headmi-STRESS bukannya mempersilakanku masuk ke dalam rumahnya malah menyuruhku untuk merapikan berkas di sekolah. Otomatis ini akan mengulur waktu keberangkatanku ke kantor dinas pendidikan kabupaten karena aku harus menantikan beliau selesai berdandan. Manakala staf pegawai dinas yang kuhubungi kemarin memintaku untuk datang selambat-lambatnya pukul 2 siang. Sedangkan lagi perjalananku dari sekolah menuju kantor dinas pendidikan memerlukan waktu sekitar 3 hari 3 malam (itupun kalau sanggup jalan kaki 😛 ). Yang membuatku kesal pada hari itu adalah Mrs. Headmi-STRESS malah sengaja mengulur-ulur waktu sehingga membuatku berangkat agak siang. Sempat kulihat olehku Bu Atun menemui Mrs. Headmi-STRESS di ruangannya. Tampaknya mereka terlibat percakapan yang sangat serius. But I don’t know what’s the topic about…  Apakah Mbah Google mengetahuinya?

Yeah, akhirnya seluruh berkasku telah ditandatangani dan dilegalisir oleh Mrs. Headmi-STRESS. Berhubung aku sudah tidak memiliki kendaraan pribadi, aku terpaksa berangkat ke kantor dinas dengan menumpangi speedboat. Pembaca tahu speedboat enggak? Kalau belum tahu, speedboat itu adalah kapal pesiar mewah yang dapat menampung delapan sampai sepuluh orang penumpang dengan kecepatan yang maha dahsyat dan mengalahkan kecepatan kilat saat balapan dengan petir. Sayangnya ketika aku tiba di pelabuhan speedboat, matahari sudah tinggi (heran matahari kok bisa tinggi ya, padahal tidak minum susu *pembaca ikut nyeletuk*), sehingga suasana di pelabuhan pun sudah sangat sepi. Tidak ada satupun calon penumpang yang menampakkan batang hidungnya (untung bukan batang kemaluannya ye…😜). Alhasil kalau sudah begini aku harus pasrah kepada supir speedboat yang suka memasang tarif semaunya. Kata ‘sepakat’ pun terpaksa ditempuh setelah supir speedboat menyebutkan Rp400.000,00 sebagai ongkos perjalananku pulang pergi. Tarif tersebut termasuk mahal bagiku, karena tarif umum sebenarnya hanyalah Rp60.000,00. Berhubung sekarang mencarter, apa boleh buat daripada tidak berangkat sama sekali. Heuh, jadi seperti bos besar saja pakai acara mencarter speedboat segala. Mana uang tabungan sudah menipis sisa ongkos pulang dari Jawa. Sepanjang perjalanan di atas speedboat dalam hati aku tak putus berdoa,”Ya Allah, tolong Baim Ya Allah!” eh salah deng, doaku kira-kira begini : “Ya Allah, semoga semua pengorbanan hamba ini tidak sia-sia. Hamba sudah banyak mengorbankan biaya, waktu, pikiran, dan tenaga untuk masa depan hamba. Kiranya mudahkanlah jalan hamba untuk meraih kesuksesan. Amin.” Setibanya aku di kantor dinas pendidikan kabupaten, aku beruntung tidak bertemu dengan staf yang mengomeliku via telepon kemarin. Langsung saja aku menaruh berkasku di atas meja si pengomel tersebut yang konon kata teman-temannya sedang menikmati makan siang di luar. Segera kuambil langkah seribu sebelum staf itu kembali ke kantor dan mungkin akan menatapku dengan sinis karena keterlambatanku menyerahkan berkas. Lha wong kabar yang kuterima dari Mrs. Headmi-STRESS saja telat, jadi salahkah kalau aku terlambat? 🐣

2 Minggu kemudian…

Whatsapp from Mrs. Moon… (maaf demi keamanan bumi dan jagad raya, nama terpaksa disamarkan) : “Good afternoon Mr. Sugih. How are you?”
Me: “Good aftie Mrs. Moon…  Jus sosro (maksudnya ‘Just so so’), and you?”
Mrs. Moon… : “Very well, ngomong-ngomong kenapa Mr. Sugih mengundurkan diri dari sertifikasi?”
Me (mata melototin layar hp) : “HAAHH?” 😨
Mrs. Moon… : “Lho emangnya enggak ya?” 😓
Me (calm down) : “Ya enggaklah Bu, ngapain saya ngundurin diri dari sertifikasi?” 🐙
Mrs. Moon… : “Ya, saya pikir juga gitchu. But my hubby bilang YES!” 🐳

*Azeeek… aku dapet YES!* 🙌

Me (melototin layar hp lagi) : “Ciyuz Bu? Bukan Mie Bakso kan?” 🐨
Mrs. Moon… : “Uhm, gimana ya… Sebaiknya Bapak hubungi orang dinas pendidikan kabupaten deh!”
Me (penasaran) : “Madam, kasih tahu dong ada apa sebenarnya?” 🐲
Mrs. Moon… : “Just call kantor dinas, OK?”
Me (hopeless) : “Alright, thank you for your information!” 👍
Mrs. Moon… : “Anything for you!” 🐧

Entah mengapa semenjak hari itu aku menjadi gelisah sendiri (pengennya sih ditemenin sama Chelsea Islan). Ingin menghubungi kantor dinas takut kena omel seperti kejadian dua minggu lalu. Akhirnya kuputuskan untuk memancing ikan bersama Mrs. Moon… agar beliau bersedia menceritakan hal yang disembunyikannya dariku.

Me : “Hallo Bu, saya sudah menghubungi kantor dinas tetapi mereka tidak memberikan informasi apapun mengenai berkas sertifikasi saya.”
(sorry Mrs. Moon… I’m lying).
Mrs. Moon… : “Masak sih, Pak? Padahal suami saya bilang dia melihatnya sendiri lho Pak!”
Me : “Melihat apa Bu?”

*Badan langsung merinding jangan-jangan suami Mrs. Moon habis melihat penampakan di rumahnya. Hiii….* 😨

Mrs. Moon… : “Tapi jangan bilang ke orang lain, kalau saya yang ceritain soal ini ke Bapak ya Pak!”
Me : “Of Course!” ✌
Mrs. Moon… : “Suami saya melihat Mrs. Headmi-STRESS membuat surat pengunduran diri Pak Sugih dari tes sertifikasi, dan Mrs. Headmi-STRESS sudah memalsukan tanda tangan Pak Sugih di atas materai pada surat tersebut.”
Me : “impossible! Mrs. Headmi-STRESS justru yang menyuruh saya pulang ke Kalimantan untuk mengikuti tes sertifikasi. Bagaimana mungkin beliau membuat surat pengunduran diri saya dari sertifikasi?”
Mrs. Moon… : “Saya juga bingung, Pak. Padahal hubungan Bapak sama Mrs. Headmi-STRESS baik-baik saja kan?”
Me : “Kami nggak ada masalah kok, Bu. Mrs. Headmi-STRESS malah meminta saya untuk kembali mengajar di sekolah kalau saya lulus tes.”
Mrs. Moon… : “Mungkin ada faktor lain yang menyebabkan Mrs. Headmi-STRESS memalsukan tanda tangan Bapak.”

Ooh… tega sekali Mrs. Headmi-STRESS mempermainkanku. Belum tahu dia kalau aku ini adalah siluman terganteng kesayangan Ratu Hangcinda. Bisa terjadi badai salju di Kumayan kalau dia berani mempermainkanku. Oh merapi dan laut….  Ups…. (Kok ceritanya jadi gene seh? *pembaca mulai sewot*). Maaf… maaf pembaca, penulis terbawa es-mosi 😅. Dia yang memaksaku pulang ke Kalimantan agar aku mengikuti tes sertifikasi, akan tetapi justru dia juga yang menghapus namaku dari calon peserta sertifikasi. Tidak ingatkah dia betapa besarnya pengabdianku kepada sekolah selama ini? Betapa banyak murid di sekolah kami yang berhasil menyabet gelar juara Olimpiade Sains baik tingkat kabupaten maupun provinsi berkat bimbinganku, karena guru-guru lain merasa tidak mampu. Setiap tahun sekolah kami selalu memborong seluruh kejuaraan olimpiade sains di daerah kami hingga tidak ada sekolah lain yang mampu menandingi sekolah kami. Bayangkan sodara-sodara, tahun ini saja semua juara 1-2-3 Olimpiade Matematika dan IPA diborong oleh sekolah kami tanpa ada yang tersisa.  Semua orang mengatakan mengapa sekolah kami selalu menjadi juara karena sekolah memiliki ‘aku’. Guru yang paling dielu-elukan masyarakat sebagai guru terpintar di daerah kami. Guru yang selalu diandalkan oleh pihak sekolah dalam berbagai perlombaan hingga sekolah mendapat anugerah sekolah unggulan. Bahkan sampai aku mengundurkan diri dari sekolah pun, semua pihak sekolah masih terus mendatangiku untuk meminta bantuanku di saat sekolah mengikuti suatu lomba. Apakah tidak ada guru lain di sekolah yang dapat diandalkan selain aku? Mereka selalu menjawab : “TIDAK ADA!”

Setelah mendengar kesaksian Mrs. Moon dan suaminya, aku tidak mendatangi Mrs. Headmi-STRESS sama sekali untuk meminta penjelasan darinya. Orang-orang di sekelilingku mengomporiku agar aku menuntut Mrs. Headmi-STRESS karena telah memalsukan tanda tanganku. Sebentar, mengompori artinya memberi kompor ya? Azeeek… kita masak yuk! Eeh… *salah fokus*. Namun aku pikir, apa gunanya pula menuntutnya sedangkan hal itu tidak dapat mengembalikan keadaan menjadi seperti semula. Meskipun akhirnya aku mendengar langsung kesaksian dari guru-guru lain bahwa apa yang telah diceritakan oleh Mrs. Moon… padaku adalah benar. Ternyata secara terang-terangan Bu Atun telah mendesak Mrs. Headmi-STRESS agar namaku dihapus dari daftar calon peserta sertifikasi dan digantikan oleh Bu Atun karena Bu Atun sangat berkeinginan sekali mendapatkan tunjangan sertifikasi.

“Pak Sugih kan sudah tidak mengajar lagi di sekolah ini. Jadi untuk apa dia didaftarkan sertifikasi? Mending diganti saya aja, Bu! Toh, saya kan guru penggantinya!” 👻 cerita para guru menirukan ucapan Bu Atun saat mendesak Mrs. Headmi-STRESS (untung bukan menirukan suara binatang ya 😛 ).

image

Aku heran pembaca, mengapa di dunia ini banyak sekali orang yang rakus akan harta? Meskipun Bu Atun adalah pendatang namun beliau termasuk orang yang cukup kaya di desa kami. Ayahnya membuka usaha toko kain dan konveksi. Bu Atun sendiri meskipun belum berkeluarga namun memiliki usaha toko kelontong yang sangat besar di desa kami. Beliau bahkan memiliki beberapa unit truk dan beberapa pegawai di tokonya. Lantas belum cukup jugakah dengan gaji honor yang diterimanya dari bendahara sekolah setiap bulan? Sampai harus menggeser namaku dari calon peserta sertifikasi hanya untuk mendapatkan uang tunjangannya.

Mungkin saat ini aku terpuruk karena kebodohanku yang mau saja disuruh kembali ke Kalimantan hanya untuk dipermainkan. Sedangkan angan-angan yang belasan tahun lamanya kuimpikan untuk dapat mengecap pendidikan di luar negeri, lagi harus kuurungkan. Selama beberapa hari aku mengurung diri di dalam kamar berintropeksi diri adakah selama ini aku telah berbuat salah kepada orang lain. Jika ada, mungkin ini adalah teguran dari tuhan untukku. Mama turut sedih melihat keterpurukanku. Mama bahkan merasa sakit hati oleh perbuatan Mrs. Headmi-STRESS sang kepala sekolah yang tidak bertanggung jawab. Di saat yang bersamaan dengan masalah ini, seorang murid kebanggaanku berhasil menembus olimpiade sains nasional. Kepada pihak sekolah muridku ini memohon agar dia mendapat bimbingan ekstra dariku lagi. Dia tidak mau dibimbing oleh guru lain, karena dia merasa hanya akulah satu-satunya guru yang dapat membimbingnya dalam olimpiade. Hanya dengan bimbinganku dia mudah mengerti persoalan matematika yang tidak dipahaminya. Akhirnya pihak sekolah pun menghubungiku dan memintaku untuk membimbingnya. Haruskah aku menolak permintaan pihak sekolah setelah aku dipermainkan oleh sang kepala sekolah? Hatiku berontak mengatakan TIDAK! Enak sekali mereka masih berani memerasku setelah apa yang mereka perbuat terhadapku. Akan tetapi aku tetap membimbing murid kebanggaanku itu. Bukan demi sekolah. Melainkan karena dia adalah jerih payahku. Aku yang telah membinanya selama ini. Semoga kesuksesan muridku ini menjadi tamparan keras bagi Mrs. Headmi-STRESS bahwa akulah yang berdiri di balik kesuksesan muridku itu.

Selang beberapa hari setelah aku selesai membimbing murid kebanggaanku, tersiar kabar dari rekan sesama guru yang kebetulan mengantarkan berkas sertifikasi milik Bu Atun ke kantor dinas pendidikan provinsi (Eh, kirain kantor polisi).

“Wah Pak, Bu Atun menangis sesenggukan sepanjang malam kata bapaknya!” cerita Bu TEB (yang enggan disebutkan nama aslinya).

“Kenapa Bu?” tanyaku sedikit cuek. 😚

“Berkas sertifikasi Bu Atun ditolak mentah-mentah oleh dinas pendidikan provinsi karena beliau mengikuti sertifikasi tidak sesuai dengan jalur yang seharusnya. Bu Atun itu kan sarjana agama, seharusnya beliau mengikuti tes sertifikasi melalui Departemen Agama, bukan Departemen Pendidikan. Beliau bersikeras ingin menggantikan Pak Sugih yang di jalur Departemen Pendidikan karena beliau tidak memenuhi kualifikasi di jalur Departemen Agama,” runut Bu TEB panjang kali lebar tetapi tidak menghasilkan luas.

Dalam hati aku berkata, “Itulah kekuasaan Illahi! Tuhan itu Maha adil. Dia Maha mengetahui mana yang berhak dan mana yang tidak layak!”

Suasana kelas terbuka bimbingan belajarku

image

image

image

Sekarang hari-hariku penuh dengan kegiatan mengajar di Bimbingan Belajar-ku lagi. Rumahku selalu penuh tawa canda murid-murid les yang selalu menjadi kebanggaanku. Walaupun aku belum menikah, namun kehadiran mereka di rumah rasanya membuatku telah menjadi seorang ayah. Di saat kalian mempunyai masalah, jangan sampai kalian mengorbankan buah hati yang kalian sayangi! Itulah hikmah yang kuambil dari permasalahanku. Pesanku kepada pembaca, jika kalian memiliki suatu tujuan hendaklah kalian fokus terhadap tujuan kalian. Jangan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dapat membuat kalian berbelok dari tujuan kalian. Selain mengajar saat ini aku juga cukup sibuk dengan persiapan tes TOEFL-ku. Setiap hari aku belajar Bahasa Inggris online lho. Semoga aku tetap bisa mewujudkan impianku untuk melanjutkan pendidikanku di luar negeri.  Terima kasih buat kalian yang sudah baca. Salam…. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya ya. Oh ya, buat kalian yang sedang sakit semoga cepat sembuh, jangan lupa minum obat! (pesanku yang menyuruh kalian minum Baygon, maaf itu cuma bercanda. Jangan masukkan ke dalam hati ya, masukkan ke rekeningku saja! Hehehe… 😉 ) Bye… bye…  👋

My Trip In Java

 
image

Hari ini merupakan hari ke-9 aku berada di Pulau Jawa. Semua keluarga sudah kusambangi mulai dari Tangerang, Bogor, hingga Sumedang. Aku sangat bersyukur semua keluargaku dalam keadaan sehat wal’afiat tidak kekurangan suatu apapun. Aku senang keadaan keluarga besarku jauh lebih maju daripada dulu. Saat aku kecil, keluarga besarku hanyalah keluarga besar yang sangat sederhana tidak terlalu kaya dan juga tidak terlalu miskin, meskipun ada sebagian yang telah memiliki usaha atau wiraswasta. Keluargaku ini adalah keluarga besar mama, yang mana terdiri dari dua keluarga besar yaitu keluarga kakek (ayahnya mama) yang tinggal di Leuwiliang-Bogor Barat dan keluarga mendiang nenek (ibunya mama) yang bermukim di Cimanggu Kecil Kota Bogor Tengah. Keluarga besar kakek adalah keluarga yang didominasi oleh tentara dan guru/kepala sekolah. Semua saudara kakek berprofesi sebagai tentara sama seperti halnya dengan kakek. Sementara semua saudari kakek berprofesi sebagai praktisi pendidikan (guru dan kepala sekolah). Dulu ketika aku masih tinggal di Bogor, setiap lebaran tiba keluarga besar kakek berkumpul di rumah apih dan emih (kakek-neneknya mama) di Leuwiliang. Apih dan emih memiliki buku silsilah keluarga yang konon pernah kubaca dalam buku tersebut tercatat jumlah anggota keluarga kami yang telah mencapai ribuan anggota. Dan pada saat aku berlebaran (kelas 3 SD) di mana rumah apih dan emih menjadi sangat padat oleh para keturunannya, terhitung lebih dari 300 anggota keluarga yang masih hidup pada saat itu (1995). Di antara semua keturunan apih dan emih, mama merupakan cucu tersayang mereka dan sering dielu-elukan karena kepintaran dan kecantikannya. Wajar saja, saat sekolah dasar mama pernah terpilih menjadi bintang pelajar sekabupaten Sukabumi. Waktu itu kakek memang sedang bertugas di sana, sekitar tahun 1970-an. Mama bahkan menjadi lulusan terbaik pada masa itu. Semua nilai ujian negara diraih dengan hasil yang sempurna 10,00. Hebat kan? Dan pada masa remaja mama juga pernah memenangkan kontes kecantikan putri kebaya Jawa Barat. Sayang, keinginan mama menjadi seorang kowad tidak terlaksana karena kakek menentangnya. Kakek memaksa mama masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru) mengingat keluarga besar kami terutama kaum wanita berprofesi sebagai tenaga pengajar.

 

Keluarga besar mendiang nenek adalah keluarga yang biasa-biasa saja. Tidak ada profesi yang menonjol seperti keluarga besar kakek. Oya, nenekku meninggal dunia di Lipat Kain-Riau, pada 1986 saat kakek bertugas dinas tentara di sana. Waktu itu umurku baru menginjak satu tahun, jadi seharusnya aku tidak ingat apa-apa tentang beliau. Hanya saja terkadang alam pikiranku yang rada ‘indigo’ (ceileh… gaya amat ya! 😀 ) sering membawaku pada bayangan-bayangan masa aku bayi. Pembaca bingung kan? Jadi begini pemirsa, waktu aku duduk di sekolah dasar kalau sedang termenung aku sering membayangkan kenanganku semasa bayi dipangku, dimandikan, digendong, dan ditimang-timang oleh nenek. Bahkan aku sangat hafal lagu pengantar tidur yang sering dinyanyikan oleh nenek. Kira-kira seperti ini liriknya :

 

Anakku yang kusayangi

Apa yang kau tangisi?

Mari kita bersama menyanyi

Lagu yang menarik hati…

 

Pernah aku melontarkan kepada mama mengenai apa yang kulamunkan tersebut. Semua yang kulihat dalam lamunan mengenai wajah nenek, suara nenek, hingga warna-warna dan corak pakaian yang dipakai oleh nenek, kuceritakan kepada mama. Mama sangat kaget mendengarkan penuturan ceritaku. Karena ternyata semua itu adalah nyata dan pernah terjadi pada masa aku bayi. Jadi, sebenarnya apa yang sudah aku alami? Apakah itu sebatas De Javu? Atau aku memang terlahir sebagai anak indigo yang bisa melihat masa lalu? Benar-benar aneh tapi nyata.

 
image

Kembali ke topik judul tulisanku di atas, kali ini aku akan melanjutkan ceritaku yang terputus pada tulisanku sebelumnya. Setibanya aku di bandara Soekarno-Hatta Cengkareng sembilan hari yang lalu (2 Maret 2015), aku berpisah dengan Mr. X teman seperjalananku yang baik hati. Dia melanjutkan perjalanannya ke kota kelahirannya, Bandung, sedangkan aku langsung menaiki bis Damri guna melanjutkan perjalananku menuju Tangerang setelah sebelumnya aku sempat beberapa kali dibujuk oleh supir taksi yang ingin mendapatkan penumpang. Mereka bilang, berhubung perjalanan yang kutempuh sangat jauh mereka bersedia mematikan argo dan aku cukup membayar Rp250.000,00 saja. Namun aku enggan mengikuti keinginan para supir taksi itu. Bersyukur aku tidak kena paksa seperti supir taksi yang pernah nyaris membunuhku saat aku pertama kali menginjak Semarang sebelas tahun lalu. Selang beberapa menit setelah aku menaiki bis Damri, aku turun persis di depan Rumah Sakit Harapan Kita (Harkit). Ongkos yang kubayar hanya Rp40.000,00. Relatif mahal untuk ukuran bis Damri. Kemudian setelah turun dari bis, aku bergegas menaiki jembatan penyeberangan dan menaiki bis jurusan Blok M-Poris Plawad AC 34. Kali ini aku mengocek Rp8.000,00 lumayan murah. Setelah mengalami kemacetan yang panjang, aku turun di Islamic Center. Dari sana aku menyambung perjalanan dengan menaiki angkot jurusan Binong. Kepada abang supir yang terlihat masih remaja aku sempat berpesan minta diturunkan di depan McD Lippo. Eh dasar ABG labil, si abang supir malah asyik ugal-ugalan hingga nyaris menyerempet mobil angkot lainnya. Sampai-sampai pesanku sama sekali tak dihiraukan. Manakala aku tidak hapal daerah Tangerang. Emaaaak… aku tersesat! Setelah berhasil menyalip banyak kendaraan yang dilaluinya, si abang supir baru teringat pesan yang kusampaikan saat aku menaiki angkotnya. “Tadi Bapak pesan minta diturunkan di depan McD Lippo kan?” ujarnya dengan mimik tanpa dosa. “Wah maaf Pak, McD Lippo-nya sudah kelewat!” imbuhnya santai. Whatdezzig! Mana sarung tinju? *tanduk keluar dari kepala*

 

Untung aku orang yang sabar. Segera aku meminta berhenti dan turun dari angkot, tak lupa aku membayar Rp3.000,00 sebagai ongkos. Buru-buru aku menyeberang jalan dan menaiki angkot yang berlawanan arah dengan angkot tadi. Untung saja angkot berikutnya lebih santai mengemudikan mobilnya, akupun tiba di depan McD Lippo dengan selamat. Begitu aku turun dari angkot, aku sangat kaget dan takut untuk menyeberang. Kendaraan yang berlalu-lalang jumlahnya terbilang sangat banyak dan aku sudah lama tidak terbiasa dengan hiruk-pikuk suasana kota di mana kendaraan saling berebut jalan. Berbeda dengan para pengemudi kendaraan di Kalimantan Tengah, mereka sangat santun di jalan raya. Para pengemudi kendaraan di Kalimantan Tengah terbiasa menghormati para pejalan kaki yang akan menyeberang jalan. Biasanya para pengemudi itu akan berhenti sejenak dan mempersilakan para pejalan kaki untuk lewat atau melintas. Sangat sopan bukan? Tanpa kusadari ketakutanku akan keramaian lalu lintas kota Tangerang sempat diperhatikan oleh pamanku yang telah menjemputku di seberang jalan. Diam-diam pamanku menertawakan tingkah lakuku yang menurutnya sangat lucu.

 
image

image

Pamanku ini adalah adik mama nomor 5. Mama memiliki 6 orang adik, akan tetapi adik mama yang bungsu meninggal dunia pada tahun 2000 tepat saat aku masih kelas 2 SMP. Beliau meninggal pada usia remaja 17 tahun karena penyakit malaria yang dibawanya ketika pulang dari Kalimantan. Jadi paman yang sedang kukunjungi di Tangerang ini sekarang menjadi paman bungsuku. Beliau memiliki 2 orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Adik-adik sepupuku ini masih duduk di sekolah dasar. Zaky adalah adik sepupuku yang laki-laki, sejak usia satu tahun dia sudah menguasai komputer. Baik software maupun hardware. What, satu tahun sudah menguasai komputer? Pembaca tidak percaya kan? Dikasih makan apa ya bisa jenius begitu? Pamanku memang seorang perakit komputer di rumahnya sebagai pekerjaan sampingan. Jadi tidak heran kalau sekarang Zaky sudah kelas 5 SD sangat handal mengotak-atik komputer. Memang beda ya perkembangan anak zaman dulu dengan anak zaman sekarang. Begitu pula halnya dengan Fathiya, adik Zaky yang masih kelas 1 SD. Fathiya sangat senang bermain game on line sejak usia balita. Istri paman sangat resah kalau kedua adik sepupuku ini tidak ingat waktu untuk belajar, makan, dan shalat bila mereka terlalu asyik bermain game on line. Terlebih di rumah pamanku ini berlangganan wifi bulanan. Aku sendiri juga keasyikan berselancar internet via wifi di rumah paman. Sebagai seorang kakak sepupu yang berjiwa pendidik, aku berkewajiban membimbing Zaky dan Fathiya dalam belajar. Syukurlah selama aku menginap di rumah paman, Zaky dan Fathiya sangat menurut kepadaku. Mereka tidak pernah membantah perkataanku. Aku sangat sayang kepada dua adik sepupuku ini. Sayangnya aku tidak bisa bertahan lebih lama di Tangerang. Sebab aku harus menyambangi keluargaku yang lain di Bogor dan Sumedang, mengingat banyaknya keluargaku di Pulau Jawa. Aku hanya menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di rumah paman. Tepat pada hari ketiga aku berada di Tangerang, aku pamit kepada paman untuk berkunjung ke rumah umi (adik mendiang nenek) yang tinggal di Bogor. Meskipun umi adalah adik mendiang nenek, beliau tetap adalah nenekku juga. Hubungan kami sangat akrab, terlebih aku dilahirkan di rumah umi. Dan ketika aku dikhitan, umilah satu-satunya orang yang menenangkan perasaanku agar aku tidak takut kepada mantri khitan. Umi bahkan setia menemaniku di ruang khitan selama prosesi khitanan berlangsung. I love you umi… ❤

 

Dari Tangerang menuju Bogor perjalananku ditempuh dengan menaiki bis jurusan Kampung Rambutan dengan tarif ongkos Rp16.000,00 tetapi aku turun di Stasiun Cawang karena aku rindu dengan kereta listrik. What a surprise! Begitu aku turun dari bis, mataku terbelalak tak percaya. Suasana stasiun sudah tidak seperti dulu lagi. Tidak ada lagi pedagang kaki lima yang biasa mangkal dan menjual barang-barang murah seperti dompet, ikat pinggang, VCD bajakan, gelang manik-manik, kacamata, dan lain sebagainya. Tampaknya Ignatius Jonan semasa menjabat kepala PT. KAI berhasil menyapu bersih para pedagang illegal tersebut. Yah, padahal aku kepengen banget membeli souvenir dari para pedagang itu. Tapi mengingat hal ini untuk keteraturan masyarakat, dalam hati aku mengacungi jempol kinerja bapak mantan kepala KAI yang kini menjabat sebagai menteri perhubungan itu. Dua jempol untuk Bapak Menteri! Mataku semakin terbelalak lebar setelah membeli tiket yang murahnya minta ampun. KRL yang dulu kukenal sekarang telah berganti nama menjadi commuter line alias CL. Tiketnya sudah tidak berupa lembaran karcis macam obat nyamuk elektrik seperti zaman dulu. Adapun tiket CL zaman sekarang berupa sebuah kartu yang menyerupai kartu ATM dan berlaku untuk 5 stasiun dalam sehari tanpa keluar dari zona stasiun. Kartu ini juga dipakai untuk keluar masuk besi pembatas dari dan menuju stasiun bagian dalam. Hanya dengan Rp8.500,00 kita dapat menaiki CL jurusan Jakarta-Bogor. Harga tersebut sudah termasuk biaya jaminan kartu apabila kita menghilangkannya dalam perjalanan atau terbawa pulang. Jadi apabila kita telah sampai di stasiun tujuan, alangkah lebih baik bila kita menukarnya kembali dengan uang jaminan kita Rp5.000,00 di loket pembelian tiket. Berarti ongkos kereta dari Jakarta ke Bogor hanya Rp3.500,00 dong? Wow, murah sekali bukan! Naik kereta lagi ah… 😀

 
image

Kereta jurusan Bogor selalu tersedia setiap 5 menit sekali. Aku terpana melihat gerbong CL yang begitu rapi dan bersih. Apalagi sekarang sudah tidak ada pengamen, pedagang asongan, dan pengemis lagi. Suasananya benar-benar membuatku nyaman. Semua penumpang dapat duduk dengan tenang. Beberapa orang security berjalan hilir-mudik mengawasi setiap gerbong. Aku semakin terpukau dibuatnya. Uniknya lagi gerbong paling depan merupakan gerbong khusus kaum perempuan. Tapi kira-kira mengapa khusus untuk perempuan ya? Memangnya di dalam gerbong itu ada apaan sih? Apa ada arisan khusus ibu-ibu? Atau ada ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya? Atau kamar bersalin mungkin? Akh, aneh-aneh saja ya sodara-sodara? Coba ada gerbong khusus laki-laki juga! Mungkin isi gerbongnya adalah sekumpulan bapak-bapak yang sedang main gapleh, main catur, nonton sepak bola, adu tinju, dan mancing ikan. Hehe… ngarep.com

 

Pemandangan demi pemandangan berlalu di hadapanku melalui kaca jendela. Perasaanku berdebar-debar tidak menentu. Tinggal beberapa menit lagi aku akan segera tiba di kota kelahiranku. Kota yang dijuluki sebagai kota hujan, kota patung sapi (Baqor), kota Buitenzorg (Holland van Java), dan juga Tanah Pajajaran. Aku begitu rindu kepada umi dan kotaku tercinta. Rasanya sudah tidak sabar lagi untuk segera turun dari kereta. Akhirnya kereta pun berhenti setelah 30 menit perjalanan. Langkah-langkah kakiku sudah tidak tahan untuk segera menginjak tanah Bogor. Sayang cerita ini harus kusambung lagi pada postinganku berikutnya. Sampai jumpa pembaca semua…

My Flight to Java Island

image

Akhirnya di sinilah aku berada sekarang, di tanah kelahiranku Bogor. Setelah tujuh tahun lamanya tidak mengunjungi nenek, bibi, paman, dan keluarga besarku lainnya berhasil memecahkan rasa rindu yang membuncah selama ini. Tujuh tahun lamanya aku terkurung kesunyian di Pulau Kalimantan yang sepi sejak kepulangan terakhirku pada 2008. Bagai seorang pertapa di tengah hutan yang menuntut ilmu tinggi. Dan sekalinya aku kembali ke tengah-tengah keramaian, aku bagai orang katrok yang tidak pernah menjamah kota besar. Benar, aku telah menjadi ‘wong ndeso’ yang begitu polosnya mengamati hiruk-pikuk kegiatan orang-orang kota. Bahkan saat aku akan menyebrang jalan raya sekalipun, alamak… “AKU TAKUT MENYEBRANG… PAK POLISI TOLOOOONG DONG!”

 

Perjalananku menuju Pulau Jawa berawal tanggal 1 Maret 2015 silam. Dari Desa Bangun Jaya (rumahku) aku berangkat menaiki travel ke Pangkalan Bun dengan biaya Rp150.000,00. Biaya yang cukup mahal bukan? Padahal kalau kita naik bis dari Pangkalan Bun ke Palangka Raya yang jaraknya mencapai 5 kali lipat jarak yang kutempuh (Bangun Jaya-Pangkalan Bun), ongkosnya hanya Rp100.000,00. Lalu apa yang menyebabkan ongkos travel yang kunaiki begitu mahal? Sampai saat ini akupun belum mengetahuinya dengan pasti. Dugaanku barangkali agar para pengusaha travel di tempatku cepat kaya. Atau mungkin karena tingkat pendapatan penduduk di desaku sudah lumayan tinggi sehingga para pengusaha travel memanfaatkan situasi ini. Well, lanjut ke perjalanan, ternyata tidak ada penumpang lain selain aku. Supir travel sengaja memilih jalan lintas Kotawaringin Lama yang sebenarnya masih belum diaspal dengan tujuan menghemat waktu. Padahal jalan lintas Lamandau jauh lebih baik selain aspalnya mulus, pemandangan sepanjang perjalanan pun sangat indah dan segar. Banyak bukit batu yang tertata sangat rapi dan unik membuat kita ingin berfoto ria di sana. Akh, mari kita lupakan pemandangan indah! Pada malam sebelum keberangkatanku menuju Pangkalan Bun, desaku dilanda hujan. Tidak terlalu deras memang, namun sangat fatal akibatnya. Apa pasal? Jalan lintas Kotawaringin Lama yang kutempuh berhasil menjebakku dalam kemacetan! Waduh… bisa mengantri berjam-jam nih! Karena jalan lintas Kotawaringin Lama belum diaspal, otomatis hujan semalam membuat jalanan menjadi kubangan lumpur yang siap menelan kendaraan-kendaraan yang melintasinya. Antrean panjang kemacetan pun sempat membuatku jenuh. Beruntung, mobil terdepan yang terjebak lumpur (baca : KEPLATER) berhasil diselamatkan nyawanya (emangnya orang?). Begitu kami terbebas dari antrean panjang mobil travel yang kunaiki langsung melesat kencang. Alhamdulillah, aku selamat sampai di Pangkalan Bun.

image

Sebelum berhenti di hotel tempatku bermalam, karena aku akan mengikuti penerbangan keesokan harinya (2 Maret 2015) terlebih dahulu om supir travel (aku biasa memanggilnya Om, biar kelihatan muda terus 😀 ) membawaku ke agen di mana aku telah membooking tiket penerbangan yang akan kunaiki. Aku membooking tiket pesawat Trigana tujuan Cengkareng seharga Rp570.000,00. Tiket ini telah kubooking satu hari sebelumnya (28 Februari 2015). Wow, murah sekali. Bandingkan jika aku harus membeli tiket kapal laut tujuan Semarang, Rp400.000,00! Mana yang akan pembaca pilih? Alasanku memilih pesawat Trigana adalah ingin mencobanya (dasar katrok, kan? 😀 ), berhubung aku sudah cukup sering menaiki pesawat Kalstar dan kebetulan pada saat itu harga tiket Kalstar sedang tinggi Rp1.130.000,00 dengan jadwal penerbangan yang sama. Oke, setelah transaksi pembayaran tiket selesai, aku dan om supir travel melanjutkan perjalanan ke Hotel Abadi tempatku menginap. Just for information biaya menginap di hotel ini berkisar antara Rp165.000,00-Rp200.000,00 permalam dengan fasilitas standar layaknya hotel pada umumnya. Relatif murah kan?

image

Mumpung masih di Pangkalan Bun, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membeli oleh-oleh. Pamanku yang tinggal di Bogor memesan batu permata kecubung yang belum diolah. Heran, mengapa batu permata sedang menjadi trend terutama orang-orang di Pulau Jawa? Tidak sulit bagiku mendapatkan batu kecubung itu, karena daerahku merupakan tempat penghasilnya. Satu kilogram batu kecubung ungu dihargai Rp200.000,00-Rp300.000,00. Sedangkan batu kecubung putih dihargai Rp150.000,00 perkilogramnya. Usai membeli batu, akupun mencari oleh-oleh lainnya untuk nenek. Akhirnya aku mendapatkan beberapa penganan khas Kalimantan Tengah : kerupuk ikan, amplang dengan berbagai rasa ikan (haruan/gabus, tenggiri, dan belida), keripik buah naga, dan chestick rasa ikan. Wah, satu dus penuh hanya berisi oleh-oleh, semoga tidak over bagasi di bandara.

 
image

Sayang cuaca di Pangkalan Bun sedang tidak bersahabat, sehingga membuatku tidak leluasa menikmati tamasya di dalam kota. Sepanjang hari hingga malam aku terpekur di dalam hotel, berselancar di internet via ponsel, sambil menonton televisi. Begitu pagi menjelang aku segera mencari ojek untuk berangkat menuju bandara. Karena penerbanganku tepat pukul 7 pagi. Kali ini aku harus mengocek Rp30.000,00. Sebenarnya sih Rp25.000,00, tapi sisa kembaliannya dibawa kabur oleh tukang ojek (hadeuh, pasti rezeki tukang ojek itu nanti menjadi tidak halal). Segera aku menuju antrian calon penumpang yang sedang memasuki pintu pemeriksaan. Ternyata oh ternyata, sudah seminggu ini pesawat Trigana delay terbang dikarenakan suatu alasan yang tidak diketahui dengan jelas. Ngakunya sih sedang reschedule, tapi entahlah. Beruntung ya bandaranya tidak menjadi sasaran amukan massa seperti kasus Lion Air di Jakarta. Singkat cerita, rupanya aku telah memasuki antrean yang salah. Antrean itu adalah khusus calon penumpang pesawat Kalstar dengan tujuan Semarang. Dan, aku tidak mendapatkan sama sekali calon penumpang pesawat yang sama denganku. Hey… ada apa ini? Apa aku sudah ketinggalan pesawat? Buru-buru aku segera menghampiri loket reservasi Trigana Air. Dan di sana kudapati sekelompok bapak yang sedang komplain kepada petugas ticketing. Mereka menuntut agar mereka dapat terbang pada hari itu juga (2 Maret 2015). Berhubung aku enggan untuk kembali ke hotel, aku turut bergabung dengan kelompok bapak-bapak itu. Dengan sangat memaksa kami meminta agar kami dialihkan ke pesawat lain dengan penerbangan yang terjadwal pada hari itu. Alhasil hanya dalam waktu 30 menit, kami berhasil mendapatkan tiket Kalstar yang akan terbang pada pukul 1 siang. Tentu saja tanpa menambah biaya yang kurang mengingat mahalnya harga tiket Kalstar. Lucky me, akhirnya aku bisa bertemu pramugari-pramugari cantik pesawat Kalstar lagi. Hehehe… 😀

 

Menunggu hingga pukul 1 siang memang sangat membosankan. Terlebih Bandara Iskandar Pangkalan Bun sangat minim fasilitas. Jadi aku kurang menikmati suasana di bandara. Untunglah aku bertemu dengan calon penumpang yang mengalami kejadian sama denganku. Sebut saja Mr. X, karena kami tidak saling memperkenalkan diri. Ternyata dia berasal dari Bandung, otomatis kami langsung akrab dan mengobrol menggunakan Bahasa Sunda. Umurnya masih muda (23 tahun) dan cukup good-looking. Dari tiket yang diperolehnya ternyata dia duduk di deret bangku pesawat yang sama denganku. Persis di sebelahku. Waktu yang mempertemukan kami hanya beberapa jam membuat kami sangat akrab. Tiba-tiba seseorang datang menghampiriku dan menyapaku. Beliau adalah Bapak Leo, tetanggaku. Beliau baru saja tiba dari Semarang. Beliau bercerita kalau sebenarnya beliau seharusnya menaiki pesawat Trigana pada dua hari yang lalu. Namun lagi-lagi terjadi kasus yang sama di Semarang. Penerbangan Trigana terpaksa delay hingga beberapa hari kemudian. Padahal beliau harus terbang pada hari keberangkatan tersebut. Dengan sangat terpaksa beliau turut mengikuti para calon penumpang lainnya di Semarang. Yakni meminta uang mereka kembali dan membeli tiket pesawat lain dengan harga yang relatif lebih mahal. Otomatis Bapak Leo harus menambah biaya Rp300.000,00 untuk membeli tiket pesawat Kalstar yang akan dinaikinya. Kasus yang sama denganku namun berbeda penanggulangan. Dari pengalaman yang baru saja kualami dan kuceritakan kepada Bapak Leo, beliau menarik kesimpulan bahwa pengalaman itu sangat mahal harganya. Pengalamanku dapat dijadikan contoh oleh beliau bila suatu saat beliau mengalami kasus pesawat delay lagi.

 
image

Sedang asyik-asyiknya mengobrol, kami mendengar panggilan di pengeras suara yang meminta para calon penumpang pesawat Kalstar untuk segera memasuki ruang tunggu. Selang setengah jam kemudian pesawat yang kami tunggu tiba tepat pada waktunya. Aku dan teman seperjalanku yang berasal dari Bandung tadi sangat senang melihat pesawat datang. Kami pun sempat berselfie ria sebelum menaiki tangga pesawat. Haha… perhatian kami tersita setelah kami duduk dan mengencangkan sabuk pengaman oleh sejumlah pramugari cantik berpenampilan modis dan beraroma parfum yang sangat wangi. Lima menit kemudian pesawat pun lepas landas. Penerbangan kali ini sangat nyaman karena aku mendapat pengalaman berharga dan teman seperjalanan yang menyenangkan. Hanya dalam 70 menit pesawat pun mengudara. Pulau Jawa, aku kembali!

Bertanam Sawit, Murid SD Bisa Study Tour Gratis!

20150222_161634

Sekolah-sekolah di Kalimantan Tengah pada umumnya memiliki areal tanah yang relatif luas. Dengan luas lahan minimal 4 hektar sedikitnya setiap sekolah memiliki lapangan sepakbola sendiri. Tidak jarang ada sekolah yang memiliki lahan seluas hingga 10 hektar (=100.000 m2). Namun bila tanah yang tidak terpakai terbengkalai, bisa menyebabkan tanaman ilalang dan rumput liar tumbuh subur. Sehingga lingkungan sekolah pun menjadi tidak sedap dipandang mata. Terlebih suhu udara di Kalimantan sangat panas bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. (Apa hubungannya rumput liar dengan suhu udara panas di Kalimantan? O_O” )

 

image

Daripada membiarkan tanah dipenuhi rumput liar, guru-guru SDN Bangun Jaya di Kabupaten Sukamara-Kalimantan Tengah memiliki ide yang sangat kreatif dan edukatif. Ya, lahan luas yang dimiliki sekolah ini kini telah dipenuhi oleh tanaman sawit yang kelak dapat menghasilkan uang. Tujuannya adalah dana yang terkumpul dari hasil panen sawit setiap bulan akan digunakan untuk biaya study tour siswa-siswi SDN Bangun Jaya. Dengan demikian para siswa-siswi SDN Bangun Jaya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk kegiatan tersebut.

 

image

Sawit di bumi Kalimantan bagaikan ladang emas. Banyak warga yang menuai kesuksesan dari tanaman penghasil minyak goreng tersebut. Penghasilan para warga rata-rata setiap bulan dari setiap kapling yang mereka miliki sedikitnya adalah Rp3-4 jutaan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang telah memiliki penghasilan Rp12-20 juta perbulan. Belum lagi jika dikalikan dengan jumlah kaplingan yang mereka miliki. Wow, sangat menggiurkan bukan? Maka tak heran bila harga lahan sawit di Kalimantan Tengah saat ini mencapai berkisar Rp120-200 juta perkapling.

 

image

Para siswa dan siswi di SDN Bangun Jaya sangat bersemangat merawat tanaman sawit di halaman sekolah mereka. Setiap pohon yang mereka tanam diberi patok nama penanamnya, agar mereka dapat fokus merawat tanamannya masing-masing. Guru-guru turut mengawasi dan membantu mereka. Sambil praktek tak jarang guru-guru pun menjelaskan teori merawat tanaman yang baik. Anak-anak diperkenankan untuk melakukan perawatan rutin setiap hari Jumat pada jam mata pelajaran ‘Muatan Lokal : Pertanian’ usai melakukan senam SKJ. Mereka sangat berhati-hati saat menggunakan parang, sabit, dan cangkul. Bila terdapat rumput liar di sekeliling tanaman peliharaan mereka, maka mereka akan segera membersihkannya dengan menggunakan parang atau sabit. Pada saat itulah guru-guru harus turut mendampingi mereka agar tidak ada yang terluka karena kelalaian yang dilakukan siswa. Sangat riskan memang, tetapi untunglah para siswa-siswi SDN Bangun Jaya sangat cekatan, selalu berhati-hati dan patuh kepada guru. Saat membersihkan kebun setiap Jumat, anak-anak pun bernyanyi dengan riang. Terbersit harapan study tour segera tiba.

image

Tahun Kesebelasku di Kalimantan

image

Kemarin aku bertemu Pak Arif, pimpinanku semasa aku mengajar di SMANBA (2005-2013). Beliau menanyakan kabarku dan kami pun mengobrol seputar bimbingan belajarku di rumah. Akupun bercerita kalau akhir bulan nanti akan pergi ke Pulau Jawa entah untuk seberapa lama. Beliau berpesan sama seperti dulu setiap aku akan pulang ke Bogor, kota kelahiranku. “Kalau sudah minum air Kalimantan, pasti tidak akan betah di Jawa!” tutur beliau seraya menceritakan pengalamannya yang juga kerap tidak betah berlama-lama meninggalkan Kalimantan. Jujur kuakui beliau adalah orang yang bijak, karena beliau tidak pernah memandang manusia dari latar belakang pendidikannya melainkan dari kapasitas kemampuannya meskipun pendidikan orang tersebut sangat rendah. Buktinya meskipun pada 2005 silam aku masih tamatan SMA namun beliau menerimaku untuk mengajar di SMANBA. Sebab beliau mengakui kapasitas kemampuanku dalam mengajar. Pun demikian dengan penilaian para rekan guru pada masa itu, mereka turut mengacungi jempol atas bakat alamiahku dalam mengajar. “Kami salut dengan Pak Sugih, meskipun baru lulus SMA tapi Pak Sugih memiliki jiwa seorang guru. Sedangkan kami yang sudah sarjana saja masih canggung menghadapi murid!” begitulah kata rekan-rekanku sepuluh tahun silam.

Waktu memang terus bergulir, tanpa terasa kini aku sudah sebelas tahun lamanya menetap di Pulau Kalimantan. Selama tahun 2004-2008 aku masih menikmati perjalanan bolak-balik Kalimantan-Bogor sedikitnya setahun sekali. Selepas itu aku tak pernah lagi pulang ke kota yang dijuluki sebagai kota hujan itu. Kini aku merasa sangat rindu, rindu sekali, rindu yang sangat berat yang kupikul selama tujuh tahun ini. Bayangkan, Bang Toyib saja meninggalkan kampung halamannya hanya tiga tahun. Sedangkan aku jauh lebih parah darinya! Hadeuh… 

Setelah aku resign dari SMANBA pada Juni 2013, sekitar empat bulan yang lalu akupun resign dari SDN Bangun Jaya. Aku memutuskan untuk berhenti berkiprah di sekolah. Bukan karena aku bosan mengajar. Melainkan karena rasa jenuh tinggal di Kalimantan yang sangat sunyi. Entah mengapa aku merindukan keramaian, hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang, dan suasana pasar yang senantiasa padat oleh pengunjung. Aku berpikir untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang master/pasca sarjana (S2) di Pulau Jawa ataupun mencari beasiswa ke luar negeri. Dan aku pikir beasiswa itu kini tengah berada dalam genggamanku, karena aku telah memenuhi semua kualifikasinya. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk mengambilnya.

Semua orang di sekitarku amat menyayangkan keputusanku. Pasalnya saat ini bimbingan belajar yang telah kudirikan selama sebelas tahun lamanya tengah berada di puncak kejayaan. Dulu susah payah aku merintisnya dengan peluh keringat mengetuk pintu dari rumah ke rumah guna mencari pelanggan dan hanya dengan berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya jalan yang kutempuh aku terus berupaya menghimpun kepercayaan masyarakat bahwa aku adalah ‘teman’ yang tepat untuk membimbing putra-putri mereka dalam belajar. Akhirnya aku berhasil membuktikan bahwa siswa-siswi hasil bimbinganku mampu menjadi anak yang cerdas sesuai harapan orang tua mereka. Banyak sekali murid bimbinganku yang menjadi juara kelas, juara tiga besar, juara olimpiade SAINS, juara debat Bahasa Inggris, juara pidato Bahasa Inggris, juara telling story, dan segudang prestasi lainnya. Kini aku tak perlu lagi melakukan seperti apa yang dulu pernah kulakukan. Cukup berongkang kaki di rumah menunggu para pelangganku datang dengan sendirinya. Keunggulan bimbingan belajarku telah tersebar dari mulut ke mulut. Mungkin akulah orang yang selalu dicari masyarakat guna ‘menitipkan’ anak mereka di bimbingan belajarku. Meskipun bimbingan belajarku ini tidak terdaftar secara resmi di dinas pendidikan. Terbukti berdasarkan survey orang tua murid yang datang kepadaku, mereka mengatakan bahwa bimbingan belajarku adalah bimbingan belajar teramai di kecamatan kami, Balai Riam. Terlebih lagi aku memberikan pelajaran bahasa asing di bimbingan belajarku antara lain : Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Korea, dan Bahasa Mandarin. Pelajaran bahasa asing tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak bangku sekolah dasar dan menengah yang ingin melihat dunia luas.

Berhenti mengajar di dua sekolah yang kucintai bukan berarti hubunganku dengan kedua sekolah tersebut putus begitu saja. Bagaimanapun aku masih membina hubungan baik dengan rekan-rekan kerjaku. Sebab bagiku mereka adalah keluargaku sendiri tempat aku berkeluh-kesah selama ini. Saat mengundurkan diri aku berpamitan secara baik-baik dan berusaha meninggalkan kesan yang baik. Pimpinanku bahkan berpesan kepadaku, “Kalau ada waktu berkunjunglah ke mari! Kita ngobrol-ngobrol lagi seperti dulu!” rekan-rekan sesama guru masih sering bertemu denganku dan selalu bertegur sapa di jalan. Terkadang mereka mengirimiku pesan melalui SMS, WhatsApp, dan lain sebagainya agar aku mau mengunjungi mereka di sekolah. Uniknya meskipun aku sudah mengundurkan diri, aku merasa seperti masih mengajar di sekolah. Guru-guru dan kepala sekolah kerap datang menemuiku di rumah untuk meminta pertolongan kepadaku.

“Tolong latih anak-anak debat Bahasa Inggris ya Pak Sugih! Sekalian dampingi mereka saat lomba nanti di kabupaten!” 

“Pak, ada waktu nggak? Tolong bimbing anak-anak buat persiapan menghadapi Olimpiade SAINS bulan depan!” 

“Saya mau lanjut kuliah S2, bisa tidak saya les Bahasa Inggris sama Pak Sugih? Tolong bantu ya!”

“Bersediakah Pak Sugih mengoreksi Bahasa Inggris dalam tesis saya? Maklum, saya ndak bisa Bahasa Inggris!”

Tanganku selalu terbuka membantu mereka selagi aku mampu melakukannya. Aku heran mengapa selalu aku yang mereka cari? Seolah-olah hanya aku yang bisa diandalkan. Akan tetapi aku tak boleh menyia-nyiakan kepercayaan yang mereka berikan kepadaku, bukan?

Terus terang saat ini aku merasa berada di persimpangan jalan. Aku tengah berdiri dihadapkan  di antara dua pilihan : mengambil beasiswa ke luar negeri yang selama ini kuimpikan atau terus mengembangkan usahaku di dunia pendidikan di Kalimantan. Aku benar-benar dilema hingga mengalami insomnia berbulan-bulan lamanya. Bila aku mengambil beasiswa akankah aku bisa bertahan dengan keadaan di luar sana? Aku takut setibanya aku di luar negeri nanti aku akan mengalami homesick, culture shock, dan kerinduan yang mendalam kepada dunia yang tengah kujalani seperti sekarang ini. Tetapi ini adalah kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan lagi seperti saat aku lulus SMA pada 2004 lalu. Ya, dulu aku begitu bodoh melepas beasiswa ke Jepang yang sangat aku dambakan begitu saja. Sampai akhirnya aku berubah, aku tak lagi menginginkan untuk dapat berkuliah di Jepang. Bila suatu masa itu datang, aku hanya ingin berjalan-jalan di Jepang. Negara yang ada dalam pikiranku saat ini adalah Finlandia. Aku ingin melanjutkan program master di sana. Negara pencipta Angry Bird, game yang senantiasa membuatku tertawa di kala aku jenuh dengan pekerjaan. Bagiku Jepang dan Finlandia seperti dua surga yang terpisahkan dari Indonesia. Keduanya sangat menyejukkan mata.

Di sisi lain aku ingin mengabulkan harapan mama, mendirikan bimbingan belajar resmi di sebuah kota kecil tidak jauh dari tempat tinggal kami. Dan aku sudah memiliki cukup modal untuk membukanya. Kalimantan memang prospek masa depan bagi kami. Kami akan menjadi pioneer di bidang kami. Karena staf pengajar di bimbingan belajar kami hanya kami berdua, aku dan mama. Akan tetapi bila aku tidak melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, aku pikir aku takkan lagi mendapatkan kesempatan yang kedua kali. Terlebih usiaku akan semakin bertambah tua pastinya. Manakala akupun sudah kecewa kepada pemerintahan Presiden Jokowi yang telah membekukan penerimaan pegawai negeri sipil hingga 5 tahun ke depan nanti. Tidakkah ini berarti beliau tidak memberiku kesempatan untuk menjadi pegawai negeri? Padahal hatiku sudah mantap dan yakin kalau tahun 2015 ini aku bisa lolos tes penerimaan CPNS. Akh, aku tidak akan mempermasalahkan kebijakan yang dijalankannya. Bagiku yang penting aku masih memiliki masa depan.

Dua pilihan yang harus kutentukan, harus segera kuputuskan. Aku tidak ingin mengambil salah jalan. Karena keduanya menyangkut masa depan. Dalam dingin gelapnya malam, lagi aku menikmati insomnia yang membuatku diam terpekur karenanya.

Balai Riam, 15 Februari 2015

Berkunjung ke Istana Kuning Pangkalan Bun

image

“Tidak ada kejayaan yang abadi, dan tidak ada pula kekuasaan manusia yang Maha Tinggi!
Semua kejadian yang terdapat di muka bumi adalah tanda-tanda kebesaran Illahi!”

Jika Anda berkunjung ke Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat-Kalimantan Tengah, sempatkanlah untuk singgah sebentar di Istana Kuning! Istana kebanggaan masyarakat Kotawaringin Barat yang juga merupakan icon kota Pangkalan Bun. Dari luar bangunannya memang tidak terlihat seperti istana. Hanya tampak rumah panggung kayu biasa bergaya Melayu yang sangat kental. Namun siapa sangka kalau istana tersebut menyimpan beberapa keunikan yang akan saya bahas pada postingan saya kali ini. Sebelumnya saya sudah beberapa kali masuk ke dalam istana bersama murid-murid saya pada kegiatan study tour yang diselenggarakan oleh sekolah kami, SDN Bangun Jaya, setiap tahun. Untuk dapat masuk ke dalam istana kita harus memperoleh izin terlebih dahulu dari juru kunci istana yang sangat memahami seluk-beluk kronologi sejarah Kesultanan Kutaringin (Kotawaringin). Jika tidak, kita hanya dapat menikmati kemegahan istana dari sisi luarnya saja. Adapun akses masuk pintu istana menghadap ke arah barat dan selatan. Sebelum saya menceritakan mengenai keunikan Istana Kuning, terlebih dahulu saya akan memaparkan sedikit latar belakang sejarah berdirinya Kerajaan Kutaringin. Ingat, bila sejarah tidak pernah ada maka tidak akan pernah ada masa depan!

image

Istana Kuning tampak depan, gerbang barat.

image

Halaman Istana Kuning

image

Gazebo tempat para raja bersantai menikmati senja terbenam

image

Istana dari gerbang selatan

image

Senja dilihat dari gazebo halaman istana (posisi istana di atas bukit)

image

Gong naga

Sejarah berdirinya Kesultanan Kutaringin
Menelusuri sejarah berdirinya Kesultanan Kutaringin, tidak bisa terlepas dari sejarah Kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan). Karena hubungan antara Kerajaan Banjar sangatlah erat mengingat di antara para penguasanya memang bersaudara. Namun dalam hal kedudukan hampir semua raja dari Kerajaan Kutaringin tetap menggunakan gelar ‘pangeran’ ketika berhubungan dengan raja dari Kerajaan Banjar. Mereka hanya menggunakan gelar ‘sultan’ untuk urusan internal birokrasi di Kerajaan Kutaringin atau ketika melakukan hubungan dengan kerajaan lain selain Kerajaan Banjar. Hal ini merupakan simbol bahwa raja-raja dari Kerajaan Kutaringin menempatkan dirinya sebagai raja muda dan menganggap raja-raja di Kerajaan Banjar sebagai saudara tua.

Pangeran Samudra bergelar “Sultan Suriansyah” sebagai raja pertama Kerajaan Banjar dengan pusat pemerintahan di Bandarmasih (Banjarmasin) digantikan putranya Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah sebagai raja ke-2. Sultan Rahmatullah digantikan putranya Sultan Hidayatullah I bin Sultan Rahmatullah sebagai raja ke-3. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu Taliwang dan sultan-sultan Sumbawa. Eits, Datu Taliwang? Namanya kok mirip dengan ‘ayam taliwang’ makanan khas Nusa Tenggara Barat yang terkenal lezat itu ya? Hmm, jadi lapar…  😀

Sultan Musta’inubillah bin Sultan Hidayatullah I menjadi Raja Banjar ke-4 dengan memindahkan pusat pemerintahan ke Martapura. Keturunan Sultan Musta’inubillah menjadi raja-raja di Banjarmasin dan Kutaringin. Berangkat dari sinilah Kesultanan Kutaringin bermula. Raja pertama kesultanan ini adalah Pangeran Adipati Antakusuma (1679-1696). Beliau mendirikan kerajaannya di wilayah Kuta Beringin pada tahun 1679 yang sekarang menjadi Kotawaringin Lama. Namun pada masa kepemimpinan Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin (1805-1841) raja ke-9 Kesultanan Kutaringin, ibukota pemerintahan dipindahkan ke Pongkalan Bu’un (Pangkalan Bun). Di kota inilah akhirnya didirikan Istana Kuning sebagai keraton kesultanan yang baru. Nama resminya adalah Istana Indrasari Keraton Lawang Kuning Bukit Indra Kencana. Konon istana ini sempat mengalami kebakaran dan direkonstruksi seperti aslinya. Nah, pembaca pasti penasaran kan keunikan apa saja yang terdapat di area istana ini? Simak ya…

Pohon keramat

image

Mungkin ini janggal! Bagaimana mungkin sebatang pohon kelapa sawit dapat hidup selama puluhan tahun lamanya dalam keadaan terbelit oleh akar pohon beringin. Dan hingga kini kedua pohon tersebut hidup berdampingan di halaman istana selayaknya pasangan yang penuh kemesraan. Subhanallah! Itulah tanda-tanda kekuasaan Allah swt agar kita senantiasa hidup rukun dan damai seperti kedua tanaman ini.

Tiang Sangga Buana

image

Bukan tiang sembarang tiang. Tiang ini dipancangkan sejak Istana Indrasari Keraton Lawang Kuning Bukit Indra Kencana didirikan di Pangkalan Bun tepat pada tanggal 9 Jumadil Awal 1806 Masehi. Tiang setinggi sepuluh meter ini terbuat dari kayu ulin asli. Kayu ulin terkenal dengan sebutan kayu besi. Kayu ini awet ratusan lamanya. Bila terkena air kayu ini tidak akan pernah lapuk, justru sebaliknya ia malah semakin kuat laksana besi. Sayangnya tanaman kayu jenis ini sudah sangat langka keberadaannya di Pulau Kalimantan. Oleh karena itu tanaman ulin dilindungi oleh undang-undang pemerintah. Meskipun Istana Kuning sempat mengalami kebakaran namun tiang ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.

Benda-benda pusaka peninggalan kerajaan

image

Kereta kencana

image

Keris pusaka kerajaan

image

Tombak dan trisula

image

Piring dan peralatan makan keluarga kerajaan

image

Pakaian kebesaran raja dan ratu

Menilik jauh ke dalam istana, di sana terdapat dua bangsal luas nan lapang berisi sejumlah peninggalan-peninggalan para raja seperti kereta kencana, senjata tradisional, bendera pusaka kerajaan, pakaian kebesaran para raja dan ratu, piring dan peralatan makan, guci-guci keramat hadiah dari para pelancong China yang kebetulan singgah di Pangkalan Bun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, alat musik tradisional  dan masih banyak barang lainnya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Semua benda pusaka tersebut masih terjaga dengan rapi di dalam istana dan dirawat dengan baik. Melihat isi istana bagaikan sedang mengunjungi sebuah museum peninggalan kerajaan tua.

Kembaran Lukisan Monalisa

image

image

image

image

image

image

image

image

Lukisan Pangeran Penghulu yang dijuluki Si Pahit Lidah

image

image

image

Ini dia kembarannya Monalisa yang membuatku merinding

Di antara semua benda pusaka yang terdapat di dalam istana, lukisan para raja Kesultanan Kutaringin-lah yang menarik perhatian saya. Terutama lukisan Pangeran Panembahan Anum. Beliau memimpin Kerajaan Kutaringin pada tahun 1711-1731. Yang membuat lukisan ini menarik adalah ternyata lukisan ini merupakan ‘saudara kembar’ lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang terkenal itu. Mata Pangeran Panembahan Anum dalam lukisan berhasil membuat tubuh saya merinding dan memandang takjub. Bagaimana tidak, ke manapun saya melangkah di dalam istana bola mata dalam lukisan tersebut seakan-akan sedang mengawasi saya. Kedua bola mata dalam lukisan itu seakan turut mengikuti langkah kaki saya. Saya bergerak ke kanan mereka melirik ke kanan, saya bergerak ke kiri mereka ikut melirik ke kiri. Bahkan saya jongkok di depan lukisan itu pun, kedua matanya turut menukik ke bawah melihat pantat saya. Heran deh, hadeuh… hadeuh… apa tidak juling ya itu mata? Saking penasarannya saya terus mengusik lukisan tersebut dengan cara berjalan bolak-balik di depan lukisan itu. Hasilnya jantung saya mau copot dibuatnya. Seolah terdapat penunggunya di dalam lukisan itu. Konon semasa hidupnya, Pangeran Panembahan memang dikaruniai penglihatan yang sangat tajam. Beliau dapat melihat kejadian-kejadian yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa pada umumnya. Berdasarkan penuturan juru kunci yang memandu saya dan murid-murid saat melakukan study tour di dalam istana, hampir semua raja Kutaringin memiliki kelebihan yang luar biasa dahsyatnya. Sebagai contoh Pangeran Penghulu raja Kutaringin ke-6 yang memimpin pada 1770-1778 memiliki julukan ‘Si Pahit Lidah’ karena setiap perkataannya sering menjadi nyata. Sayangnya beliau terpaksa mengorbankan dirinya sendiri karena takut semakin banyak jatuh korban akibat sumpah yang sering diucapkannya.

Pasak bekas kebakaran

image

Pasak tiang istana terdahulu menjadi benda yang sangat keramat. Setelah peristiwa kebakaran yang menimpa istana kuning, pasak tersebut tidak dicabut begitu saja dari tempatnya semula. Ternyata pasak tersebut telah merekat dengan tanah dan menyatu dengan bumi. Alhasil pasak tersebut dibiarkan begitu saja di bawah panggung istana yang direkonstruksi. Masyarakat Pangkalan Bun meyakini kalau di dalam pasak tersebut terdapat penunggunya, dan sering menjadi tamba bagi orang yang sakit.

Ruang meditasi para raja
Ruangan ini adalah ruangan sempit di lantai atas istana. Tangga untuk naiknya pun hanya setapak. Sebenarnya tempat ini merupakan tempat terlarang untuk dikunjungi dari bagian dalam istana. Dahulu ruangan ini merupakan tempat khusus para raja menunaikan shalat, beritikaf, dan bermeditasi. Bila kita ingin melihat ruangan ini, kita tidak diperkenankan membawa kamera untuk mengabadikannya. Konon gambar yang dihasilkan oleh kamera bisa menghilang secara ghaib. Sebelum kita menaiki tangga hendaklah membaca basmallah terlebih dahulu diiringi surat Al-Ikhlas sebanyak tiga kali. Kabarnya bila kita berdoa di ruangan ini, apapun yang menjadi hajat kita akan dikabulkan oleh Allah swt. Beruntung murid-murid saya berdoa meminta supaya mereka diluluskan dalam Ujian Nasional. Hasilnya mereka 100% lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sedangkan saya berdoa meminta jodoh, kok belum dikabulkan juga ya? Whoa… hikz  T_T

Mungkin itulah sebagian cerita saya mengenai Istana Kuning Pangkalan Bun. Semoga apa yang saya ceritakan ini dapat bermanfaat bagi Anda semua yang membacanya. Amin. Terima kasih atas kunjungannya ya…   Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya. Salam…

Foto-foto dulu sebelum pulang…

image

image

image

image