Lomba Peneliti Belia Kalimantan Tengah Berbasis Muatan Lokal 2016

Setahun lamanya saya tidak menulis di sini. Rasa malas yang begitu besar mengalahkan niat saya untuk konsisten menulis. Pekerjaan di kantor dan di rumah yang tak pernah ada habisnya membuat saya lelah sehingga saya malas untuk menulis. Belum lagi tugas kuliah yang terus bertambah dari minggu ke minggu semakin membuat saya enggan untuk mengetik. Saya sangat capek berkutat di depan laptop terlalu lama. Ah ya, pembaca mungkin kaget mengetahui saya kuliah lagi. Belum puas rasanya dengan sederet gelar yang saya miliki. Tugas dan inisiasi yang diberikan para tutor setiap minggu membuat saya stress tingkat dewa. Bagaimana tidak, dalam satu minggu saja terdapat lebih dari 20 latihan dan inisiasi diberikan. Oh, tidaaaak… Ada Baygon di situ? Tetapi ini sudah menjadi keputusan saya. Suruh siapa bercita-cita jadi profesor?
Tapi justru karena tugas dari para tutor inilah yang menyebabkan saya pada akhirnya kembali lagi ke sini. Hallo kring… kring… olala, apa kabar dunia? Teuteup asyeek! Tugas seabreg yang diberikan oleh para tutor membuat saya harus rajin online di dunia maya. Bukan untuk membuka Fakebook dan Nitrogram, atau mencari daftar tahanan yang kabur dari LP Cipinang. Melainkan buka-buka blog orang, pemirsa! Sst… jangan bilang-bilang siapa-siapa yah kalo saya suka nyontek! Hihihi…
Nah, gara-gara sering membuka blog orang demi mencari secuil jawaban, mengapa tidak membuka blog sendiri saja? Bukankah lebih baik kita yang menjadi narasumber bagi setiap tukang nyontek musafir yang berkelana di dunia maya? Sejumlah ide untuk dituangkan ke dalam tulisan pun kembali merangsek di dalam pikiran saya. Sebenarnya sudah lama juga sih menjadi draft di kepala. Baru sekarang bisa direalisasikan. Tulisan saya kali ini akan bercerita tentang pengalaman saya mendampingi para siswa saya yang mengikuti Lomba Peneliti Belia Provinsi Kalteng 2016. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 1-4 September 2016 silam. Belum basi untuk dibicarakan, bukan? Jujur saja, ini merupakan kali pertama sekolah kami mengikuti kegiatan LPB (Lomba Peneliti Belia). Tahun-tahun sebelumnya, sekolah kami tidak pernah mendapat tawaran dari dinas pendidikan kabupaten. Maklumlah, sekolah kami bukan berada di kota. Mungkin karena kebetulan tahun ini prestasi sekolah kami sangat baik dalam kontes debat bahasa Inggris di tingkat kabupaten, barulah dinas pendidikan memberi kepercayaan kepada kami untuk mengikuti kegiatan LPB di Palangka Raya. Mungkin pembaca tidak mengerti, apa korelasi prestasi debat bahasa Inggris dengan lomba ini? Sebetulnya tidak ada hubungannya sama sekali. Namun perlu pembaca ketahui, Lomba Peneliti Belia umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Mengunggah…
Sekilas mengenai Lomba Peneliti Belia, merupakan suatu kegiatan lomba penelitian yang dilakukan oleh para pelajar SMP dan SMA yang berusia maksimal 20 tahun. Karena subjeknya masih berstatus sebagai pelajar muda, maka tak heran bila lomba penelitian ini disebut Lomba Peneliti Belia. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun oleh lembaga CYS (Center for Young Scientist) dan bekerja sama dengan dinas pendidikan provinsi. Hanya ada sepuluh provinsi di Indonesia yang ditunjuk oleh CYS untuk melaksanakan kegiatan ini. Saya beruntung karena provinsi Kalimantan Tengah termasuk salah satu di antara sepuluh provinsi itu. Oh ya, lomba ini tidak putus sampai di tingkat provinsi saja. Tapi juga terus berlanjut hingga tingkat internasional. Saya begitu kaget ketika mengetahui bahwa perwakilan dari provinsi saya dua tahun silam berhasil menjadi juara umum di tingkat internasional. Sekali lagi, INTERNASIONAL pemirsa! (Beri tepuk tangan untuk putra daerah Kalimantan Tengah).Tidak memiliki bekal maupun pengalaman, saya mengajak 4 orang siswa yang dibagi ke dalam 2 kelompok dan saling berpasangan, untuk melakukan penelitian sederhana. Penelitian kami berhubungan dengan ekologi. Kelompok pertama meneliti suatu media yang dapat memadamkan api secara efektif, mengingat daerah saya rawan sekali terjadi kebakaran hutan. Akhirnya setelah melakukan percobaan dan berobservasi langsung di hutan belakang sekolah, kelompok pertama ini berhasil menciptakan larutan yang dapat memadamkan api hingga ke titik api di dalam tanah. Pembaca bingung kan? Sama, saya juga bingung. Bahannya sangat sederhana dan mudah diperoleh. Mudah pula pembuatannya. Tinggal campurkan saja bahan-bahan berikut ini: air jeruk lemon, larutan NaCl (bisa air garam, atau cairan infus), soda kue, dan cuka. Kemudian semprotkan larutan yang sudah dibuat ke arah titik api di lokasi kebakaran. Hasilnya, api langsung padam begitu cepat karena kinerja larutan yang efektif mencapai titik api di dalam tanah. Bahkan tidak ada asap yang tersisa. Karena bila masih terdapat asap yang tersisa dapat memicu kembali terjadinya kebakaran. Sederhana sekali, bukan?Kelompok kedua melakukan penelitian pupuk three in one terhadap berbagai jenis tanaman. Pupuk ini merupakan campuran antara kotoran hewan, limbah kelapa sawit, dan janjangan kelapa sawit yang sudah dipreteli buahnya. Campuran ketiga jenis pupuk ini diujikan terhadap beberapa jenis tanaman baik tanaman perkebunan maupun tanaman pertanian. Tanaman perkebunan yang kami uji khusus tanaman kelapa sawit. Pupuk yang kami buat bereaksi mengembalikan kesuburan tanah, dan meminimalisir tingkat penyerapan air yang berlebihan yang dilakukan oleh tanaman kelapa sawit. Seperti yang kita ketahui tanaman kelapa sawit sangat rakus akan air, sehingga tanaman lain di sekitarnya bisa mengalami dehidrasi tingkat dewa (kaya orang aja ya). Sedangkan tanaman pertanian yang kami uji adalah tanaman cabai. Luar biasa dalam hitungan hari saja tanaman cabai yang kami uji tumbuh pesat dibandingkan dengan tanaman cabai seumurnya yang tidak diberi pupuk. Dalam waktu dua minggu tanaman cabai yang diberi pupuk berbuah sangat lebat. Sedangkan yang tidak diberi pupuk tak kunjung berbuah sama sekali. Tak ketinggalan kami pun melakukan uji coba pupuk three in one buatan kami terhadap tanaman enceng gondok yang biasa tumbuh di rawa-rawa atau tanah gambut. Awalnya tanaman eceng gondok kami pindahkan ke dalam sebuah polybag berisi tanah tandus. Kemudian setelah kami beri pupuk three in one, ajaib tanaman tersebut mampu hidup hingga saat ini, pemirsa! Sedangkan tanaman eceng gondok lain yang juga dipindahkan ke dalam polybag berisi tanah kering tanpa diberi pupuk buatan kami, namun kami sirami sehari tiga kali. Hasilnya? (Mengutip perkataan Teteh Syahrini) Alhamdulillah ya, tanaman tersebut mati keesokan hari. Cerita mengenai 2 penelitian para siswa saya akan saya tulis pada postingan berikutnya.

Tibalah saatnya lomba. Kegiatan LPB Kalteng tahun ini diselenggarakan di Hotel Royal Global Palangka Raya, Jalan Tjilik Riwut KM2,5. Oh ya hotel ini cukup unik, karena saat saya menaiki lift menuju lantai 6 saya tidak menemukan adanya lantai 4. Pun begitu saat turun-naik tangga. Begitu lantai 3 dilewati langsung bablas lantai 5. Di manakah lantai 4 berada? Banyak tamu yang menduga kalau lantai 4 berada di dunia maya. Maksudnya? Kembali ke perlombaan, setelah acara dibuka secara resmi oleh perwakilan dinas pendidikan provinsi, para peserta yang mencapai 91 orang diminta untuk memajang poster penelitian dan menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan dewan juri terkait penelitian yang mereka buat. Saya sangat kagum dan bangga kepada para pelajar SMP dan SMA yang mengikuti kegiatan ini. Murid-murid saya sangat minder setelah melihat poster penelitian para peserta lain. Terlebih mereka sangat grogi melihat peserta lain sangat mantap dan meyakinkan saat menjawab pertanyaan dewan juri dalam bahasa Inggris yang amat fasih. Hanya 20 peserta yang layak masuk ke babak final. Di mana para finalis harus tampil mempresentasikan makalah yang telah mereka buat mengenai penelitian mereka di hadapan dewan juri yang super kritis (dosen berbagai universitas ternama tanah air) dan para peserta lainnya. Presentasi ditampilkan menggunakan layar LCD dengan format power point dan menggunakan bahasa Inggris. Wow cool.

Berselfie ria di depan poster penelitian kami.
Saya tidak mengira penelitian para peserta umumnya penelitian sederhana namun sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa penelitian yang saya ingat di antaranya ramuan kalapapa sebagai obat tonsillitis (keluar menjadi juara pertama untuk bidang ekologi), saripati tanaman cemot sebagai hand sanitizer (juara favorit pilihan juri), penerapan rumus matematika ke dalam motif batik khas Kalimantan Tengah, pembuatan aplikasi kamus 3 bahasa: Dayak-Indonesia-Inggris, penemuan lintasan bunglon (suatu alat yang dapat membuktikan bahwa energy tidak dapat diciptakan dan energy tidak dapat dimusnahkan), dan pembuatan biopolybag dari pelepah kelapa sawit, serta masih banyak penelitian lainnya yang sangat luar biasa hebatnya. Sepertinya saya tidak dapat bercerita lebih banyak lagi. Silakan amati saja galeri foto yang saya pajang di sini. Sebagai penutup, saya berharap dengan adanya kegiatan ini akan semakin banyak generasi muda Indonesia yang berhasil menciptakan suatu penemuan baru dan bermanfaat bagi masyarakat dunia. Maju terus generasi muda Indonesia!

Bersama para murid kebanggaan.

Presentasinya pakai Bahasa Inggris. Jurinya itu lho kalo nanya bilang ‘pertanyaannya simple’, tapi ko pesertanya pada kesusahan menjawabnya ya..

Ini para peneliti senior. Coba tebak, saya di mana?

Narsis bareng boleh kan?
Silakan klik LPB Kalteng 2016

Lingua Franca di Kalimantan Tengah

Kalimantan adalah pulau yang sangat besar menempati urutan ketiga di dunia setelah Pulau Greenland dan Pulau Irian (Papua). Suku pribuminya adalah suku Dayak yang terbagi ke dalam berbagai subsuku antara lain : Dayak Ngaju, Dayak Kenyah, Dayak Maanyan, Dayak Otdanum, Dayak Katingan, Dayak Kapuas, Dayak Mendawai, Dayak Iban, dan lain sebagainya. Katanya bahasa pemersatu suku-suku Dayak tersebut adalah bahasa Busang. Akan tetapi sudah sepuluh tahun lebih saya berdomisili di pulau ini belum sekalipun saya mendengar seperti apa bahasa Busang itu. Sebagai seorang poliglot yang gemar mempelajari berbagai bahasa *termasuk bahasa alien planet Mars dan bahasa Klingon*, saya sudah banyak mendengar berbagai aksen dan ragam bahasa Dayak. Mulai dari bahasa Dayak Ngaju yang paling moderat hingga bahasa Kapuas yang sangat mirip dengan bahasa Mendawai karena persamaan akhiran ‘-bi’ yang sering diucapkan. Ironisnya justru malah terdapat bahasa lain yang menjadi bahasa pergaulan di bumi Kalimantan Tengah ini. Tentu bukan bahasa ‘gue-elo’ seperti yang banyak dituturkan di kota-kota besar di Pulau Jawa, melainkan bahasa ‘ulun-pian’ atau bahasa Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan. Jangan heran bila pembaca datang berkunjung ke Kota Sukamara, Pangkalan Bun, Sampit, Palangka Raya, Pulang Pisau, atau Kapuas di Kalimantan Tengah banyak pedagang dan pembeli di pasar berkomunikasi dalam bahasa Banjar. Sebelum provinsi Kalimantan Tengah dibentuk pada tahun 1957, wilayah provinsi ini merupakan bagian dari provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu Suku Banjar yang gemar berniaga dan merantau sangat mudah ditemui di provinsi pemekarannya ini. Jujur, menurut saya pribadi bahasa Banjar lebih mudah dipahami dan dipelajari daripada bahasa Dayak yang sangat rumit. Mungkin karena hal ini pulalah alasan masyarakat Kalimantan Tengah lebih gemar menggunakan bahasa Banjar ketimbang bahasa Dayak yang merupakan bahasa ibu mereka sendiri. Tak dinyana bahasa Banjar itu sendiri menguasai 2/3 wilayah Kalimantan Indonesia (ingat pulau Kalimantan ditempati oleh 3 negara : Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam) dan hanya di provinsi Kalimantan Barat bahasa Banjar tidak digunakan. Adapun bahasa yang populer digunakan di Kalimantan Barat adalah bahasa Melayu yang terbagi lagi menjadi beberapa langgam antara lain : Melayu Pontianak, Melayu Sambas, Melayu Ketapang, Melayu Sanggau, dan lain-lain.

Bahasa Banjar di provinsi Kalimantan Tengah boleh dikatakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) penduduk Kalimantan Tengah. Meskipun demikian pada perkembangannya bahasa Banjar yang dipakai oleh masyarakat Kalimantan Tengah mengalami adaptasi dan asimilasi dengan bahasa asli penduduk setempat. Berikut ini merupakan beberapa contoh percakapan dalam bahasa Banjar yang berkembang di Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah dan sekitarnya.

Apa habar ikam? : Apa kabarmu?
Bungas banar : Cantik sekali
Bungas : cantik/ganteng
Jalan jahat am! : Jalan buruk, nih!
Handak menukar apa garang? : Mau membeli apa sih?
Handak ka mana ikam te? : Mau ke mana kamu nih?
Ulun handak bulik : Saya mau pulang
Ulun handak guring : Saya mau tidur
Ulun handak tulak begawi : Saya mau berangkat kerja
Ulun handak baelang ka wadah kawal ulun : Saya mau bertamu ke rumah teman saya
Handak : Mau/hendak
Wadah : tempat/rumah
Kawal/kekawalan : teman
Batamu jua kita nih : bertemu juga kita akhirnya
Bubuhan : rombongan/genk
Bubuhan Amir : Genknya Amir
Ulun : Saya
Unda : Aku
Pian : Anda
Ikam : kamu
Sida ulun : kami
Sida pian : Anda semua
Sida ikam : kalian
Sida : dia/mereka
Sida Budi : mereka Budi dan kawan-kawannya
Inya : dia
Ulun kada tahu  : Saya tidak tahu
Ulun kada kawa  : Saya tidak bisa
Dasar pengeramput! : Dasar pembohong!
Enggih : Iya
Kada : Tidak
Kadada/kadida : Tidak ada
Au bujur am! : Ya, benar tuh!
Kada am/kada mah! : Enggaklah!
Segak  : Ganteng/cantik/bagus
Segak bujur ikam nih! : Ganteng banget kamu nih!
Kaymana?/Kayapa? : Bagaimana?
Tulung ambilkan Amang Andi di wadah kayi! : Tolong jemput Paman Andi di rumah kakek!
Wayah nih ikam di mana? : Sekarang kamu di mana?
Ganal bujur burit ikam! : Besar sekali pantat kamu!
Kena am! : Nanti saja!
Kada papa mah! Enggak apa-apa deh!
Bungul ikam nih! : Bodoh kamu nih!
Handal am ikam nih! : Pintar ya kamu nih!
Bebungulan bujur! : Benar-benar bodoh!
Ampun : Milik/punya
Buku ini ampun ulun : Buku ini milik saya
Dasar pengoler! : Dasar pemalas!
Kupi : Kopi
Tupi : Topi
Sekulah : Sekolah
Rukmini : Rok mini
Mereng : Miring
Kemerawaan : Keterlaluan
Kepohonan : Pamali/Tidak boleh ditolak!
Hiba am! : Kasihan deh!
Akay!/Ukuy! : Wow/Walah/Waduh!
Ukuy bungasnya! : Walah cantiknya!
Akay-akay halusnya biak nih! : Waduh-waduh kecilnya anak ini!
Manilik : Melihat
Manulih : Menoleh
Amun handak tulak bapadah dolo lawan uma! : Kalau mau pergi bilang dulu sama ibu!
Amun : Kalau
Tulak : Pergi
Bulik : Pulang
Tulak dudi bulik sungsung : Pergi belakangan pulang awal
Bapadah : bilang, ngomong
Bapandir : Berbicara
Lawan : Dengan
Uma : Ibu
Abah : Bapak
Kayi : Kakek
Nini : Nenek
Amang : Paman
Acil : Bibi
Julak : Uwak, Pakde/Bude
Alung (panggilan untuk anak sulung)
Angah (panggilan untuk anak tengah)
Usu (panggilan untuk anak bungsu)
Unggal (panggilan untuk anak tunggal)

#Kebanyakan vokal ‘O’ dalam bahasa Indonesia dilafalkan ‘U’ dalam Bahasa Banjar dan vokal ‘I’ dilafalkan ‘E’ maupun sebaliknya vokal ‘I’ dilafalkan ‘E’ pada kata-kata tertentu. CMIIW  🙂 ♡♡♡